PART 4

1831 Kata
Azka mengajakku ke Universal Studio hari ini. Berhubung Ad harus masuk Playgroup, jadi hanya aku dan Azka yang pergi. Karena ini adalah pengalaman pertamaku ke Universal Studio, Azka membeli tiket free pass dimana kami bisa bebas antri untuk naik wahana apapun disini. Walaupun bukan hari libur, Universal Studio tidak pernah sepi pengujung terlihat dari antrian panjang di counter tiket. "Kamu mau naik apa dulu?" tanya Azka saat kami sudah masuk ke dalam Universal Studio. "Kamu gak takut naik wahana roller coster, kan?" "Nggak, kok. Kenapa emang?" "Aku suka banget naik itu soalnya," jawaban Azka membuatku kaget. Ternyata lelaki seumurannya masih suka permainan seperti ini. "Oh, yaudah. Mau main itu dulu?" Azka menggelengkan kepalanya. "Nanti aja. Sekarang kita ke Transformers dulu ya," Azka menarik lenganku untuk berjalan cepat menuju bagian Sci-fi city membuatku menggelengkan kepala. Toh kami punya free pass, untuk apa buru-buru? "Aku tau apa yang ada di fikiran kamu. Jawabnya adalah karena bukan hanya kita yang mengang tiket free pass. Pengunjung disini bukan orang Indonesia aja, bagi warga negara lain, harga tiket free pass gak terlalu mahal." jelas Azka dan aku hanya menganggukan kepalaku. Setelah menunjukkan gelang free pass, kami diizinkan masuk oleh penjaga. Dan benar kata Azka antrian tiket biasa panjang sekali. Azka menggandeng tanganku selama berjalan menuju wahana Transformers. Selama berjalan, aku yang lupa diri meminta Azka untuk mengambil fotoku. Tapi karena tidak enak, akhirnya aku mengajak Azka untuk foto. "Tadi seru banget! Keren, gila 3D-nya," seruku heboh setelah keluar dari wahana Transformers. Azka menganggukan kepalanya. "Waktu pertama kali kesini, aku main Transformers sampai dua kali," sahutnya. "Mau foto sama Transfomers, gak? Tuh udah keluar. Wah Bumble bee," Azka menarikku menuju keramaian yang ternyata sedang mengantri untuk foto dengan figur Bumble Bee. Aku menggelengkan kepala saat melihat Azka yang antusias seperti bocah lelaki berumur 12 tahun. ------ Pada awalnya aku kira akan sulit untuk mengerti jalan fikiran laki-laki yang berumur agak jauh dariku. Tapi nyatanya, aku cepat sekali dekat dengan Azka. Mungkin karena obrolan kami yang tidak jauh-jauh dari permainan yang ada di Universal. Aku bahkan sempat lupa jika kami baru berkenalan resmi semalam dan kini kami sedang tertawa setelah keluar dari arena pertunjukan Water World karena Azka sukses basah kuyup di kerjai para pemain di pertunjukan tadi. "Kamu gak bawa baju?" tanyaku sedikit prihatin walaupun pada akhir kalimat aku tertawa. “Aku gak bawa baju. Yah, mana tau aku bakal di semprot air gini. Pantes aja banyak yang pake jas hujan," keluh Azka memelas membuatku tertawa lagi. "Terus gimana? Aku gak bawa handuk juga," gumamku memperhatikan Azka yang benar-benar basah. Bahkan rambutnya juga basah! Tanpa diduga, dia malah tertawa. "Kenapa?" tanyaku bingung. Laki-laki dihadapanku ini tidak menjawab pertanyaanku, dia malah mencubit pipiku. Tangannya yang habis terkena air memberikan sensasi dingin di pipiku. "Gak perlu khawatir gitulah. Disini banyak Gift shop yang pasti jual baju. Nanti beli aja, pasti ada handuk juga." jelas Azka. Oh ya! Kenapa aku gak kepikiran kesitu ya?! Kami berjalan cepat menuju salah satu Gift shop terdekat dan memilih dengan cepat baju yang Azka akan gunakan. Setelah membayar dikasir, Azka segera menuju ruang ganti dan beberapa menit kemudian dia sudah kembali dengan baju baru dengan tulisan Universal Studio. "Makan, yuk. Udah lewat jam makan siang nih, nanti kamu sakit maag." Ajak Azka yang ku iyakan dengan semangat karena memang perutku sudah lapar. Kami masuk ke food court yang berada di area the lost world. Azka kemudian memesan makanan, sedangkan aku mencari kursi. Selagi menunggu Azka kembali, mataku memperhatikan desain food court ini yang mengingatkan ku akan film The Lost World karena ada replika tulang dinosaurus di tengah-tengah. Tidak berapa lama kemudian, Azka datang membawa satu nampan penuh berisi dua piring besar dan dua gelas kertas. "Aku pesenin kamu nasi hainan, gak apa-apa? Sama minumnya jus jeruk," kata Azka seraya duduk dihadapanku. Aku menganggukan kepalaku. "Kamu makan apa?"             “Laksa sama es kopi," jelas Azka kemudian menatapku. "Kenapa? Mau coba?" "Nggak. Nanya aja. Aku gak begitu suka laksa," akuku. "Persis seperti yang diceritain Anna." sahut Azka cepat. Aku menatap makanan yang tersaji di hadapanku sebentar, lalu menusuk daging ayam dengan garpu, "Emang Anna cerita apa aja?" "Banyak. Tapi intinya, kalau urusan makanan, Anna bilang kamu paling susah makan." Aku meringis mendengar ucapannya. Aku memang paling susah makan, makanya badanku kecil begini. Kami mulai makan dalam diam. Sepertinya Azka tipe orang yang tidak mau berbicara saat makan. Terbukti dia tidak pernah memulai pembicaraan dan fokus pada mangkuk dihadapannya. Aku bersandar setelah selesai melahap makanan yang Azka pesan. Nasiku bahkan hanya dapat ku makan setengah. Azka yang melihat isi piringku hanya menggelengkan kepala. "Ini sih kamu cuma makan nasi sama ayam nya doang, Call," ujar Azka. "Iya. Aku gak mau makan telur rebus, bau amis. Sawi rebusnya juga gak mau, aku –" "Gak suka sayur," potong Azka cepat dan aku meringis menyahuti ucapannya. Azka menggelengkan kepalanya. "Pantes badan kamu kecil begini, Call. Sampe sayur aja gak doyan." "Turunan papa," ucapku membela diri setiap orang mengeluh tentang aku yang gak suka sayur. Beberapa menit kemudian, kami keluar dari arena food court dan berjalan dibawah sinar matahari yang tidak seterik tadi karena sekarang sudah menunjukkan pukul setengah tiga sore. Walaupun begitu, keadaan di Universal masih ramai. "Untung tadi kita udah main Roller coster ya. Kalau belum, pasti kita muntah, abis makan main roller coster," komentarku saat kami berjalan dibawah rell lintasan roller coster. "Kamu kaya anak kecil aja, abis main roller coster muntah. Ad aja ngga gitu," sahut Azka. Aku mengerutkan keningku, bingung. "Emang Ad boleh naik Battlestar?" tanyaku menyebut nama permainan Roller coster di area Sci-Fi city. "Maksud aku, Roller coster di Far Far Away." jawabnya sambil tertawa, aku mendengus. Roller coster yang di maksud Azka itu memang diperbolehkan untuk anak kecil. Mungkin kalau di dufan seperti Alap-Alap itu. Kami sudah mencoba tiga roller coster yang ada di Universal, ya termasuk roller coster mini yang disini disebut Puss in boots giant jurney. Karena permainan itu berada di Far Far Away, maka gak heran bilang banyak anak-anak ditemani orangtua mereka menaiki permainan itu. Far Far Away juga kebanyakan berisi permainan khusus anak kecil dan aku juga Azka tidak mencoba permainan disana kecuali roller coster itu. Kami banyak menghabiskan waktu di arena the lost world, sci fi city dan ancient egypt karena disana permainannya cukup memacu adrenalin. Setelah puas mencoba semua permainan, kini waktunya bagiku untuk foto-foto sebelum keluar dari Universal karena waktu sudah menunjukkan pukul 4 sore. Hingga saat ini aku sudah berfoto dengan karakter Bumbble Bee, Elmo, karakter pemain Madagascar, dan karakter betty bob. "Gak mau foto sama minion?" tanya Azka saat kami berada di area Hollywood. "Gak ah. Aku gak suka minion. Aneh gitu." komentarku. Azka mengangkat bahunya santai. "Mau kemana lagi sekarang? Pulang?" tanya Azka. Sebenarnya ada satu tempat yang ingin aku datangi lagi, tapi memikirkan isi dompetku yang tidak seberapa, mungkin lain kali saja aku kesini lagi. "Gak ada. Yaudah pulang , yuk." walau berat, tapi semoga nanti bisa kembali lagi. Saat sudah mendekati pintu keluar, Azka menahan tanganku. "Kenapa?" tanyaku bingung. "Kamu mau kemana ?" tanya Azka. Keningku mengerut, bingung. "Maksudnya gimana? Pulang, kan?" tanyaku balik. "Di dalam sini, kamu mau kemana lagi?" "Gak ada, kok. Yuk, pulang. Nanti keburu malam," Aku menarik tangan Azka yang masih betah berada di tanganku. "Kita gak akan pulang sebelum kamu bilang kamu mau kemana," ucap Azka tegas. Aku menghela nafas. "Aku mau ke gift shop Tranformers, mau beli tumbler nya sama gelasnya. Tapi next time aja, soalnya aku belum beli oleh-oleh sama titipan mama." jelasku akhirnya. Ya ampun, hanya cerita seperti itu aja kenapa mataku panas, ya?! Cengeng banget sih aku. Azka menggelengkan kepalanya. "Astaga, Call!!! Kamu gemesin banget, sih. Ayo kita balik lagi kesana. Aku yang beliin." Azka menarik tanganku untuk kembali ke Sci-Fi city dimana gift shop itu berada. "Jangan nangis!" ucap Azka yang malah membuatku tertawa. Malu banget! -------- Aku tersenyum senang saat kami keluar dari Universal Studio. Azka sumpah baik banget! Dia beliin aku gelas dengan bentuk kepala Bumbble bee dan tumbler bumbble bee. Dia juga membeli kaus dengan gambar lambang autobots untuk kami berdua. Kalau dihitung-hitung, mungkin Azka sudah menghabiskan satu juta untuk membeli barang-barang ini. "Makasih banyak, ya. Aku jadi gak enak," ucapku jujur. "Kayak sama siapa aja sih, kamu nih. Anggap aja hadiah dari aku," jawab Azka sambil tersenyum. "Aku beli krispy kreme dulu ya buat Ad" ucap Azka saat melihat lambang donat dengan tulisan Krispi Kreme didepan pintu keluar Universal Studio. "Oke" jawabku. Selagi Azka membeli donat, aku duduk dikursi yang tersedia didekat bola dunia yang berputar dengan tulisan Universal Studio disana. Masih banyak orang yang berfoto sebelum pulang. Untung aku sudah foto duluan tadi pagi sama Azka. Aku yakin, gak ada orang yang percaya bahwa Azka sudah memiliki anak perempuan yang berumur 4 tahun saat tadi di dalam Universal. Sikapnya saat di dalam tadi memang tidak menunjukkan jika dia adalah seorang ayah. Dia juga laki-laki yang baik dan jelas terlihat tidak pelit untuk mengeluarkan uang. Tipe laki-laki seperti Azka itu benar-benar cuma ada di khayalan. Karena setahu aku, tipe laki-laki seperti Azka kalau nggak b******k, ya..... gay. "Hey, ngelamun aja." aku tersentak kaget karena merasa sesuatu yang dingin di pipiku. Ternyata Azka menempelkan botol minuman dingin ke pipiku. "Dingin," keluhku seraya mengusap-usap pipi. "Udah selesai?" tanyaku. Azka menganggukan kepalanya dan mengangkat plastik berisi tiga boks berisi donat di tangan kanannya. "banyak banget, perut Ad gak akan muat makan sebanyak itu." komentarku. "Ya gak cuma buat Ad doang, Call. Buat kamu, aku sama mbak yang ada dirumah," jelas Azka. "Yuk, supirnya udah nunggu dibawah," Azka menarikku karena masih betah duduk dikursi. Didalam mobil, rasa lelah dan kantuk mulai terasa. Padahal Azka memintaku untuk tidur selama perjalanan, tapi aku malas tidur karena jarak dari Universal ke rumah Azka lumayan dekat, apalagi tidak macet. "Oiya, tadi harga tiket masuknya berapa?" tanyaku saat ingat tadi tiket masuk dibayari Azka dulu. "Apa sih Call, gak suka deh aku kalau bahas itu." ucapan Azka membuatku tersentak kaget. "Gak suka gimana? kan Cuma nanya harga tiket yang harus aku bayar berapa," jelasku bingung dan takut Azka sakit hati karena ucapanku tadi. "Selama ini, kalau aku pergi sama perempuan, aku gak akan pernah minta di ganti uang yang aku pakai buat dia, Call. Apalagi kamu. Laki-laki macem apa aku kalau sampai minta ganti uang yang udah aku pakai buat kamu." ujar Azka sedikit kesal. Aku menggigit bibir bawahku. Selama ini kalau pergi dengan teman-teman, jujur aku tanpa tahu malu minta dibayarin, tapi ini kan Azka. Laki-laki yang baru aku kenal. Gak mungkin kan aku pura-pura lupa sama uang yang dia keluarin buat aku. "Berarti kamu sering jalan sama perempuan selain aku?" tanyaku tiba-tiba begitu ingat ucapan Azka tadi. Well, gak heran sih. Hanya saja aku merasa risih sendiri. Jadi sedih tiba-tiba. "Kenapa? Cemburu?" tanya Azka tersenyum. Yah, aku juga tahu diri. Mau cemburu juga, memang aku siapa?! "Nanya doang, kok." jawabku. Azka tertawa. Terdengar senang. "Cemburu juga gak apa-apa, kok. Aku senang dengernya." Azka menarikku lebih dekat dan memelukku membuatku malu dengan supirnya Azka ini. Azka senang banget sih nempel-nempel sama aku! -------
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN