Chapter 2

1321 Kata
Masa SMP adalah masa sebuah proses wanita akan menunjukkan sisi aibnya seperti tumbuhnya jerawat. Karena jerawat ini sering membuat mereka berdua tertawa. “kenapa juga harus tumbuh di hidung. Besar lagi.”celotehan In Ha di depan cermin yang hendak pergi kesekolah. In Ha memutuskan memakai masker ke sekolah. Berada di tengah 2 lelaki yang sangat dekat membuat nya bisa jadi sasaran untuk suatu ledekan. “kak Ha Neul” teriak karin dari pintu pagar. “In Ha?” Ha Neul heran. “kok pakai masker sih. Kenapa? Kamu gak mandi ya?” ledekan Ha Neul. “ih ihh… bukan. Hidung aku ada jerawat.” kata In Ha berbisik “ahaaha perkara jerawat sampai berubah jadi ninja. Emang gak pengap?” tanya Ha Neul kembali “iya sih. Ahh dari pada malu.” jawab In Ha menutup rapat maskernya Mereka pun berjalan kearah kelas masing masing. Di kelas In Ha merasa gerah karena masker yang ia pakai dan meminta izin ke toilet.Sesampainya di toilet In Ha membuka masker di belakang toilet. Tanpa ia sadari bahwa di situ ada Kwang So keluar dari toilet. “In Ha?” Tanya Kwang So “hehe” In Ha kehabisan kata “itu jerawat apa bisul?.hahahaha” Kwang So tertawa melihat jerawat In Ha yang amat besar Ledekan itu berlangsung selamanya yaitu gadis jerawat bisul. Saat Kwang So cerita betapa besarnya jerawat In Ha kepada Kang Ha neul, menjadi bahan obrolan seru buat mereka berdua. “aku suka Kwang So, tapi kenapa aku selalu yang jadi bahan tertawa buatnya. Bête” kata In Ha dalam hati. Itulah masa masa mereka dulu SD,SMP. Tetapi setelah mereka lulus SMP In Ha merasa sepi. Sekolah kurang bersemangat bagi In Ha semenjak mereka berdua lulus, meskipun In Ha bertemu mereka di rumah setiap saat. Kala melihat mereka berdua uring-uringan dirumah, buat Choi In Ha berasa kesal. pagi-pagi harus ke sekolah. In Ha harus melihat mereka berdua di rumah minimalis tertawa, bercanda tanpanya. Sedangkan mereka berdua hanya menunggu waktu masuk SMA. Kang Ha Neul dan Lee Kwang So tidak bisa memilih sekolah yang sama. Ha Neul diminta orang tuanya untuk sekolah di tempat omanya. Hal itu membuat Ha Neul akan tinggal bersama omanya disana sampai iya selesai. sedangkan Kwang So tetap sekolah di daerah nya tinggal yaitu di SMA Universey. Pohon akasia tak lagi menggugurkan bunganya. Choi In Ha merasa sepi seperti kala ia ditinggal oleh ibunya. In Ha hanya bertanya kabar Ha Neul lewat mama. Mama lah tempat In Ha bercerita saat ini setiap In Ha ingin curhat. Kwang So yang dulu juga telah berbeda entah mengapa. Mungkin karena Kwang So memiliki banyak teman baru di sekolahnya. In Ha amat senang mendapat beasiswa di SMA Universey. SMA Kwang So yang sekarang. Betapa susah nya bagi siswa yang lain untuk bisa masuk ke sekolah tersebut. Kali ini In Ha tidak membawa makanan untuk kepala sekolahnya. Murni hasil jiri payahnya belajar keras sehingga bisa masuk di SMA tersebut. Hal pertama In Ha lakukan yaitu mencari Kwang So. Dikarenakan Kwang So sekolah di SMA ini, ia kos di sekitar sekolah tersebut. Itu lah yang membuat In Ha tak bisa lagi bertemu. In Ha berkeliling mencari Lee Kwang So, sangat lah tidak mudah baginya. Sekolah mereka memiliki luas yang sangat amat lebar sehingga kelas 1 dan kelas dua berjarak amat jauh dan di benteng oleh kantin serta lapangan basket. Begitu banyak kelas disekolah tersebut membuat In Ha pusing harus kemana sampai seketika In Ha duduk di bangku sudut lapangan bola basket. Sambil memegang sebuah buku untuk menutupi panasnya terik mata hari ke wajahnya. Disitu terdengar sekelompok perempuan menyorak kan nama Kwang So di dalam lapangan bola basket. Choi In Ha yang tadinya kepanasan termenung melihat Kwang So yang dia cari sedang berada di tengah lapangan bola basket. Sampai seketika itu juga ia juga bersorak memanggil nama Kwang So. “kwang so sekarang beda ya. beberapa tahun gak jumpa uda setinggi ini sekarang. Makin ganteng .duh jantung… kompromi doong.”kata In Ha berbicara sendiri “Kwang So” suaraku melebihi toa. In Ha saat itu yang sedang melihat Kwang So bermain basket sangat antusias sebagai supporter. Semua supporter melihat ke arah karin dari sisi yang berbeda. Choi In Ha saat itu menelan ludah di pandang aneh oleh senior teman Lee Kwang So. Kwang So pun yang ketika itu bermain berhenti seketika melihat ke arah In Ha. “In Ha?” Tanya raka sendiri di tengah pertandingan Kwang So melanjutkan aksinya bermain hingga selesai. Semua siswi memberikan perhatian kepada Lee Kwang So seperti menyodorkan air minum, kipas serta handuk. In Ha yang saat itu ingin berbicara dengan raka menghampiri nya setelah semua siswi-siswi itu meninggalkannya. In Ha akan menemui Kwang So ketika dia hanya berdua dengan teman lelakinya meninggalkan lapangan basket. “hai Kwang So?” sapa In Ha dahulu “oiii” tanggapan kaget teman Kwang So melihat jerawat In Ha yang pecah. Kwang So memberi kode tangannya untuk membersihkan darah di wajahnya. In Ha yang tadinya mau berbincang harus pergi karena sebuah jerawat yang lagi lagi mempermalukannya. “(menahan tawa yang akhirnya tertawa) hahahaha” pekik Kwang So “kok tiba tiba ada dia? Tambah cantik. Tapi perangainya yang alami bisa selalu buat aku tertawa. Memori wanita jerawat bisul itu.pasti dia lagi mens.hahaha… ah tapi…” Kwang So berkata sendiri di atas kasur santai nya. Entah kenapa raka berhenti seketika mengingat sesuatu Keesokan harinya di sekolah, hari pertama masuk kos di hari minggu. Sekolah yang jauh jaraknya dari rumah membuat karin juga tinggal di kos kosan. Tanpa ia sadari kos kosan mereka berdua bersebelahan. Weekend ini In Ha bingung, dia tak bisa bermain ke rumah mama Ha Neul lagi. Saat ini situasi In Ha berbeda. Kejenuhan itu membuat In Ha lapar dan menghentikan apa saja penjual makanan yang lewat di depan kosnya. “bakso bakso kuahnya ada kol nya ada pake telor pun boleh” suara tukang bakso terdengar jelas di luar sana yang membuat In Ha membawa mangkok ke depan kos. “baaakkk(tak terlihat tukang bakso) sooo(menurunkan nada suara)” Pekikan In Ha dari depan gerbang. Choi In Ha salah menanggapi suara tersebut. Yang terlihat adalah segerombolan lelaki kos sebelah sedang memainkan suara si tukang bakso. In Ha yang kala itu alakadarnya keluar kos dengan membawa mangkuk menjadi sorotan lelaki kos sebelah dan membuat In Ha berbalik arah. “duh.. betapa malunya aku. Ada Kwang So juga gak ya tadi?” sahut In Ha sambil berbalik arah “lucu amat tu anak. Keluar bawa mangkuk dengan pakaian (susah jelaskan).” Sahut Park Eun Bi Park Eun Bi salah satu anak kos di sebelah (Lelaki yang memiliki raut wajah hitam manis dengan tinggi sepantaran dengan Kwang So dan juga salah satu idola siswi di sekolah karena Eun Bi adalah ketua osis). “dari dulu emang lucu” sahut Kwang So yang ternyata berada diantara sekelompok mereka. “dari dulu? Kenal dimana?” Tanya Eun Bi bingung “oh enggak. Maksud aku. Iya lucu.” Kwang So memberi alasan. “Sepertinya anak baru?” sahut Eun Bi yang terlihat tertarik. Kwang So yang tadinya melihat gerak gerik In Ha yg lagi lapar, tetapi karena kejadian itu gak jadi keluar membelikan nya bakso tanpa sepengetahuan In Ha. “mmm tolong kasih kan ke In Ha. Jangan bilang dari kakak nya ya. Bilang aja kamu yang beli” kata Kwang So kepada salah satu teman kos In Ha. “oh ok” jawab teman karin salting Setelah memberikan bakso tersebut suara In Ha terdengar oleh Kwang So yang masih berada di depan pagar. “makasih ya. Tau aja aku lapar. Aku kira akan mati hari ini.cacingku bisa mati gak makan” celoteh Choi In Ha dengan teman sekamarnya. Kwang So yang mendengarnya pun tertawa ringan di depan pagar. “hahaha memang gak berubah ya dia. Kenapa aku harus jauhi dia sih?. Gak tega juga. Sahabat dari kecil. Mmm mungkin sekarang aku bisa anggap sahabat aja ya. Tapi apa bisa?” sahut Lee Kwang So sendirian
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN