“Papa kenapa tampar aku?!” seru Bagas seraya memegang pipinya yang berbekas kemerahan di sana. Kedua mata pria itu tampak membulat sempurna dibuatnya. “Kalau kemarin Mama kamu yang tampar kamu, maka sekarang Papa yang akan tampar kamu! Kamu tahu kenapa Papa tampar kamu?” Kepala Papa Bagas menggeleng pelan dibuatnya. “Memangnya apa, Pa?” “Karena Papa tidak pernah mengajarkan kamu menjadi seorang pria berengsek! Papa gak pernah ajarin kamu untuk menikah kedua kalinya, dan berlaku tidak adil kepada istri keduamu! Kamu boleh bersedih, Bagas. Papa tidak melarang, tapi kamu harus tetap mengingat sekelilingmu. Apalagi sekarang Dea sedang mengandung kan?!” d**a Papa Bagas tampak naik turun, emosinya sudah memuncak saat ini. Bagas yang mendengarnya pun hanya bisa menundukkan kepalanya, menghind

