5 - Titipan

1577 Kata
Toko Tasya biasanya buka jam 9 pagi, namun Tasya sudah akan berada di sana dari dua jam sebelumnya untuk persiapan hari ini. Beberapa menit setelah Tasya tiba, beberapa pegawainya yang membantu bagian produksi juga tiba begitupula Reyna. Setelah mempersiapkan dapur, kegiatan masak pun di mulai. Beberapa jenis roti dan kue dibuat untuk penjualan hari ini. Tasya memang selalu memastikan semua jualannya merupakan makanan yang fresh, dibuat di hari itu juga. Tasya akan kembali ke ruangannya bersama Reyna jika selesai memastikan bahwa semua persiapan beres, termasuk bagian bersih-bersih ruangan toko. "Nanti siang suami gue ke sini Sya." Ucap Reyna begitu keduanya masuk ke ruangan. "Udah pulang dia?" Reyna mengangguk, "Semalam tibanya." "Memangnya mau mulai belajar hari ini?" "Ya enggak, ada beberapa hal aja mau dia bicarain dan tanya sekalian janjian harinya kapan karena jam makan siang ngga akan cukup. Katanya dia mau langsung ketemu lo aja soalnya kalau lewat gue kurang enak." "Ya memang bener Rey, lebih enak kalau bicara langsung, gue juga bisa langsung tanya-tanya ke suami lo." "Jadi gapapa nih kalau absen lagi ketemu doi lo?" "Yah gak masalah, walau gue kangen sih," Tasya memasang cengirannya, "Tapi kan ada lebih utama sekarang, lagipula ini salah satu cara pedekate gue Rey." Reyna memasang wajah bingung, "Maksud lo?" "Kan lo udah tau siapa Kasya sekarang, seorang dokter muda calon penerus rumah sakit keluarganya yang dikatakan cukup besar. Gue mau bisa mengimbangi dia Rey, supaya gue pantas kalo bersanding dengan Kasya. Terlepas soal apakah jalan gue dan dia nantinya bertemu." "Yah Sya, kalau dia sadar dan anggap lo sekarang nih, dia harusnya berpikir kalau lo itu sangat pantas buat dia. Tapi yah gue sih gimana lo aja, gue cuma bisa dukung, cuma yah ucapan gue waktu itu masih berlaku." Tasya tersenyum sumringah, "Beres!" *** Angga dan Dilon berkunjung ke rumah sakit, namun Kasya menolak untuk bertemu di kantin saat Dilon menghubunginya sehingga Dilon mengajak Angga ke ruangan Kasya. "Masuk!" Perintah Kasya setelah Dilon mengetuk pintu. Dilon masuk disusul Angga, keduanya berhenti di dekat meja Kasya. Terlihat Kasya sedang sibuk dengan beberapa lembar kertas di mejanya. "Sya, si Angga katanya mau bicara sama lo," Ucap Dilon. "Bicara aja," Sahut Kasya tanpa menoleh. "Gue mau minta maaf Sya." "Buat apa?" "Soal kemarin, gue ngga ada maksud buat bikin lo marah tapi gue juga ngga bisa nolak karena didesak terus, gue janji setelah ini gue ngga akan ladenin dia lagi." "Hm." Fokus Kasya masih pada kertas ditangannya. "Lo masih marah Sya sama gue?" "Engga." "Lo mendingan marah aja deh Sya dari pada dingin begini, biar lo lega juga." Kasya menatap datar Angga, "Lo mau gue hajar lo di sini." Angga tersenyum masam, "Ya ngga gitu juga, lalu kenapa lo ngga mau diajak ke kantin." "Gue masih sibuk." "Lo ngga mau makan siang?" "Ada Helen yang nanti bawain." "Kalau gitu gue boleh di sini aja kan?" Dilon menatap heran Angga, "Mau apa lo?" "Ketemu adiknya Kasya." Kasya menatap Angga dengan tatapan dingin, "Lon, mendingan lo ajak atasan lo ini balik ke kantor sebelum gue khilap bawa dia ke UGD." "Oke." Dilon menarik lengan Angga ke arah pintu keluar, Angga menurut saja dengan wajah masam karena ancaman Kasya. *** Menjelang jam istirahat, Tasya tetap berada di ruangannya bersama Reyna dan Adam, suami Reyna yang baru tiba di toko beberapa menit lalu. "Mas Adam kata Reyna baru tiba semalam?" Umur Adam tiga tahun diatas Tasya dan Reyna sehingga Tasya memanggilnya Mas sama seperti Reyna. "Iya baru aja semalam sampai di rumah." Jawab Adam, "Tasya beneran mau belajar bisnis nih?" lanjutnya. "Iya Mas, serius nih mau belajar, selain buat nanti sekalian buat mengelola toko ini kan pastinya berguna." Adam mengangguk, "Iya bener kok, kalau gitu Mas mau diskusikan beberapa hal sama kamu sekalian kalau ada yang mau ditanya-tanya." "Siap Mas!" Namun baru saja akan lanjut diskusi, ketukan pintu menjeda obrolan mereka. "Biar gue yang buka Sya, kalian lanjut aja." Ucap Reyna yang sejak tadi duduk di samping Adam. "Oke Rey." Baru beberapa detik mengobrol, Reyna kembali datang membuat obrolan tertunda lagi, "Maaf mas memotong, ada yang cari lo Sya." Tasya memasang wajah bingung, "Siapa Rey?" "Calon adik ipar lo." "Eh?! Helen di sini?" "Tamu kamu Sya?" tanya Adam. "Kayaknya mau belanja Mas, soalnya dadakan dia mau datang, ngga ada kasih kabar." "Oh ya sudah temui aja dulu, waktu kita masih banyak juga kok." Tasya mengangguk, "Mungkin cuma sebentar Mas, aku ke depan dulu ya Mas." "Iya, sip." Tasya beranjak keluar ruangan meninggalkan Reyna dan Adam. Dalam jarak beberapa langkah, terlihat Helen sedang sibuk melihat-lihat etalase sambil menunggu Tasya. "Lho, Helen?" Helen menoleh pada Tasya lalu tersenyum, "Hai kak Sya!" "Kamu kok dadakan ke sini, ada apa?" "Mau belanja kok kak, kakak enggak ke rumah sakit?" Tasya tersenyum, "Lagi engga bisa, lagi ada tamu soalnya sekalian ada kursus sedikit." "Wah, kursus apa kak?" "Yah soal kerjaan kok." "Oh... Ya udah Helen mau beli cheese cake nih kak buat kak Kasya soalnya mau ke rumah sakit." "Kamu mau ke rumah sakit? Ya sudah kakak titip deh buat kak Kasya ya kayak kemarin." "Iya kak, Helen juga mau beli kue yang lain tapi Helen bayar ya kak, kalau buat kak Kasya yah boleh deh kakak kasih, tapi Helen ngga mau digratisin." Tasya terkekeh, "Iya deh, kakak siapin dulu buat kakakmu." Helen mengangguk. Tasya meminta salah satu pegawainya untuk melayani Helen sementara dirinya beranjak mempersiapkan titipannya. Setelah membayar dan menerima titipan dari Tasya, Helen berpamitan pada Tasya. "Kak Kasya pasti suka nih." "Memangnya yang kemarin habis Len?" "Habis kak, paginya aku lihat di tempat sampah kotak kuenya udah kosong." Tasya tersenyum lega, "Syukurlah kalau Kasya suka sama kuenya." "Pasti suka dong kak, kue kakak kan enak, engga mungkin kak Kasya ngga suka." Keduanya terkekeh. "Ya sudah Helen pamit dulu ya kak," Helen kembali berpamitan. Tasya mengangguk, "Hati-hati." Tasya kembali ke ruangannya setelah Helen pergi. "Bahagia amat nih habis ketemu calon adik ipar," goda Reyna setelah Tasya masuk ke ruangan. Tasya terkekeh, "Iya dong soalnya kan sekarang jarang banget bisa ketemu." "Lho, Tasya udah punya calon toh?" tanya Adam. "Belum Mas, masih jauh, baru jadi gebetan soalnya masih sebelah tangan padahal udah suka dari jaman orok." Adam terkekeh, Tasya memasang wajah sebal. "Sabar ya Sya, yakin deh kalau jodoh ngga akan ke mana kok." Tasya kembali tersenyum, "Amin mas." "Kalau gitu, mau dilanjut diskusi kita?" "Lho ya pasti dong Mas," Tasya kembali duduk di tempatnya tadi, "Ayo kita lanjut." *** "Haloha pak dokter tercinta!" Kasya menatap sekilas adiknya yang baru saja muncul sedang menutup pintu ruangannya setelah menyapa. "Bawa pesanan gue?" Tanya Kasya saat Helen baru saja duduk di hadapannya. "Bawa dong!" Helen meletakkan bungkusan plastik lalu mendorongnya ke arah Kasya. "Kue?" Tanya Kasya begitu tau isi bungkusan itu. Helen mengangguk dengan senyuman, "Cheese cake favorit kakak!" "Helena, gue minta makan siang bukannya desert!" "Lho memangnya itu engga bisa jadi makan siang?" Kasya mengurut keningnya, "Gue sengaja minta lo bawain makan siang biar beli diluar bukannya malah bawain kue! Ini ujungnya gue harus ke kantin juga jadinya!" Helen tersenyum masam, "Iya maaf, kirain kalau Helen bawa ini ngga masalah. Ini juga titipan dari kak Tasya buat kakak." "Sana beliin gue makan siang di kantin." "Kakak ngga suka kuenya?" "Beliin makan siang gue di kantin!" Ucap Kasya tanpa menjawab pertanyaan dari Helen. "Tapi kakak suka kan sama kuenya?" "Buruan Helen! Sebelum jam istirahat habis!" Helen berdecak kesal sambil berdiri, "Bilang suka aja sok gengsi!" Gumamnya dengan nada menyindir. Helen segera keluar dari ruangan Kasya sebelum mendapat tatapan es dari kakaknya karena ucapannya tadi. Kasya menatap datar pintu yang baru saja tertutup kemudian menatap kotak kue di hadapannya, "Kebiasaan! Disuruh apa, yang dibuat apa!" Rutuk Kasya lalu membuka kotak kue tersebut. Cheese cake favoritnya dan bentuknya masih sama seperti yang sebelumnya. Kasya menutup kembali kotak kuenya lalu menyimpannya. Sambil menunggu adiknya, Kasya mengerjakan lagi sedikit pekerjaannya. Hingga setengah jam kemudian, Helen datang dengan bungkusan berisi makan siang untuk Kasya. "Kenapa lo cuma beli satu?" Tanyanya saat menyadari Helen tidak membeli makanan untuk diri sendiri. "Gue makan di kantin kantor aja nanti kak, udah ada langganan soalnya." Kasya mengangguk dan akan menyantap makanannya, namun tertunda saat menyadari adiknya sedang menatapnya. "Lo kenapa masih disini?" Helen memanyunkan bibirnya, "Kakak usir Helen nih?" "Lo bilang mau makan di kantor, kalau ngga pergi sekarang yang ada lo kehabisan jam makan siang." "Kakak tenang aja," Helen mengibaskan sekilas tangannya di depan wajah, "Hari ini Papa lagi kasih kelonggaran." Kasya menatap heran adiknya, "Maksudnya?" "Kerjaan gue udah pada kelar kak, dan tadi sebelum ke sini Papa bilang lagi ngga ada yang bakal gue kerjain hari ini jadi gue boleh main ke sini." Terang Helen. "Lalu lo mau sampai kapan di sini?" "Sampai kakak makan kue dari kak Tasya!" Ucap Helen membuat Kasya sedikit tersedak. "Ish," Helen memberikan minuman pada kakaknya, "Kayak gitu aja keseleg." "Mendingan lo balik ke kantor aja deh sekarang!" Suruh Kasya. "Kan gue mau kasih laporan ke kak Tasya!" "Memangnya dia nyuruh lo?!" "Yaa.. Enggak sih..." "Ya sudah sana balik!" "Tapi kan setidaknya gue bisa tau respon lo makan kuenya." "Enggak perlu!" "Ahh.. Gak seru!" Helen berdiri dari kursinya, "Ya udah gue mau pergi dulu cari makan siang di luar!" "Lo bilang di kantor?!" "Gak jadi! Udah gak minat!" Helen langsung pergi tanpa pamit atau menunggu respon Kasya selanjutnya. Kasya menghela nafas melihat pintu kembali tertutup, "Itu anak udah dewasa masih aja," Kasya melanjutkan kembali acara makan siangnya yang tertunda. Jam istirahat tinggal sedikit lagi sehingga dirinya harus segera menyelesaikan kegiatannya. Setelah selesai makan, Kasya kembali bekerja dan akan berkeliling untuk mengecek semua pasiennya. ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN