8. Kecewa Dan Duka

1248 Kata
“Tentu saja, Ellea sekarang hanya mantannya Rama, Stefi,” sahut Moza dengan tersenyum penuh percaya diri pada Stefi sambil meletakkan bingkai foto itu di meja lagi. “Oh, iya-iya, Bu. Benar. Ellea hanya masa lalu Rama. Meskipun pernikahan kami bisa dibilang tiba-tiba. Tapi, aku telah meminta kejelasan padanya sebelum kami menikah. Dia bilang tidak ada hubungan serius dengan wanita manapun,” jelas Moza. “Ibu benar. Sejak skandal video yang menimpa pak Rama, nona Ellea tidak pernah datang ke kantor. Di media sosial pun mereka jarang terlihat bareng,” ungkap Stefi. “Hmm.... Begitu, ya,” balas Moza sambil manggut-manggut. “Maaf, Bu. Saya harus ke ruang rapat dulu,” pamit Stefi. “Jika Anda perlu sesuatu silakan tekan tombol ini saja. Nanti salah satu teman saya, sesama sekretaris akan kemari untuk membantu Anda. Pak Rama tidak suka dibantu office boy,” jelas “Silakan, Stefi. Pergi saja. Terima kasih informasinya.” Setelah Stefi pergi dan menutup pintu. Moza meminum teh yang tadi dibuat oleh sekretaris Rama itu. Sambil menikmati teh itu, matanya menatap lagi foto Ellea. Diam-diam dia merasa penasaran juga dengan gadis cantik bak model itu. Siapa sebenarnya dia? Apa pekerjaannya? Sedalam apa hubungannya dengan Rama? Andai saat ini bisa membuka ponselnya pasti akan dia cari informasi siapa sebenarnya mengenai gadis itu. Tapi, saat ini dia lebih memilih untuk tidak menghidupkan ponselnya. Dia masih takut ada panggilan dari ibunya. Moza belum siap menghadapi wanita yang telah melahirkannya itu memarahi dan menginterogasinya habis-habisan. Tak tahu kenapa dia ingin menghadapi itu semua bersama-sama dengan Rama. Moza jadi merasa ingin mengandalkan pria yang baru menikah dengannya secara kontrak itu untuk meyakinkan ibunya nanti. *** Sementara itu, diruang rapat pemegang saham, Rama sedang berdebar-debar menunggu hasil pemilihan CEO. Para pemegang saham yang hadir banyak yang mengkritiknya habis-habisan. Mereka menyalahkan kondisi Alrash Corp karena ulah Rama. Banyak dari mereka yang kecewa dengan cara Rama bekerja dan menganggapnya tidak serius memimpin perusahaan. Karena sibuk bersenang-senang dengan wanita. “Tenanglah, Rama. Kamu akan menang. Aku sudah melobi rekan-rekan Kakek. Mereka masih akan mendukungmu. Katanya tidak yakin jika Reno yang memimpin perusahaan ini,” tutur tuan Dirga memberi semangat kepada cucu kesayangannya itu. Sejak ibu Rama meninggal dan ayahnya menikahi simpanannya, tuan Dirga dan istrinya memang yang telah merawat Rama. Rama pun tidak mau tinggal lagi bersama ayahnya. Meskipun sama-sama cucunya tuan Dirga lebih menyayangi Rama dibandingkan Reno. Dia berpikir Reno jauh lebih beruntung hidup dengan keluarga yang utuh. Tumbuh ditemani ayah dan ibunya yang saling mencinta. Tapi, Rama sejak kecil dia telah kehilangan sosok ayahnya. Sejak berselingkuh dan menikah di bawah tangan, ayah Rama jarang pulang ke rumah. Karena itulah kakek Dirga lebih sayang pada Rama. Jumlah pemegang saham di Alrash Corp ada sepuluh orang. Masing-masing keluarga Alrash memiliki lima belas persen saham. Jadi total jika digabungkan keluarga Alrash punya enam puluh persen saham di Alrash Corp. Tapi, masalahnya keluarga Alrash sekarang terpecah. Tuan Dirga mendukung Rama. Sedangkan Ayah Rama, tuan Prayudha mendukung Reno. Selama ini Rama justru mendapat dukungan dari pemegang saham yang lain. “Baiklah mari kita mulai voting,” ucap Rama menebarkan pandangannya kepada seluruh peserta rapat. “Tolong yang menginginkan Reno menjadi CEO Alrash Corp. Angkat tangan kalian.” Satu persatu beberapa orang mengangkat tangan. Hasilnya tujuh orang termasuk Reno dan ayahnya mengangkat tangannya. Hanya tuan Dirga, Felix dan juga Rama yang tersisa. Rama terdiam. Dia terlihat tenang. Semuanya sudah dia duga. Tapi, setidaknya dia sudah berusaha. Tuan Dirga tiba-tiba menggebrak meja dengan tatapan tajam. Dia merasa kecewa dan marah pada orang-orang biasa mendukung Rama tapi kini tidak memilihnya lagi. “Apa ini? Kalian serahkan Alrash Corp pada bocah yang belum berpengalaman?” “Ayah, jangan bilang begitu. Kita tidak akan tau sebelum memberikan kesempatan padanya. Selama ini kinerjanya sangat bagus dalam mengelola dan membesarkan mal Alrash hingga bercabang-cabang.” Tuan Prayudha berusaha membela Reno. “Alrash Corp tidak hanya bergerak di dalam negeri saja, Yudha. Kamu jangan main-main,” jelas tuan Dirga menatap putranya itu tajam. “Sudahlah, Kek. Kita pulang saja. Jangan habiskan energimu untuk memberikan penjelasan pada mereka,” ucap Rama kemudian berdiri dan mendekati Reno. “Selamat, semoga kamu bisa memimpin Alrash Corp lebih baik lagi. Aku pergi dulu.” Rama menyalami adiknya, menepuk bahunya lalu berlalu pergi sebelum adiknya membalas ucapan itu. Melihat sikapnya itu Reno hanya menyeringai menatap kepergian kakaknya. *** Saat memasuki kantornya, Rama mendapati Moza sedang tertidur dengan menaruh kepalanya di atas meja. Tangannya masih memegang bingkai foto Ellea. Rama dengan hati-hati mengambil bingkai foto itu dan menaruhnya di meja itu begitu saja. Moza tampak tertidur dengan pulas. Hingga tak tega, dia membangunkannya. Saat tidur wajah terlihat begitu damai. Hingga membuat Rama tertarik untuk memperhatikannya. Untuk sesaat dia bisa lupa dengan kekecewaannya. Ram berlutut. Lalu dia menaruh kepalanya di meja menghadap ke wajah Moza. Pelan-pelan tangannya menyusuri wajah ayu gadis itu. Menyibakkan helaian rambut yang menutupi wajahnya. Moza sejak tadi masih memakai gaun pengantinnya tadi. Di mata Rama terlihat makin memesona. “Sepertinya kau tidak begitu sedih, Moz. Mungkin kamu tidak memimpikan Ibumu. ucapnya dengan suara terdengar sedih tanpa sadar jika itu akan membuat Moza terbangun. Moza terkejut, begitu membuka mata langsung melihat seraut wajah menatapnya dari jarak dekat. “Hhhah, tidak.” Moza mengangkat kepalanya. Begitu pun dengan Rama. Dia juga tersentak dan segara menegakkan kepala. “Jangan takut ini aku.” Moza mengusap-usap kedua matanya yang terlihat kabur. “Apa rapatnya sudah selesai?” Rama kemudian berdiri dan melonggarkan dasinya. “Ya, sudah.” “Kenapa kau tidak membangunkan aku? Apa sudah lama?” “Belum lama. Aku lihat tidurmu pulas sekali. Jadi aku sayang untuk membangunkanmu. Pasti kamu tidak bermimpi bertemu Ibumu.” Sengaja Rama berkata begitu untuk memancing ingatan Moza. “Ibu? Ah, iya. Aku baru ingat. Bukankah rapatmu sudah selesai. Ayo, kita ke rumah ibuku sekarang?” tagih Moza segera berdiri lalu merapikan bajunya. “Ayo,” jawab Rama singkat dan santai. Rama mendekat lalu memberikan lengannya pada Moza untuk digandeng. Moza tersenyum dan menyambutnya dengan bahagia. *** “Wow.... Apa ini hadiah dari para karyawanmu?” tanya Moza begitu masuk ke dalam mobil dan melihat banyak kado menumpuk di kursi belakang. “Bukan, itu untuk Ibumu dan juga Namira,” sahut Rama agak terdengar dingin. “Oh ya?” tanya Moza tak percaya tapi merasa bahagia. “Tapi, ngomong-ngomong kapan kamu menyiapkan kado-kado itu?” tanya Moza sambil memakai sabuk pengamannya. “Stefi yang mengurus. Aku tidak tau persis.” “Terima kasih, ya,” ucap Moza dengan suara lembut sambil menatap Rama yang sudah menghidupkan mesin akan menjalankan mobilnya. Rama menatap Moza lalu mengangguk. Kemudian menjalankan mobilnya meninggalkan gedung pencakar langit milik Alrash Corp. Moza tidak tahu jika pria di sampingnya itu baru saja mengalami kekecewaan yang teramat dalam. *** Saat mobil memasuki halaman rumahnya, Moza terkejut karena terasnya dipenuhi banyak orang. “Ada apa ini? Mengapa rumahku ramai sekali?” “Entahlah, sepertinya mereka sedang bersedih.” “Iya, benar.” Moza segera keluar dari mobil dan berlari menuju teras rumahnya. Sampai di sana dia mendengar suara orang bersahutan memanggil nama ibunya dengan sedih. Bahkan ada yang menangis. “Permisi, tolong beri saya jalan.” “Moza, kamu sudah pulang?” tanya bu RT dengan tatapan tidak senang. “Cepat masuklah. Lihat Ibumu. Apa setelah ini kamu bisa memaafkan dirimu?” “Apa maksud Ibu?” tanya Moza bingung. “Karena mengetahui pernikahanmu tadi, Ibumu terkena serangan jantung. Kini dia telah tiada Moza.” “Tidak... “ ucap Moza lirih. “Ibuuuuu..... “ teriaknya kemudian sambil berlari menerobos masuk ke dalam rumah.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN