1. Cause of u, Sabian
Cyn menghela nafasnya, ia sangat khawatir kepada anak satu-satunya, sejak semalam panasnya belum turun juga. Sabian rigel, berumur empat tahun, putra sekaligus penguatnya kini terbaring lemas, Cyn belum berani membawa Sabian ke rumah sakit, hanya bermodalkan aplikasi berlayanan kesehatan dengan dokter cukup tepercaya.
Sambil mengelus rambut putranya, ia memperhatikan wajah anaknya itu, mirip dengan dirinya, hah untung saja ya nak tidak mirip ayahmu itu. Kini Cyn dan anaknya tinggal di rumah orang tua Cyn yang cukup besar.
Cynnie Rubychou, wanita yang sangat cantik keturunan jawa dan tionghoa, tidak seperti kebanyakan orang Indonesia yang putih langsat, Cyn memiliki kulit yang putih bersih,semua yang ada di dirinya terlihat menawan walau sekarang tertutup hijab. Menjadi anak satu-satunya cukup membuatnya kesepian. That's why Cyn bergantung kepada mantan suaminya,dulu.
Sehabis mengganti byebyefever sabian, ia membaringkan tubuhnya disampingnya sambil terus mengelus kepala anaknya, kalau panasnya sampai besok tidak turun juga ia memutuskan pergi ke rumah sakit. Jam menunjukkan pukul 3 pagi, tetapi ia belum mengantuk mungkin karena efek khawatir.
Berita tentang pernikahan mantan suaminya terus mengusiknya, Cyn tersenyum sedih, sudah saatnya merelakan dan menghapus cintanya itu. Cintanya kepada mantan suaminya sangat besar, menemani sang mantan suami di waktu - waktu sulit hingga sangat sukses seperti sekarang.
Pengorbanan yang besar dibayar dengan penghianatan. Ia tidak pernah menyesali itu semua. yang hanya ia lakukan sekarang memperkokoh dirinya dan melanjutkan hidupnya demi anak dan orangtuanya.
***
"Kakak kenapa? badannya udah enak nak?." Cyn terbangun karena anaknya bergerak gelisah dalam tidurnya, semalam sepertinya ia ketiduran.
Panasnya sudah turun saat Cyn memegang jidat anaknya, namun tubuhnya masih lemah. "Sebentar ya Kak, Mama kebawah dulu." Anak itu anteng sekali saat sakit.
Dari tangga Cyn melihat Maminya sibuk dengan laptop, Mami Cyn wanita karir sejak sebelum menikah dengan Papinya. "Walau Mami tau Papi kamu sayang sekali sama Mami, but we don't know in the future,rights? Mami selalu prepare for the worst kalau misalnya Mami pisah, seenggaknya Mami jamin kebutuhan kamu dan kerja tidak hanya untuk uang tapi sosialisasi koneksi," Maminya hanya ingin Cyn mendapat yang ia mau sejak kecil, tumbuh dikeluarga sederhana membuat Maminya itu mengerti irinya melihat temannya beli ini itu dan pergi kemana pun.
"Papi kemana, Mi?," sambil mengambil bubur yang sudah dipesan oleh ARTnya dimeja makan.
"Tuh nengok anak kesayangannya. Bian gimana Cyn? udah turun panasnya?." Anak kesayangan Papi yang dimaksud seekor iguana kuning yang besarnya sepaha pria dewasa, cukup lama
Papinya itu pelihara.
"Udah Mi, kayaknya tinggal istirahat sebentar lagi juga sembuh, Cyn ke atas dulu,"
"Kamu makan juga Cyn, jangan sampe ikut sakit." Mengeraskan suara saat melihat anaknya menaiki tangga.
"Berdua sama Kakak makannya Mi."
Papi dan Mami Cyn, orangtua terhebat menurutnya. mempersilahkan Cyn menentukan hidupnya. Tidak menghakimi dan selalu menjadi pendengar, semua pilihan Cyn tentu saja dengan tanggung jawab penuh kesadaran, gagal berumah tangga pukulan terberat untuk ia dan orangtuanya, sebagaimana anak satu- satunya yang dirawat dan dijaga sepenuh hati. Orangtuanya tidak terlalu menyudutkan pihak mantan suaminya, cukup tau alasan dan cukup untuk berurusan dengan keluarga mantan suami. mantan suaminya dirasa juga tidak peduli dengan anaknya karna belum bertukar kabar perihal anak.
Papinya bilang kalau mantan suaminya
menanyai anaknya, cukup balas baik saja, Cyn benar-benar tidak boleh
berurusan lagi sepertinya.
Cyn memasuki kamarnya saat sebelum menikah dulu, melihat anaknya diam saja, Cyn heran.
"Kenapa sayang? kepalanya masi pusing ga Kak? makan dulu ya berdua Mama." Sebenarnya anaknya memang tidak rewel dan penurut, suatu rejeki untuknya.
Cyn duduk dipinggir kasur dan menyiapkan buburnya. Walau sedikit paksaan dan iming-iming mainan akhirnya buburnya tandas walau Cyn yang memakan porsi lebih besar.
"Ma, Kakak mau mandi gerah."
"pinter pisan euy, sini Kak Mama bantu buka bajunya," sambil membantu anaknya berdiri karna masih lemas. "Air hangat atau dingin?,"
"Hangat!" Cyn tersenyum gemas dan menciumi semua bagian muka Bian. "Aaa.. mama geli" bergerak gelisah, "hahahaha."
Memasuki kamar mandi , mulai mengisi air di bath up, anaknya itu pasti selalu bermain dulu kalau mandi, bersama
dengan pasukannya, avangers dan
kawan kartun lainnya. Cyn menyebutnya Bian and team.
"Mama kuar, aku mandi malu," sambil menutup bagian bawah tubuhnya, Cyn terkekeh. Anaknya sudah diajari hal-hal yang boleh dan tidak.
"Hati-hati Nak, panggil Mama kalo ada apa-apa." Cyn jalan meninggalkan.
Sehabis mengurusi Bian, Cyn biasanya ke toko rotinya yang ia rintis sewaktu kuliah bersama temannya, Xena, satu- satunya teman Cyn plus temannya itu kini lagi mengandung anak kedua jadi tidak diperbolehkan sering-sering keluar dengan suaminya. Ah mudah- mudahan Xena langgeng sampai akhir hayat dengan suaminya,Ridho.
Selesai membantu Bian memakai baju, tentu dengan perdebatan memilih baju dengan gambar yang ia mau dengan celotehan lemas dari mulut mungilnya. Cyn mandi untuk pergi ke toko rotinya.
Setelah siap, ia turun untuk menemui ART-nya, Bita, yang biasa menjaga Bian "Ibu, tolong Bian ya, baru banget sembuh, jangan dikasih es dulu," "Iya
Mbak Cyn, hati-hati dijalan ," sambil mengangkat jempolnya dan
tersenyum, "oke!". Bita hanya geleng kepala melihat majikannya yang sudah tumbuh dewasa, dulu ia pindah ke rumah ini saat Cyn kelas dua SMP, anak yang ceria, cantik,dan penuh kasih sayang, Bita ga habis pikir dengan perselingkuhan mantan suami Cyn.
Kurang apa coba? kurang bersyukur!.
Mencium kening Bian lalu mengelus kepalanya, "Mama ke toko dulu kak, jangan macem-macem ya baru sembuh,"
"he'em Ma." Bian asik selonjor di ruang keluarga menonton scooby doo dengan potongan anggur ditangannya.
***
Mengendarai Honda Cr-v miliknya, ia menatap jalan sambil termenung, ditambah tidak ada audio di dalam mobil. Cyn memikirkan jalan hidupnya kedepan, cepat atau lambat ia harus menjelaskan ke Bian bahwa Papanya, mantan suami Cyn, tidak bisa tinggal bersama kembali, dan sudah mempunyai keluarga sendiri.
Cyn bahkan tidak memikirkan siapa
pengganti mantannya, cukup dengan Bian ia menjadi kuat. Mantan suaminya, Hendro prakorso, seorang anak dari rektor salah satu universitas ternama di kota ini, yang telah wafat lima tahun lalu.
Cyn sangat menghormati keluarga mantan suaminya itu, mereka baik sekali, tapi entah dari mana perilaku jahat Hendro hadir.
Air mata Cyn menetes saat teringat Hendro menalaknya, memang beberapa bulan sebelumnya Hendro menjadi lebih pendiam, tak peduli, sering keluar rumah bahkan tak pulang.
Bermula dari Cyn mengecek handphone Hendro, ada chat bersama wanita lain, dia melihat photo profile si wanita ternyata sudah memiliki anak ditambah dengan snap Watsapp nya sedang bermain dengan anak tersebut. Cyn langsung me-record semua bukti yang ada lalu me-air drop ke handphone miliknya, itu sudah berlangsung selama dua bulan, bisa dibayangkan selama apa Cyn menahan semuanya dan tidak pernah tidur dengan nyenyak?, sepertinya Hendro juga sengaja Cyn tau semuanya.
Wanita itu adalah juga seorang janda temannya Hendro, Hahaha lucu sekali hidupku, membuat janda istrinya lalu menistrikan seorang janda.
Setelah perceraian, mentalnya terasa hancur dan terlintas dipikirannya untuk menyudahi hidupnya, namun ada seorang malaikat yang harus ia jaga dan lindungi. Cyn selalu berdoa, semoga Bian besar akan menjadi seorang yang pria tau apa yang harus ia lakukam sebagai seorang pria dan menjadi seseorang yang bertanggung jawab.
Kalaupun dunia tidak ada lagi pria baik, Cyn yang akan melahirkan pria baik itu.
Cyn mengusap air matanya, karna pasti Hendro sedang tertawa bahagia sekarang dengan istrinya. ia tidak akan bersedih lagi, cukup kemarin-kemarin, balas dendam terbaik adalah menjadikan kita menjadi versi lebih baik, bahkan kalo bisa terbaik.
Menarik nafas dan membuangnya perlahan, jangan sampai emosi menguasai dirinya.
"Bisa-bisa kecelakaan kalau banyak menangis seperti ini Cynnie! aku akan menunjukkan kalau lepas darinya aku bahagia, cukup sudah menangisi pria
aneh dan jahat itu" Cyn tertawa setelahnya menyadari dirinya terus menangis.
"Hah, kalau saja aku me — ARGH!" jantungnya berdegub kencang, Cyn mengedarkan pandangannya, nafasnya tidak stabil.
Keluar dari mobilnya dan ia mengecek, ternyata ban depan kanan mobilnya masuk parit. Tubuhnya lemas bingung minta tolong pada siapa.
"Ada- ada aja si," kesalnya. Dijalan itu juga sepi karna sudah masuk jam kantor.
akhirnya ia masuk kemobil dan mengambil ponsel, setelah berpikir untuk meminta tolong pada siapa.
Dia menghubungi Xena untuk menanyai nomor montir dari suami temannya itu.
"Kenapa ga diangkat Na ih," kesalnya karna panggilannya tidak juga dijawab.
Coba menghubungi kedua kalinya, akhirnya panggilannya diangkat.
"Halo kenapa Cynnn, ada masalah di toko? atau kangen gue? elah baru
berama lama ga ke to—"
"Bumil bawel banget elah, punya nomor montir or apa gitu ga? "
"ban mobil gue masuk parit ni". Cyn geregetan.
"Hah! lo apa?" Cyn meringis mendengar teriakan disana.
"Ban mobil depan gue masuk parit, ga liat tadi pas jalan, lagi siapa sih yang bikin parit tiba-tiba?!"
"Lo nya aja ga liat-liat, pake grutu! temen suami gue montir, bentar gue chat," sambil me-loud spreaker ponsel dan me-Watsapp suaminya.
"Gue tadinya mo telpon derek, tapi ini cuma masuk parit," keluh Cyn.
"Kata mas Ridho coba shareloc Cyn, ke gue aja," memaksud agar di-forward ke suaminya.
"udah, platnya tuh da gue kirim."
"Tunggu, jangan kemana- mana lo, masuk mobil aja,"
"iyaa, hp gue lowbat. makasih banyak
bumil cantik!"
"yeu dasar lo." Cyn menatap ponselnya mati dan langsung mengisi daya nya didalam mobil.
Asik melamun dalam mobil, terdengar suara ketukan dari jendela membuatnya terlonjak kaget.
Buru-buru Cyn menurunkan jendelanya. "Temannya Ridho, Mbak?"
"Oh iya mas, sebentar saya turun."
Cyn melihat di Belakang mobilnya terdapat Range rovers hitam metalic, sangat manly, bantinnya.
Sehabis berkenalan dengan Gio, teman Ridho, ternyata Gio membawa seorang teman lainnya.
Melihat Gio mengeluarkan tali tambang yang besar, ia mengser tubuhnya ke arah samping agar tidak menghalangi. Gio mengikat tali tambang itu dengan lengan berototnya itu dibagian belakang mobil Cyn dan di depan mobil Gio agar ditarik.
Cyn melihat Gio, pria dengan kaos polo dan celana jeans itu memiliki tubuh gagah, bahkan Cyn berani bertaruh
kalau ada bahkan banyak wanita yang melihat punggung Gio ingin menyenderkan diri. Cyn yang tinggi saja untuk ukuran wanita Indonesia, hanya sebatas dagu Gio, ini perkiraan Cyn.
Sepertinya member club gym dia, saat
mengamati perawakan gagah Gio dengan kulit kuning langsatnya.
No, Cyn tidak tertarik, hanya me-review apa yang ia lihat.
"Lik, lo masuk mobil gue, nariknya ngehentak barengan." sambil masuk mobil Cyn.
"Iya Pak!" seru temannya.
Suara gesekan ban dan mesin kedua mobil bersautan, Gio lihai mengatur stir mobil Cyn. saat melihat ban mobilnya keluar dari parit, Cyn bernafas lega.
"Mas Gio, makasih banyak ya.., eh itu aduh gimana ?" Cyn bingung harus bicara tentang pembayarannya bagaimana, maksudnya nominalnya.
Gio tau wanita itu sungkan perihal pembayaran, Gio melihat wanita itu dengan muka datar, "Gausah Mbak, gratis. saya anggep lagi bantu teman
aja," ucapnya kalem.
Gio melihat penampilan wanita itu serba tertutup, memakai baju simple dengan warna coklat , cocok dengan warna kulitnya yang kelewat putih dengan high heels rendah, sangat sangat cantik dan anggun, batinnya.
"Eh saya gaenak mas, gimana kalau traktir makan sekalian sama temennya juga, ya?" Cyn mencoba negoisasi dengan menatap Gio.
"Saya habis ini masi ada urusan Mbak, jadi gapapa ko, santai."
"Yauda kapan-kapan aja ya Mas," Cyn beneran gaenak kalau sampe ada hutang budi.
"Iya boleh."
Cyn tersenyum senang.
"Yauda saya duluan ya Mas Gio, mari, makasih sekali lagi." Berjalan memasuki mobilnya dan menyapa teman Gio satu lagi.