- KEJADIAN MENGERIKAN -

2385 Kata
Siang hari, Zevanya merasa bosan karena hanya duduk – duduk saja di ruang tamu sambil nonton tv. Ternyata, pekerjaanya tidak terlalu berat seperti yang Zevanya fikirkan. Bahkan, dia lebih banyak bersantai di banding bekerja. Dia ingin membersihkan rumah, tetapi sudah ada yang mengurus bagian itu. Alhasil, Zevanya hanya diam saja sambil menunggu Devanka kembali.   “ Lebih baik aku keliling rumah ini saja. Ya, itung – itung biar lebih tau letak ruangan di tempat ini. “ Merasa bosan, Zevanya pun segera bangun dan berjalan menuju halaman belakang rumah yang terdapat kolam renang sangat luas.   “ Wah, enak banget kalau siang – siang begini berenang. “ Ucap Zevanya sambil melihat sekelilingnya, sampai akhirnya ada suara gaduh mendekati arahnya.   Zevanya yang merasa panik langsung bersembunyi di balik pilar cukup besar agar tidak terlihat oleh mereka.   Dia mengintip untuk melihat siapa yang baru saja datang dan ternyata itu adalah Devanka bersama para pengawalnya. Namun, ada hal lain yang membuat Zevanya terkejut, yaitu ketika melihat lelaki yang kini tubuhnya bersimbah darah di seret paksa menuju ruangan di ujung halaman belakang yang sangat terpencil.   Zevanya ingin menjerit melihat betapa mengerikannya apa yang terjadi saat ini, namun ia segera menutup mulutnya dengan tangannya sendiri. Jantungnya berdebar – debar melihat darah begitu banyak keluar dari lelaki malang itu.   “ Apa yang sebenarnya terjadi? “ Zevanya mengigit kuku jarinya sendiri merasa begitu cemas.   Setelah semua orang itu masuk ke dalam ruangan, Zevanya yang merasa penasaran mencoba mendekati tempat itu. Dia melihat jelas di lantai terdapat banyak tetesan darah lelaki yang di bawa ke ruangan itu.   Zevanya melangkah dengan hati – hati agar tidak menimbulkan suara. Dia mengintip melalui celah jendela yang dapat memperlihatkan jelas apa yang sedang terjadi di dalam ruangan itu.   “ Ini hukuman karena kamu sudah berani masuk ke wilayah kita sebagai mata – mata! “ Teriak Devanka kepada lelaki yang sudah berlumuran darah itu kini berlutut di hadapannya, lalu dengan mudahnya Devanka menggorok leher lelaki itu hingga menimbulkan aliran darah yang begitu deras keluar dari tenggorokan lelaki itu.   Mulut Zevanya terbuka lebar, jantungnya mendadak ingin berhenti melihat apa yang baru saja terjadi. Bagaimana bisa lelaki yang terlihat tampan dan dingin itu begitu mudahnya mengambil nyawa seseorang. Perut Zevanya mendadak mual melihat cairan kental merah itu begitu banyak membasahi lantai. Dia ingin segera berlari dari tempat itu, tapi kakinya mendadak kaku.   Merasa perutnya semakin mual, akhirnya dengan langkah gontai dan kepala yang sedikit pusing Zevanya bergegas pergi menjauh dari tempat itu menuju ruang tamu untuk mengambil tas nya dan ingin segera pergi dari rumah ini.   “ Pantas saja dirumah ini banyak peraturan aneh! Pokoknya, aku harus segera pergi dari sini! “ Zevanya mempercepat langkahnya, setelah sampai di ruang tamu dia langsung mengambil tasnya dan ingin berlari menuju pintu keluar.   BUKK….   Tepat saat Zevanya ingin keluar dari ruang tamu, dia menabrak tubuh seseorang hingga dirinya jatuh terduduk di lantai.   “ Kamu mau kemana sangat terburu – buru seperti ini? “ tanya lelaki bertubuh tinggi yang kini menatap Zevanya tajam.   “ A—aku…” Zevanya segera berdiri, dia nampak sangat gugup. “ Dev, kayaknya aku gak bisa lanjut bekerja disini karena…” Zevanya mencoba berfikir untuk mencari alasan yang logis.   Melihat ada ketakutan di wajah Zevanya membuat Devanka bisa melihat bahwa ada sesuatu yang baru saja gadis itu ketahui.   “ Apa yang sudah kamu lihat? “ tanya Devanka tanpa basa – basi lagi.   Seketika Zevanya terdiam. Tubuhnya kembali bergetar hebat karena ketakutan. Bagimana tidak? saat ini dia berhadapan dengan lelaki yang baru saja membunuh seseorang.   “ Aku…” Belum selesai menjelaskan, tangan Zevanya langsung bergerak mendorong tubuh Devanka, setelah tubuh lelaki itu menyingkir dari hadapannya, dengan cepat Zevanya berlari sekencang mungkin menuju gerbang keluar untuk menjauh dari lelaki kejam itu. Devanka pun tidak tinggal diam, dia langsung mengejar Zevanya.   “ Mau kemana kamu!!!! “ teriak Devanka sekencang mungkin.   Berlari sambil ketakutan rupanya membuat Zevanya jadi lupa kemana arah menuju pintu keluar, alhasil dia hanya berlari saja menelusuri lorong dirumah Devanka yang sangat panjang dan luas itu.   Mengetahui gadis itu sedang mencoba untuk kabur, para pengawal yang melihatnya berusaha untuk menangkap Zevanya, tetapi gadis itu berhasil meloloskan diri dengan cara menendang bagian bawah yang menjadi kelemahan lelaki.   “ Hei! cepat tangkap perempuan itu! “ teriak Devanka.   Zevanya terus berlari sampai akhirnya dia tidak menemukan lagi jalan karena salah arah. Dia semakin ketakutan karena kini Devanka sudah semakin dekat dengannya. Zevanya mencoba mencari benda untuk melakukan perlawanan tetapi tidak ada.   “ Tamat sudah riwayatmu, Zevanya! “ batinnya ketakutan.   Devanka yang sejak tadi berlari mulai berjalan santai setelah melihat Zevanya sudah tidak bisa melarikan diri lagi. Dia tersenyum miring menatap gadis dihadapannya kini sangat ketakutan.   “ Jadi, kamu ingin bermain kejar – kejaran denganku? “ tangan Devanka langsung mencengkram leher belakang Zevanya, ia dekatkan wajah gadis itu kehadapannya.   “ Ah, sakit!! “ Zevanya berusaha mendorong tubuh Devanka, tetapi tenaganya tidak cukup kuat.   “ Kamu belum jawab pertanyaanku tadi!! Apa yang sudah kamu lihat? “ tanya Devanka penuh penekanan.   Zevanya terdiam menahan rasa sakit karena tangan lelaki itu mencekik leher belakangnya.   “ JAWAB!!! “ Bentak Devanka membuat Zevanya semakin panik, dia sudah hampir menangis.   “ Aku melihat kamu membunuh seseorang! “ Jawab Zevanya memberanikan diri.   Devanka mengangguk. “ Kalau begitu, aku tidak akan membiarkan kamu keluar dari rumah ini dengan selamat! “ Seru Devanka.   “ Ma—maksud kamu? “ Mata Zevanya melebar, dia semakin cemas.   “ Karena kamu sudah melihat apa yang terjadi, maka aku harus membunuhmu juga! “ tangan Devanka beralih mencengkram kuat lengan Zevanya agar gadis itu tidak bisa berlari lagi.   “ Tolong lepaskan aku! “ Zevanya berusaha memberontak. “ Jika kamu membiarkanku bebas, aku berjanji tidak akan melaporkan apa yang sudah ku lihat ke polisi! “ Suara Zevanya terdengar sangat memohon. Air matanya mulai menetes.   “ Kamu fikir saya bodoh? Jika kamu saya lepaskan, sudah pasti kamu akan melapor! “ Devanka dapat melihat dengan jelas gambaran ketakutan setengah mati yang tercetak di wajah Zevanya.   “ Gak akan! “ Zevanya menggeleng . “ Aku janji gak akan lapor! Tolong jangan bunuhku karena kedua adikku masih kecil dan sangat membutuhkan diriku. “ Zevanya terus saja menangis.   Devanka terdiam beberapa saat seperti sedang berfikir.   “ Kamu tau? setiap pembantu atau asisten di rumah tangga yang bekerja disini tidak pernah bertahan lama. Mereka yang sudah mengetahui apa yang sebenarnya terjadi di rumah ini memutuskan untuk pergi, namun tidak sempat. “ Devanka mendekatkan wajahnya kehadapan Zevanya. “ Karena sebelum mereka pergi, kami sudah membunuhnya terlebih dahulu! “   Mendengar hal itu, Zevanya jadi merasa kesulitan bernafas setelah memikirkan nasibnya akan seperti para pembantu yang lainnya.   “ Tolong jangan bunuh saya! “ Pinta Zevanya dengan suara lirih.   “ Oke. “ Devanka mengangguk. “ Tapi, ada syaratnya. “   “ Apapun akan aku lakukan! “ Jawab Zevanya dengan penuh keyakinan. “ Asalkan kamu tidak membunuhku. “   “ Kamu harus tetap bekerja disini sebagai asistenku. “ Pinta Devanka.   Zevanya berfikir sebentar. Sebaiknya saat ini dia menerima saja persyaratan itu agar dirinya bisa dibiarkan hidup terlebih dahulu, nanti setelah itu Zevanya akan berfikir bagaimana caranya supaya bisa terbebas dari lelaki mengerikan dihadapannya ini dan segera meminta bantuan polisi.   “ Baiklah. “ Dengan lemas Zevanya mengangguk.   “ Nyawamu akan aman jika kamu bisa tutup mulut dan…” Devanka perlahan melepaskan cengkraman tangannya.   “ Dan apa? “   “ Dan jangan pernah coba untuk melarikan diri karena kamu akan mendapatkan hukuman yang sangat menyakitkan! “ Ancam Devanka.   Zevanya membisu. Dia merasa Devanka seperti bisa membaca fikirannya yang sebenarnya memang sudah mempunyai niat melarikan diri.   “ Setuju? “ tanya Devanka.   “ Se—setuju. “   “ Oke, ini hukuman pertamamu karena sudah berniat melarikan diri. “ Devanka mengambil sesuatu di saku belakang celananya, lalu ia meraih tangan Zevanya, kemudian Devanka menyayat lengan gadis itu dengan sebuah silet tajam.   “ Aww….” Zevanya meringis kesakitan bersamaan dengan darah yang menetes ke lantai.   “ Kalau kamu tidak ingin merasakan yang lebih sakit dari ini, maka jangan pernah kamu macam – macam! “ Selesai bicara, Devanka segera pergi meninggalkan Zevanya.   “ Dasar lelaki gila! “ Caci Zevanya sambil menahan rasa sakit di lengannya. “ Aku harus segera cari cara untuk terbebas dari pria kejam sepertinya! “     **   Ketika ingin pulang, Zevanya berpamitan dulu dengan Devanka yang kini duduk santai di bangku dekat kolam renang, lelaki itu sedang menikmati secangkir kopi sambil memperhatikan para Bodyguardnya yang sedang mengurus mayat lelaki yang tadi Devanka gorok lehernya.   Zevanya bergidik ngeri melihat kegiatan yang dilakukan para penjaga itu, mereka sedang memasukkan mayat lelaki malang itu ke dalam karung besar. Sungguh tidak manusiawi!   “ Devanka. “ Panggil Zevanya yang sudah berdiri disamping lelaki itu. “ Sudah waktunya aku untuk pulang.  Apakah ada yang kamu butuhkan sebelum aku pergi? “ tanya nya.   Devanka meletakan secangkir kopi di atas meja, lalu menoleh ke arah Zevanya.   “ Bagaimana dengan tangan kamu? “ Devanka malah bertanya hal lain, ia melirik luka sayatan hasil karyanya. “ Apakah masih terasa sakit? “ tanya nya menatap luka di lengan Zevanya yang hanya sehelai rambut tetapi sangatlah menyakitkan.   ‘ Apa dia sudah gila bertanya seperti itu? tentu saja luka ini masih terasa sakit! apalagi jika terkena air! ‘ Zevanya hanya bisa menggerutu dalam hati saja, ia takut kalau mengungkapkan secara langsung akan mendapat hukuman lagi.   “ Sudah tidak sakit. “ Bohong Zevanya.   “ Bagus. “ Devanka mengangguk. “ Ingat pesanku, Zevanya. “ Lelaki itu berdiri, ia berhadapan dengan Zevanya. “ Jaga rahasia apa yang sudah kamu lihat jika kamu masih ingin melihat dunia! “   Zevanya mengangguk kaku. “ Ka—kamu tenang saja. “   “ Silahkan pergi. “ Devanka kembali duduk, sementara Zevanya langsung bergegas pergi. Dia tidak tahan berada disana terlalu lama karena bau darah yang sangat anyir begitu memenehui halaman yang terlihat begitu indah tetapi menyimpan sisi gelap dan mencekam.   Sambil berjalan, Zevanya memandangi sekelilingnya. “ Ini bukan istana, tetapi neraka! “ cibirnya.   Di tengah perjalanan pulang, Zevanya berhenti di sebuah tempat yang bertuliskan ‘KANTOR POLISI’. Gadis itu memandangi kantor polisi dengan penuh harapan agar dirinya bisa terbebas dari lelaki kejam itu. Untungnya saat ini dia mempunyai salah satu bukti penyiksaan yaitu bekas sayatan silet dari Devanka.   “ Kamu fikir aku akan tutup mulut? “ Zevanya tersenyum miring. “ Tentu saja tidak! Aku akan melaporkan kamu sekarang juga! “ kaki Zevanya mulai melangkah mendekati kantor itu tetapi tiba – tiba ponselnya berbunyi.   “ Hallo? ini siapa ya? “ Zevanya mengangkat telefon yang nomornya belum dia simpan.   ‘ Apa kamu sudah bosan hidup? ‘ suara itu terdengar penuh penekanan dan dapat Zevanya pastikan itu suara lelaki yang sudah menciptakan luka ditangannya.   “ De—devanka?  “ Zevanya jadi panik karena lelaki itu menelefonnya.   ‘ Kamu fikir aku bodoh akan membiarkanmu pergi tanpa pengawasan? ‘ ucap Devanka terdengar nyaring. ‘ Aku tahu sekarang kamu sedang berjalan menuju kantor polisi! ‘   Seketika Zevanya membeku, ia melihat sekelilingnya mencari – cari apakah ada seseorang yang mengikutinya sampai Devanka tahu bahwa dia kini ingin melaporkannya ke polisi. Tentu saja Devanka memang sengaja menyuruh beberapa Bodyguardnya mengikuti Zevanya untuk memastikan apakah perempuan itu akan menepati janjinya untuk tidak membocorkan rahasia berdarah yang baru saja terjadi dirumah itu atau tidak.   “ A—aku tidak bermaksud melaporkan kam—“   ‘ Cepat pulang kerumah sekarang juga atau kedua adikmu akan mati ditanganku! ‘ ancam Devanka membuat jantung Zevanya berhenti berfungsi beberapa detik, ia sangat ketakutan jika Devanka benar – benar akan membunuh adiknya.   “ Jangan Devanka! Tolong jangan bunuh kedua adikku! “ mata Zevanya mulai berkaca – kaca. “ Aku akan pulang sekarang juga! Aku tidak akan melaporkan kamu ke polisi! “   ‘ Saya masih melihat kamu berada di dekat sana. ‘  Ungkap Devanka mengetahui gerak – gerik Zevanya yang kini kebingungan dan masih berdiam diri belum beranjak pergi. Tentu saja Devanka tahu sedetail itu karena salah satu Bodyguardnya melakukan panggilan vidio kepada Devanka untuk memberitahu pergerakan Zevanya, sementara ponsel Devanka yang satu lagi digunakan untuk menelefon gadis itu.   Mata Zevanya menyapu pandangan ke sekelilingnya, ia ingin tahu dimana orang yang kini sedang memantaunya, tetapi dia tidak menemukannya. Orang suruhan Devanka benar – benar bekerja dengan baik sampai tidak terlihat.   “ Iya – iya, aku akan pergi sekarang juga! “ Dengan langkah terburu – buru, Zevanya pergi menjauh dari kantor polisi dan memilih untuk pulang saja.   Untuk saat ini, bagi Zevanya nyawa adiknya lebih penting. Mungkin, untuk hari ini dia gagal melaporkan Devanka, tapi dia tidak akan menyerah dan segera mencari ide agar bisa melaporkan lelaki kejam itu.   Jika hari ini gagal, masih ada esok untuk mencoba lagi!   Sampai dirumah, Zevanya langsung mencari keberadaan adiknya untuk memastikan keadaan mereka dan untungnya mereka berdua baik – baik saja sedang bersantai sambil nonton film kartun.   “ Adikku. “ Zevanya duduk di antara kedua adiknya, ia menarik mereka berdua kedalam pelukannya. Sungguh Zevanya tidak ingin kehilangan orang yang dia sayang.   “ Ada apa? “ tanya Neo. “ Mengapa kakak terlihat begitu cemas? “   “ Tidak apa – apa. “ Zevanya melapaskan pelukannya, ia menatap Ninis dan Neo secara bergantian. “ Kalian berdua dengerin kakak ya? mulai besok, sehabis pulang sekolah kalian harus kunci rumah dan jangan bukakan pintu selain kakak, tante maya dan om adam, Kalian berdua mengerti? “   Neo dan Ninis saling bertatapan sebelum akhirnya mengangguk.   “ Memangnya ada apa? “ tanya Ninis.   “ Saat ini sedang banyak penculikkan anak. “ Bohong Zevanya. “ Pokoknya, kalian harus hati – hati. Kalau ada orang tidak dikenal mengajak kesuatu tempat harus segera kalian tolak dan sebaiknya kalian lari atau minta pertolongan kepada warga sekitar. “ Zevanya memberikan instruksi seperti itu karena takut sewaktu – waktu Devanka akan melakukan sesuatu yang buruk kepada adiknya.   “ Iya kaka. “   “ Bagus. “ Zevanya mencium pucuk kepala Ninis dan Neo secara bergantian. “ Kaka sayang sekali sama kalian berdua, oleh karena itu kakak sangat ketakutan jika terjadi sesuatu yang buruk kepada kalian. “   “ Kami berdua juga sayang sama kakak. “ Ucap Ninis dan Neo bersamaan, ia memeluk Zevanya penuh kasih sayang.   Tak terasa air mata Zevanya menetes, ia menyesal karena sudah menerima pekerjaan yang ternyata kini membawa malapetaka untuk dirinya sendiri.   TING… (sebuah pesan masuk)   Zevanya membuka pesan itu dan membacanya dengan gemetar.   Aku sudah tidak sabar ingin memberikan satu sayatan lagi ditanganmu karena tadi sudah berniat melapor ke polisi. Sampai bertemu besok.  >Devanka   Zevanya jadi keringat dingin, ia sadar atas kesalahan yang dilakukan pasti lelaki itu akan memberinya hukuman sebuah sayatan menggunakan silet lagi.   “ Ya tuhan tolong hambamu. “ Batin Zevanya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN