Reyna menatap sejenak jam tangannya kemudian beralih pada sepupunya yang sedang sibuk beres-beres di ruangannya dengan wajah bahagia.
"Lo mau kunjungan?" Tanya Reyna.
Tasya mengangguk sekilas, "Iya dong."
"Tapi ini belum jam istirahat, lo mau ninggalin toko?"
"Sepupuku sayang," Tasya menatap Reyna, "Kan gue punya lo di sini buat bantu handle, lagian gue kan masih tinggal sendiri Rey, gue butuh bahan masakan, gak mungkin kan gue tiap hari makan kue doang, gue mau jajan yang lain, makan daging, makan nasi dan--" Ucapan Tasya berhenti saat Reyna mengarahkan telapak tangan kanannya pada Tasya, menandakan dirinya harus berhenti bicara.
"Bisa ngga kalau bicara langsung ke inti aja?" Reyna bersidekap.
"Intinya, gue ngga langsung ke rumah sakit tapi mau belanja bulanan dulu untuk bertahan hidup sebelum orang tua gue balik ke sini."
Reyna menghela nafas sekilas, "Ya udah, kalau ada perlu apa-apa gue bakal hubungi lo dan lo harus langsung respon!"
"Iya iya sayang," Tasya mengambil memasukan sebuah kantong kue ke dalam kantong plastik."
"Lo bawain kue lagi buat Kasya?"
Tasya mengangguk.
"Engga bosen dia makan cheese cake lo terus?"
"Tenang, ini cupcake kok cuma pake toping keju, gue buat sendiri khusus buat Kasya soalnya Kasya tuh suka keju dan ngga terlalu suka manis, jadi ini cupcakenya udah gue kurangin takaran gulanya dari yang kita jual."
"Yah iya demi pujaan hati ya kan?"
Tasya tersenyum sumringah, "Lo kayak ngga pernah rasain jatuh cinta aja sama Mas Adam."
"Ya gue nikah karena cinta makanya gue paham banget ini kelakuan lo."
"Hehe... Ya udah, gue pergi dulu ya Rey, jangan lupa kasih kabar kalo ada yang penting di toko."
"Iya, tenang aja."
Tasya mengemasi barangnya, memakai tas dan mengambil kunci mobilnya lalu beranjak meninggalkan toko.
Sebelum ke rumah sakit, Tasya mampir sejenak ke sebuah supermarket membeli kebutuhannya seperti yang ia katakan pada Reyna.
Tasya mengeluarkan kertas berisi daftar belanjaan dari tasnya, menyusuri rak-rak supermarket sambil mendorong troli belanjaannya.
Setelah beberapa menit berkeliling, "Haahhh..." Tasya menghela nafas menatap salah satu bagian rak yang lebih tinggi darinya, "Kenapa diatas banget sih taro mayonesnya?" Gumamnya.
"Perlu dibantu Mba?"
Tasya menoleh ke samping, seorang pria dengan pakaian rapi berdiri di dekatnya dengan membawa troli belanjaan juga.
"Iya ini mau ambil mayones, tapi merek yang aku mau malah ditaruh diatas gitu."
Pria itu tersenyum, lalu mengambilkan botol mayones yang dimaksud Tasya, "Ini?"
Tasya tersenyum sumringah menerimanya, "Wah! Makasih ya Mas!"
"Iya sama-sama Mba," Pria itu menatap troli Tasya yang sudah terisi belanjaan, "Belanja bulanan Mba?"
"Iya nih, Masnya juga?"
Pria itu mengangguk, "Ada lagi yang perlu dibantu?"
"Oh, udah kok, sisanya ngga di rak-rak tinggi jadi bisa diambil."
"Syukurlah."
"Kalau gitu permisi dulu ya Mas."
"Sebentar Mba," Pria itu menahan troli Tasya, "Maaf bukan maksud kurang sopan, kalau diizinkan, saya boleh tau nama Mba? Mungkin saja nanti kita bertemu lagi."
Tasya tersenyum, "Boleh, nama saya Latasya, panggil aja Tasya engga usah pake Mba."
"Oke Tasya, aku Alex, jangan pakai Mas juga, semoga nanti kita bisa bertemu lagi."
Tasya terkekeh pelan dan mengangguk, "Sip sip, saya pamit lagi ya karena sedang buru-buru."
"Oh iya silahkan."
"Terima kasih bantuannya."
"Dengan senang hati Tasya."
Tasya mendorong lagi trolinya menjauh dari Alex untuk mencari sisa keperluan lalu membayar ke kasir.
Begitu belanjaannya masuk ke dalam mobil, Tasya segera menjalankan mobilnya menuju rumah sakit.
Dengan membawa plastik di tangannya, Tasya berjalan menuju kantin setelah tiba di rumah sakit. Jam istirahat baru saja dimulai, namun Tasya tidak menemukan kehadiran Kasya dan dua sahabatnya di kantin.
"Yah iya sih, ini kan baru istirahat, kayaknya Angga Dilon masih di jalan, Kasya masih di ruangannya, apa gue ke sana aja ya?" Gumam Tasya, "Iya deh ke sana aja ajak Kasya makan."
Berbekal informasi dari para suster yang ditanyanya, Tasya menemukan ruangan Kasya.
Mengetuk sejenak lalu membuka pintunya setelah mendengar suara Kasya dari dalam.
Tasya memunculkan kepalanya dari balik pintu, Tasya terlihat masih berkutat dengan laptopnya tanpa menoleh padanya.
"Silahkan--" Ucapan Kasya terputus begitu menoleh dan mendapati Tasya berdiri di dekat pintu dengan senyuman. "Mau apa lo ke sini?" Tanya Kasya ketus.
"Jahat amat tanyanya," Tasya mendekat dan duduk di seberang Kasya, Kasya kembali fokus pada laptopnya, "Gue ke sini mau ajak lo makan siang."
"Gue belum lapar," Sahut Kasya tanpa menoleh.
"Ini udah siang kali Sya, lo mau makan jam berapa lagi? Statusnya sih dokter, tapi jaga kesehatan aja gak bisa." Sindir Tasya membuat Kasya menatapnya datar.
"Gue bisa makan sendiri nanti."
"Engga seru lah! Makan tuh enaknya berdua atau bertiga atau rame-rame, biar ada temennya. Makan sendiri mah ngga asik."
"Lo bawel."
"Biarin," Tasya memelet sekilas, "Siapa suruh lo diajak makan aja susah."
"Lo kalau mau makan siang, makan aja sendiri."
"Gue ke sini tuh mau ajak lo makan bareng Sya, gue ngga mau makan sendiri."
"Ajak aja suster."
Tasya memasang wajak sebal, "Susah amat sih!" Tasya berdiri dari kursinya, berpindah ke samping Kasya, memegang lengan Kasya, "Ayo dong Sya temenin gue makan."
"Gue belum lapar Sya!"
"Tapi gue udah... Dan gue mau lo makan juga!"
"Tasya!" Nada bicara Kasya sedikit naik, "Jangan sampai gue marah sama lo ya di sini!"
Tasya memanyunkan bibirnya, "Gue ngga masalah sih lo marah asal mau makan siang."
Kasya menghela nafasnya, sedang menahan diri untuk tidak emosi pada wanita yang sedang menarik lengannya ini.
"Ayolah Sya... Ikut makan siang... Gue udah bawa tuh kue buat lo."
Kasya menoleh sekilas pada kursi yang tadi diduduki Tasya, dan memang ada plastik di sana.
"Bentar lagi kan ada Dilon dan Angga juga tuh yang datang, makin rame, makin seru."
Kasya menutup laptopnya, "Habis makan lo langsung balik ke toko lo."
"Engga dong," Tasya tersenyum namun Kasya memasang wajah jengah, "Habis makan, lo harus cicip dulu cupcake buatan gue baru gue pulang, tenang aja, cupcakenya pake keju dan engga terlalu manis seperti kesukaan lo."
"Ya, terserah lo." Kasya berdiri, melepas lengannya dari Tasya lalu mendahului Tasya keluar ruangan.
Tasya buru-buru mengambil tas dan kuenya, menyusul langkah Kasya.
Keduanya berjalan beriringan menuju kantin. Tepat saat masuk kantin, Angga dan Dilon muncul di sana.
"Panjang umur nih pak dokter," Ucap Angga, "Baru aja mau gue telpon udah muncul, bareng Tasya pula."
Tasya tersenyum, "Gue tadi ke sini kalian belum ada, jadi gue susul Kasya dulu ke ruangannya."
Mereka mengambil tempat duduk setelah memesan makan siang.
"Lo bawa apaan Sya?" Tanya Dilon melihat plastik yang baru Tasya letakkan di atas meja.
"Ini cupcake, gue buat sesuai selera Kasya."
"Rendah gula?"
Tasya mengangguk, "kalau ambil yang di toko pada manis-manis makanya tadi pagi gue buat baru, berhubung di dapur udah ada pegawai yang bantu jadi gue bisa buat ini."
"Nah sebenernya, semua kue di toko lo itu buatan lo sendiri atau pegawai lo?" Tanya Angga.
"Resepnya dari gue kok, cuma kan gue ngga sanggup buat semua sekaligus, jadi gue yang kasih resep, mereka bantu olah tapi tetap gue awasi."
Angga mengangguk paham, "Jadi secara ngga langsung ini buatan lo."
Tasya ikut mengangguk, "Betul!"
Pesanan mereka tiba, sambil makan siang, obrolan dilanjut. Kasya tidak banyak bicara, dirinya lebih banyak menyimak. Tasya terlihat asik mengobrol dengan Angga namun sesekali tetap mengajak Kasya bicara meski Kasya tidak banyak merespon.
Setelah makan siang, Tasya membuka bungkusannya. "Ini desertnya! Kalian ambil juga kalau mau coba."
"Tanpa disuruh gue pasti ambil kok!" Angga mengambil salah satu cupcake.
Tasya menyodorkan cupcake yang lain pada Kasya yang duduk di sampingnya, "Coba juga Sya."
"Gue masih kenyang." Tolak Kasya.
Tasya memasang wajah muram, "Jadi lo ngga suka?"
Kasya menatap jengah Tasya, "Gue bisa makan nanti."
"Dikit aja dilanjut nanti, setidaknya gue tau lo suka apa engga, yah yah yah..." Mohonnya.
Kasya terdiam.
"Coba aja dulu Sya biar si Tasya seneng," Ucap Angga, "Enak kok ini, padahal engga terlalu manis."
Kasya menghela nafas, "Mana?!" Kasya menengadahkan tangannya pada Tasya membuat senyum Tasya kembali terbit.
"Silahkan," Tasya meletakkan sebuah cupcake ditangan Kasya yang langsung dimakan oleh Kasya.
"Enak ngga?" Tasya sedikit memiringkan kepalanya menatap Kasya seperti anak kecil.
"Hm.." Kasya menoleh ke arah lain.
Tasya berdecak sebal, "Ditanya cuma 'hm' doang!"
"Itu artinya enak banget Sya, sampai mau nambah."
Tasya menatap Angga, "Kenapa artinya jadi panjang banget?"
Angga mengangkat sekilas bahunya, "Lo tanya aja sama anaknya."
"Ah paling juga dijawabnya 'hm' lagi."
"Nanti gue yang bantu artikan, gue jago bahasa alien."
Tasya berdesis, sedangkan Kasya menatap datar Angga.
"Si Kasya tuh ngga sebangsa sama lo!" Tasya membela Kasya.
"Lho, paham bahasa alien bukan berarti jadi alien kan? Yang bukan orang Inggris aja bisa bahasa inggris!"
"Iya iya terserah akang alien aja."
Angga memasang wajah kesalnya.
"Lo engga balik ke toko lo Sya?" Tanya Dilon.
Tasya menatap Dilon, "Ini udah mau balik kok, soalnya udah janji kalau Kasya makan kue gue, baru gue balik ke toko." Tasya kembali menatap Kasya dengan senyuman, namun Kasya sibuk menatap ke arah lain.
Tasya memakai tasnya lalu berdiri, "Kalau gitu gue balik ya, barusan sepupu gue kasih kabar butuh bantuan di toko."
Dilon dan Angga mengangguk sekilas, "Hati-hati Sya," Pesan Dilon.
"Sip sip." Tasya segera berjalan menjauh meninggalkan kantin ke arah parkiran.
"Wah, Kasya udah engga galak lagi sekarang ke Tasya nih?" Angga menopang dagu di atas meja menatap Kasya di depannya.
"Kenapa gue harus galak?"
"Sekarang ya lo tanya gitu, dulu aja Tasya deketin lo malah usir-usir kayak bakteri."
"Udah ada rasa mungkin," Celetuk Dilon.
Angga mengangguk, "Bisa jadi."
"Engga usah mikir aneh," Kasya berdiri di tempatnya, "Kalian balik sana, gue mau kerja lagi."
Tanpa menunggu respon, Kasya berjalan pergi meninggalkan kedua sahabatnya yang masih duduk di tempat mereka.
"Lo serius Lon kalau Kasya udah suka sama Tasya?"
Dilon mengangkat bahunya sekilas, "Gue cuma nebak aja."
"Kalau beneran gimana?"
"Ya engga gimana-gimana, yang ada kita juga harus balik kerja sekarang."
"Iya deh."
***