My Perfect Mate: Chapter One
::Green Gate International School::
"Kau tahu Glory?? Si murid baru itu??" tanya seorang murid pada murid lainnya yang sedang bergerombol di lorong sekolah
"Tentu saja aku tahu. Entah kenapa, tapi aku tidak menyukai dia." jawab seorang murid lainnya terdengar samar di koridor yang sedang ramai.
"Ya, dia sempurna melakukan apapun. Kau tahu?? Aku tidak lagi menjadi yang pertama di kelas ku. Semenjak kedatangannya 2 hari yang lalu, semua guru menyukainya. Dan guru favorite ku menjadikannya sebagai murid favorite nya." sahut suara yang lain
Tak lama setelah itu, lewatlah orang yang dibenci oleh mereka, Glory Anastasya, dia berjalan dengan tenang seakan dia tidak mendengar obrolan orang lain yang cenderung membencinya.
Oops, atau malah dia memang tidak mendengarnya.
"Hei, lihat, murid baru itu sudah datang!" teriak seorang siswa yang membuat Glory menjadi pusat perhatian di sepanjang koridor, sedangkan Glory??
Dia berjalan dengan tenang dengan headphone terpajang di telinga nya.
'Apa apaan mereka' pikir Glory sebal
“aku benci menjadi pusat perhatian” gumam Glory dengan ketus
"Glory!!" seru seseorang membuat lagu Crush dari David Archuleta yang di senandungkan Glory terhenti begitu saja.
Dengan perlahan, Glory melepas headphone yang dipakai nya untuk melihat siapa yang memanggil nya.
"Ya??" ujar Glory tenang sambil melihat orang yang memanggilnya
'Leon Alexander Ferdinand, anak dari Harris Ferdinand dan Roselia Ferdinand. Calon pewaris Ferdinand Corp, Ketua Osis Green Gate International School' Pikir Glory.
Glory dapat dengan mudah mengetahui informasi tersebut dengan hanya menatap matanya.
Ya, itu kelebihan yang dimiliki Glory, tetapi itu hanya salah satu dari semua kelebihannya.
"Perkenalkan, aku Leon, Ketua Osis di sekolah ini. Kau anak pindahan dari 2 hari yang lalu, benar??" Leon menjelaskan dengan tenang tentang diri nya
"Ya, aku Glory. Murid pindahan yang baru masuk 2 hari yang lalu." ujar Glory singkat.
"Kenapa?? Ada yang ingin kamu bicarakan??" lanjut Glory singkat dengan wajah yang datar.
'Well, cantik seperti yang teman temanku bicarakan, dan berwajah datar seperti yang teman temanku katakan juga' pikir Leon sambil memperhatikan wajah Glory.
"Leon?? Are you okay??" tanya Glory sambil mengibaskan tangannya didepan wajah Leon
"Maafkan aku, Sampai dimana tadi??" sahut Leon sambil meringis pelan melihat Glory hanya bisa menghela nafas mendengarnya.
"Ada yang ingin kamu bicarakan??" gumam Glory
"Ohh ya, Sebelumnya aku ingin meminta maaf karena terlambat menyambutmu. Seharusnya aku menemanimu sejak dua hari yang lalu. Dan juga aku diperintahkan oleh guru untuk menemanimu selama seminggu kedepan di sekolah ini sambil mengenalkan lingkungan sekolah padamu" jelas Leon memberi sambil tersenyum simpul
"Terimakasih.. Tapi aku lebih memilih untuk menghafal semua tempat tempat yang ada di sekolah ini, sendirian" ujar Glory menolak
'Tidak, aku tidak bermaksud untuk bersikap tidak sopan. Tapi coba lihat tatapan sinis mereka.' batin Glory sambil melirik beberapa siswa sekolah mereka yang menatap dengan sinis.
"Ada apa denganmu?? Dan lagi, aku diminta oleh guru untuk menemanimu." ujar Leon mengeryitkan dahi
"Terimakasih tapi aku tidak berminat untuk di jadikan samsak tinju oleh para penggemarmu" Ucap Glory sambil melirik siswi sekolahnya yang menatap balik dirinya dengan tatapan tajam
Leon memutar kepala nya dan menatap tepat ke arah pandangan Glory. Dan menemukan bahwa teman temannya menatap Glory dengan tatapan sinis yang tak disembunyikan.
'Well, terjadi kembali' gumam Glory dipikiran nya.
"Ada apa?? Kenapa menatap Glory dengan tatapan seperti itu??" tanya Leon dengan tegas, sambil menatap orang yang ada di sekelilingnya dengan wajah datar.
Seketika gerombolan yang menatap Glory dengan tatapan membunuh itu bubar sambil berdecak kesal.
"It's Okay, mereka sudah pergi." ujar Leon sambil menatap Glory kembali
"Mereka penggemarmu?? Oh Good, sekarang kau membuatku seperti orang jahat yang memintamu menatap mereka dengan tajam." sahut Glory sambil menatap Leon dengan datar
"Biarkan saja, mereka terlalu sering berbuat seperti itu pada orang baru. Apalagi jika itu perempuan" ujar Leon tersenyum ramah menatap Glory
"Ohh" sahut Glory singkat.
'Tentu saja Glo, apa yang kamu harapkan dari sekolah baru yang asing' batin Glory dipikiran nya.
"Jadi, sudah siap untuk Tour sekolah bersama ku??" tanya Leon dengan ramah.
“Baiklah, jika itu tidak merepotkanmu” sahut Glory
Leon kembali tersenyum dan menggelengkan kepala sebagai tanda bahwa dia tidak merasa direpotkan.
“Glory, aku dengar kau pindahan dari Jepang. Apa itu benar??” tanya Leon sambil menatap Glory penasaran
“Ya, seperti yang sudah kau dengar.” Jawab Glory singkat
“Boleh ku tahu, alasan mengapa kau pindah??” tanya Leon lagi
Glory kembali terdiam agak lama dan menjawab “Tidak”
Leon terdiam menatap Glory “Ohh maaf” ujarnya dengan kikuk
“Tak apa.” Sahut Glory singkat sambil menatap lurus ke arah koridor panjang
‘Leon bodoh. Kau malah membuat keadaan canggung' pikir Leon sambil tersenyum canggung.
“Ohh ya, sebagai Ketua Dewan aku ingin meminta maaf padamu.” Ujar Leon sambil tersenyum. Tentu saja ingin menghilangkan suasana canggung.
“Kenapa??” tanya Glory sambil balik menatap Leon
‘Untuk apalagi dia meminta maaf' pikir Glory
“Harusnya aku menemanimu dari hari pertamamu sekolah” jelas Leon
“Tak apa” gumam Glory singkat
“Dan lagi, aku ingin meminta maaf atas perlakuan kurang mengenakan siswa siswi disini. Mungkin ini sedikit terlambat, tapi Selamat Datang di sekolah kami” ucap Leon sambil tersenyum lembut pada Glory dan dibalas oleh senyuman tipis Glory
::Rezdin POV::
"Alpha, ada rogue yang menyusup dari arah utara pack" ujar Beta ku di BlueMoon Pack memberi informasi lewat mindlink ketika aku sedang asik membaca di ruang kerja ku
"Benarkah?? Kirimkan lokasi mu. Aku akan segera menyusul." aku membalas mindlink Beta ku sambil bersiap
"Aku dan Warrior yang lain masih memantau mereka, Alpha. Sepertinya mereka sedang ingin bersiap untuk menyerang ke Pack House. Aku berada di air terjun dekat perbatasan" jawab Beta
"Aku segera menyusul!" sahutku sambil bangkit dari sofa ruang kerja ku.
Aku dengan segera membawa tas yang berisi perlengkapan ku. Hanya untuk berjaga jaga siapa tahu aku merubah wujud menjadi wolfku dan yang pasti aku akan membutuhkan perlengkapan ini.
Hanya sekedar informasi, aku adalah Alpha dari Bluemoon pack, dan yeahh yang memindlink ku tadi adalah Betaku, Joshua.
"Hari yang indah ya, Rezdin!" sapaan seseorang yang ada didalam tubuhku. Perkenalkan itu adalah wolfku, Erick.
"Ya, dan di hari yang indah ini, aku harus memberantas para rogue yang dengan tidak sopannya memasuki wilayah pack ini!" ujarku kesal dengan para rogue
"Ayolah, mereka hanya ingin sedikit bermain main dengan kita" sahut Erick, sambil menyeringai senang.
"Kau pasti senang, karena sebentar lagi akan segera menemukan mainan mu!" jawabku sambil memutar mata malas.
"Ya, dan aku tidak sabar akan hal itu!" ujar Erick sambil menyeringai sadis.
“Jujur saja, aku merasa aneh.. Rogue gila mana yang berani memasuki Pack ini di siang hari??” lanjut Erick
Aku terdiam dalam hati meng-iyakan ucapan Erick, rogue mana yang berani memasuki Pack ini di siang hari??
Dan ya harus ku akui, Erick adalah Alpha Wolf yang menakutkan karena disaat Alpha Wolf lain hanya memiliki 2 element ditubuh nya, Erick memiliki 4 element ditubuhnya.
Lambang merah di dahinya merupakan simbol dari element api, warna biru matanya melambangkan element air, warna putih bulunya melambangkan element pembeku terdapat di tubuhnya, dan juga warna hijau di ekornya melambangkan kekuatan Healing (penyembuh) dan element alam.
"Berhenti memujiku!" seru Erick terkekeh senang karena aku tidak sengaja memujinya.
"Ya ya ya! Terserah kau!" jawabku dan memutuskan mindlink dengan Erick.
Saat telah mendekati wilayah Air terjun dekat perbatasan, aku segera memperlambat laju lari ku.
Aku pun memasuki wilayah Air terjun dengan perlahan tanpa menimbulkan suara.
Sesampainya disana, aku segera mendekati warrior Bluemoon pack.
"Alpha" Beta dan para Warrior menunduk memberi hormat padaku.
"Ya, bagaimana?? Apakah mereka berhasil menyerang penjaga perbatasan ke dua??" tanyaku kepada mereka
Yahh, sepertinya aku agak sedikit terlambat. Terlihat dari beberapa warrior disini menarik nafas mereka kelelahan.
"Tidak Alpha, mereka tidak berhasil masuk, kami berhasil menghadang mereka dan membawa mereka ke gubuk di tengah hutan Bluemoon pack" jawab salah satu Warrior terbaik ku, Dion
"Ya, baguslah jika seperti itu!" Whoa, aku bangga pada semua Warrior ku
"Tapi, ada yang aneh dari mereka Alpha" ujar Betaku, Joshua
"Aneh??" tanyaku bingung. Aneh apanya?? Bukannya semua rogue sama??
'Memang apanya yang aneh?!' batinku bingung.
"Di pergelangan tangan kanan mereka, ada simbol bulan purnama berwarna hitam yang dikelilingi oleh sulur tanaman yang juga berwarna hitam, tapi menurut perkiraan ku, itu bukanlah simbol pack, itu lebih mendekati ke arah sihir hitam" penjelasan dari Betaku membuatku agak sendikit bingung.
"Kau yakin itu simbol sihir??" tanyaku kepada Betaku.
"Ya Alpha, itu merupakan simbol sihir kuno dan jika tidak salah, itu merupakan sihir perjanjian" ujar Betaku menjelaskan, aku hanya bisa menganggukkan kepala ku setelah mendengar penjelasannya.
"Erick, apakah kau tau sesuatu??" tanyaku memindlink Erick.
"Ya, mungkin aku tahu sesuatu. Itu berarti, para rogue itu tidak bergerak sendiri. Pasti ada dalang dibalik p*********n ini" jelas Erick.
"Jadi semacam, mereka bersumpah untuk melakukan suatu hal??" tanyaku.
"Ya, dan sepertinya mereka disumpah untiuk tidak memberitahu kepada siapapun tentang apa yang sedang mereka rencanakan!" jawab Erick.
"Jika mereka melanggar sumpah??" tanyaku
"Aku tidak tahu" ujar Erick.
"Well, let's see!" Seruku dan Erick berbarengan.
"Alpha??" tanya Joshua memecahkan mindlink antara aku dan Erick.
"Ya?" Sahutku kepada Joshua
"Apakah Alpha ingin melihat keadaan mereka dan ingin memastikan sesuatu??" tanya Joshua.
"Ya, tolong antarkan aku" pintaku sambil mengangguk.
Aku adalah Alpha baru dari Bluemoon pack, menggantikan ayahku yang dulunya Alpha Bluemoon pack.
Aku Rezdin Michael Amandika, Alpha muda dari Bluemoon pack, umurku 20 tahun, anak dari Nichalas Robert Michael Amandika dan Jesselyn Jhonson Michael Amandika.
Aku adalah paket sempurna, teman ku yang lain sering berbicara bahwa aku tampan, dan memiliki aura yang lebih kuat dari seorang Alpha male biasa.
"Para rogue itu berada disini Alpha!" ujar Joshua sambil menunjuk sebuah gubuk yang berada di kawasan hutan Bluemoon pack.
Aku, Joshua, dan beberapa warrior segera masuk untuk melihat werewolf rogue yang berani memasuki wilayah Bluemoon pack.
“Katakan padaku, siapa sebenarnya kalian??” tanyaku pada mereka. Sekilas memang tidak ada yang aneh dari mereka.
Tetapi begitu melihat pergelangan tangan mereka, aku melihat simbol bulan purnama yang dikelilingi oleh sulur tanaman. Sihir.
Aku kembali menatap rogue di depanku.
Aneh, dari aroma tubuh mereka, sudah jelas mereka adalah werewolf. Tapi mata mereka berwarna merah. Bukan merah Vampire tentu saja, itu berbeda. Warna bola mata mereka seperti tercampur dengan warna merah.
“HEI! JAWAB!!” teriakku pada mereka
Aku lelah menunggu mereka menjawab pertanyaanku. Padahal aku hanya bertanya identitas mereka kan??
“Sudahlah, Rezdin. Kulihat mereka orang yang setia pada tuannya atau siapapun yang memerintah mereka.” Erick memindlink ku
“Ahh, sudahlah. Joshua, urus mereka. Paksa mereka untuk berbicara. Jika masih tidak bicara, racuni mereka dengan Wolfsbane hingga mereka mau membuka mulut” perintahku pada Joshua
“Baik, Alpha.” Balas Joshua sambil menatapku
Aku pun berlalu meninggalkan para Warrior dan Beta ku. Biarkan mereka yang mengurus para Rogue ini. Jika para Rogue masih belum mau berbicara. Mungkin mereka akan aku habisi saja.
Tidak, tidak, tidak. Jangan berfikir aku orang yang jahat. Aku hanya bertindak tegas sebagai seorang Alpha. Pikirkan oleh mu, bagaimana jika para Rogue itu aku bebaskan?? Kemungkinan besar, mereka akan membawa pasukan yang lebih besar lagi untuk menyerang Pack ini.
Aku hanya berusaha mempertahankan Pack ku dari serangan lain.
Aku memasuki ruang baca di Pack house. Dan mencari sebuah buku tentang perjanjian dan simbol.
Hingga akhirnya aku menemukan fakta yang membuatku terkejut.
::Glory POV::
Hari ini, genap satu minggu aku bersekolah di sekolah ini.
Dan ya, seperti hari hari sebelumnya, mereka semua selalu menatapku sinis.
Tapi hari ini, Ketua Osis itu tidak akan menjadi pemandu sekolahku lagi.
Ahh, tidak. Dia bilang dia bukan pemandu, tapi dia akan menemaniku selama satu minggu ini.
'Apa apaan mereka' batinku kesal saat melihat beberapa siswi yang bergerombol memalingkan wajah mereka dan mendengus saat melihatku.
Lamunanku terusik ketika terdengar suara bell yang menandakan pelajaran akan segera dimulai.
Jujur saja, aku malas untuk memulai materi hari ini. Mereka akan menatapku dengan sinis ketika aku bisa menjawab pertanyaan yang diberikan, mereka akan menatapku dengan sinis.
“Hah, benar benar menyebalkan” gumamku
Tak lama, Mr.Xena masuk ke dalam kelas. Kelasku yang tadinya sangat ramai, mendadak menjadi sangat hening.
Untuk disiplin, jujur saja aku terpukau dengan sekolah ini. Tapi untuk attitude siswa nya, kurasa mereka masih harus belajar banyak.
Tidak tidak tidak, aku tidak boleh menyalahkan sekolahnya. Yang bersalah adalah siswa nya, bukan sekolahnya. Sekolah ini tidak mungkin mengajarkan hal buruk pada siswa nya.
Mr. Xena mengawali kelas dengan menyenangkan. Dan jujur saja, semua guru di sekolah ini, benar benar pandai membawa suasana. Mereka sangat pandai membawa suasana, bahkan untuk pelajaran yang tidak aku sukai.
Dan saat di tengah pelajaran, Mr. Xena memberi pertanyaan yang menurutku lumayan susah. Bahkan ranking satu di kelasku tidak bisa menjawabnya. Tapi sepertinya ini adalah hari sialku.
“Hai, Glory. Bagaimana denganmu, bisa menjawabnya??” Mr. Xena melemparkan pertanyaan padaku
Bagaimana ini?? Aku tidak mau terlihat sangat menonjol di kelas. Tapi tidak mungkin juga jika aku menjawab dengan asal. Semua guru disini tau bagaimana kapasitas masing masing murid. Bisa bisa aku harus mengulang kelas jika aku memberi jawaban yang sengaja aku salahkan.
Setelah terdiam sebentar, aku akhirnya menjawab pertanyaan yang diberikan Mr. Xena dan dia tersenyum lebar setelah mendengar jawabanku. Kurasa, jawabanku benar.
“Glory, bagaimana kau bisa menjawab pertanyaanku tadi?? Wahh, benar. Kurasa, tidak berlebihan jika guru guru selalu membanggakan dan mengunggulkanmu didepan ketua yayasan” ku dengar Mr. Xena berdecak kagum setelah berkata seperti itu
Aku tersenyum tipis. Dapat ku dengar jika beberapa orang di belakangku berkata “Sepertinya dia merasa senang setelah menyingkirkan orang yang ranking pertama di kelas ini”
Seharusnya dia tanyakan pada Mr. Xena, dia yang membuatku harus menjawab pertanyaan tadi. Aku terlalu malas untuk mengulang kelas jika aku menjawab pertanyaan dengan jawaban yang sengaja kusalahkan.
Beberapa murid bertepuk tangan, dan beberapa lagi berdecak kagum. Dan ya, seperti yang kuduga. Hanya siswa laki laki yang bertepuk tangan.
Dan siswa perempuan menatapku dengan sinis.
Mungkin, jika mereka memiliki sinar laser dimata nya, mungkin aku sudah berlubang sedari tadi.
:: Author POV ::
Pada saat jam istirahat pertama, Glory pergi ke taman belakang yang sepi untuk membaca novel favorite nya yang berjudul Blood of Werewolf.
'Werewolf itu.. Memang ada atau tidak ya?' batin Glory bingung, menyadari bahwa pemikirannya aneh, Glory segera mengenyahkan pikirannya tentang werewolf.
Setelah selesai membaca novel..
"Ceritanya Happy Ending.. Hidupku, akan Happy ending tidak ya??" gumam Glory sambil menatap langit.
"Life is never ending. Selalu ada kehidupan baru setiap saat. Jika ada kematian, maka ada kehidupan." Jawab sesuatu di samping Glory.
"Ohh.." gumam Glory tanpa sadar, beberapa detik kemudian.. Dia tersadar, bahwa di taman belakang sangatlah sepi dan saat dia datang ke taman, tidak ada siapapun di sana.
‘Tidak. Tunggu, aku datang saat jam istirahat dan tidak ada siapapun di taman ini. Ku dengar jika siswa sekolah ini tidak menyukai diam di tempat ini. Jadi.. Siapa??’ batin Glory bingung dengan fakta bahwa ada seseorang di sampingnya, padahal seingatnya dia sendiri sedaritadi.
"Tidak tidak tidak. Tidak mungkin. Tidak mungkin hantu kan?? Aku benci makhluk itu.." gumam Glory sambil menutup matanya, dan berusaha menghentikan tangannya yang gemetaran.
Glory terkejut dengan fakta bahwa dia sendirian di taman ini, dan itu mulai membuat suatu kesimpulan.
"Oh my god, i'm freaking out!" teriak Glory sambil hendak bangkit dari kursi taman, tapi pundaknya ditahan oleh sesuatu.
"GOD, I'M JUST WANNA SAY SORRY, SORRY! I didn't mean to bother you." ucap Glory terburu buru, wajahnya kini sudah di banjiri keringat.
"Tidak.. Aku tidak ingin mati di tempat ini dengan keadaan seperti ini.." gumam Glory dengan suara lirih
"Glory, aku Leon" ujar sesuatu di samping Glory yang ternyata bernama Leon, namun Glory masih menutup matanya, tangannya pun masih gemetaran..
“Tidak.. Aku tidak ingin mati sekarang.. Masih banyak yang ingin kulalui, aku ingin tumbuh dewasa, menikah, dan memiliki anak. Lalu melihat cucu cucu ku tumbuh besar" gumam Glory dengan nada lirih
"Ini aku, Leon!" ujar 'hantu' tersebut sambil menahan tawa.
Menyadari kebodohannya, Glory segera menatap Leon dengan tatapan kesal.
"Hmmph" Leon mulai menahan tawa nya yang hampir meledak bahkan tubuhnya gemetar kecil. Menandakan bahwa dia sedang berusaha menahan tawa yang entah sekeras apa.
"Jangan tertawa!" ujar Glory dengan wajah yang memerah menahan kesal dan malu.
"Hahahahaha, maaf.. Kamu takut hantu?? Astaga, mengapa aku tidak bisa menahan tawaku ya??" Sahut Leon sambil tertawa terbahak bahak.
"Tidak! Aku hanya terkejut, saat tadi aku kesini tidak ada siapa siapa! Sudah jelas aku kaget.. Saat aku sedang bergumam sendiri, tiba tiba ada yang menyahut gumamanku!" ujar Glory panjang lebar.
Well, nampaknya itu adalah jawaban terpanjang yang diberikan oleh Glory terhadap orang lain.
Leon pun menghela nafas untuk meredakan tawanya dan mulai melanjutkan pembicaraan.
"Sepertinya.. kamu jarang bergabung dengan yang lain, Kenapa??" tanya Leon sambil menatap hangat Glory.
"Aku bukannya tidak mau bergabung, hanya.. Aku melihat reaksi mereka setiap kali aku ada di sekitar mereka, mereka langsung menatapku dengan sinis! Dan itu membuatku malas mencari teman." ujar Glory dengan wajah datar.
"Ohh, jadi karena itu. Tapi jika berteman denganku mau kan??" tanya Leon menawarkan.
'Apa tadi dia berbohong?? Tapi aku tidak mendengar suara tanpa wujud yang menyebalkan itu' batin Glory.
Ya, itu kelebihan Glory yang lain, dia bisa mendengar ungkapan hati.
'Disaat manusia berbohong.. Biasanya akan muncul suara tanpa wujud dan berbicara hal yang sebenarnya ingin disampaikan.. Tapi tadi aku tidak mendengar suara itu tadi' Glory membatin dan menghiraukan ocehan dari Leon yang tepat berada di sebelahnya.
"...gimana??" tanya Leon memecahkan lamunan Glory.
"Ya?? Maaf, aku tidak mendengar tadi" ujar Glory
"Tawaranku bagaimana??" tanya Leon.
"Baiklah, tapi jangan berharap lebih dariku, karena aku juga tidak akan berharap lebih kepadamu" ujar Glory dingin, meskipun dia sendiri ragu untuk mengatakan itu kepada Leon.
"That's not problem! So, be friend??" tanya Leon sambil mengulurkan tangan.
"Friend" jawab Glory sambil menjabat tangan Leon.
Dengan begitu, akhirnya Glory mendapatkan teman yang tidak lain adalah Leon.
::Bluemoon pack::
Pada saat itu, Rezdin sedang melamun di balkon kamarnya. Tak lama kemudian, Joshua menghampiri kamarnya dan mengetuk pintunya.
Suara ketukan pun memecah keheningan yang terjadi di kamar Rezdin.
"Masuk" sahut Rezdin singkat
Mendengar seruan dari dalam, Joshua pun segera masuk untuk melapor.
"Ada apa??" tanya Rezdin yang melihat Joshua datang ke kamarnya
"Alpha, perlengkapan anda sudah selesai. Dan anda sudah bisa mulai masuk ke Universitas" jawab Joshua
"Hmm, terimakasih. Apakah kita akan sering bertemu?? Kau tahu aku agak ceroboh kan??" tanya Rezdin kepada Joshua
"Ya Alpha, saya belajar di universitas yang sama. Tenang saja. Oh dan disana adalah universitas manusia" jawab Joshua
"Jadi, disitu tidak ada makhluk lain selain manusia??" tanya Rezdin
"Kurang lebih seperti itu Alpha" jelas Joshua
"Hmm, terimakasih" ujar Rezdin sambil memasang tampang berfikir
"Saya permisi, Alpha" Joshua pun pergi meninggalkan ruangan Rezdin
"Gak ada wolf lain ya.." gumam Rezdin
"Gak usah sok mikir" ujar Erick tiba-tiba
"Dih, Suka sukaku dong!" balas Rezdin
"Ya, ambil saja sisi positifnya. Siapa tahu kau akan berjumpa dengan mate mu!" sahut Erick
"Ahh ya! Aku juga berharap seperti itu" Ujar Rezdin sambil tertawa 5 jari atau kata lainnya cengengesan dengan sangat menyebalkan daripada cengengesan yang sebelumnya
"Well, nampak nya kau harus menyiapkan telingamu untuk mendengar teriakan teriakan aneh" ucap Erick sambil memutar bola matanya malas
"Aku akan menyiapkan telingaku" jawab Rezdin sambil bergidik ngeri
Percakapan mereka pun berhenti disitu, Rezdin tenggelam dengan pikirannya sendiri.
"Semoga saja, saat aku masuk ke sekolah, aku akan bisa menemukan mate ku!" gumam Rezdin sambil menatap langit dan memohon kepada Moon Goddes. Rezdin menghela nafas dan mempersiapkan dirinya untuk segera pergi ke Universitas.
"Sarapan sudah siap, Alpha" omega di Bluemoon pack memindlink Rezdin yang sedang bersiap di dalam kamarnya untuk pergi ke kampus baru nya.
"Aku segera turun. Ohh ya, apakah Luna Jessie dan Alpha Nichalas sudah turun??" tanya Rezdin.
"Sudah Alpha, Alpha Nichalas dan Luna Jessie sudah berada di meja makan. Sedang menunggu Alpha" jawab omega tersebut.
Tanpa membalas mindlink tersebut, Rezdin segera turun ke lantai satu dan segera bergabung bersama Alpha Nichalas dan Luna Jessie di meja makan.
"Selamat pagi, maaf aku terlambat." ujar Rezdin meminta maaf.
"Tak apa, apa kau sudah siap untuk ke Universitas??" tanya Luna Jessie perhatian.
"Oww, aku selalu siap kapanpun dan dimana pun!" jawab Rezdin sambil tersenyum menyebalkan.
"Ah, lebih baik kita mulai sarapannya" ujar Alpha Nichalas bijak.
Sarapan pun baru akan dimulai, ketika Rezdin tiba tiba berteriak kaget setelah melihat Rolex favoritenya yang berwarna hitam menunjukan jam 08.50 am. Dan kelasnya dimulai pukul 09.00 am.
"Aku terlambatt!!!" teriak Rezdin sambil terlonjak kaget di kursi makan nya.
"Rezdin, pelanlah tidak perlu berteriak.. Lagi pula bukankah Universitas itu milik ayah mu??" tanya Luna Jessie sambil melirik Alpha Nichalas.
"Itu benar!" jawab Alpha Nichalas.
"Ayolah ayah. Kelas pertamaku dimulai pukul sembilan tepat. Aku tidak ingin terlambat di hari pertamaku belajar kembali di Universitas” ujar Rezdin sambil memasang derp face
"Apa kau akan membawa mobil??" tanya Alpha Nichalas dan Luna Jessie berbarengan.
"Iya, tidak mungkin aku berlari ke sana. Yah, itu memang mungkin dan lari ku memang cepat. Tapi jika nanti aku pulang dari kampus, apakah harus berlari juga?!" tanya Rezdin bingung.
"Ya, mungkin kau harus membawa mobil mu! Di Universitas itu banyak manusia dan tidak banyak werewolf, hanya werewolf anggota Bluemoon pack yang belajar disitu" saran Luna Jessie.
"Baiklah, aku pergi. Sampai jumpa lagi Alpha, Luna" ujar Rezdin sambil mengangguk hormat ala orang jepang.
Dengan kecepatan kilat, Rezdin menyambar rotinya yang sudah memakai selai dan menjepitnya di mulut.
Setelah itu (dengan roti masih dimulut), Rezdin segera merogoh saku jaketnya dan menemukan kunci mobilnya.
Rezdin segera masuk ke garasi dan menghampiri mobil hitam metalik favorite nya. Rezdin mulai masuk kedalam mobilnya dan mulai mengemudikan mobil sport nya.
Saat akan keluar dari gebang manssion nya, dia mengeluarkan mobil dengan tenang. Namun, saat sudah berada di luar gerbang dia mulai mengendarai dengan kecepatan luar biasa.
Teriakan teriakan protes dari pengemudi pengemudi yang lainnya, tidak di dengarkan oleh Rezdin. Tak lama..
Brruummm.. Cckkiitt..
Terdengar bunyi roda yang beradu dengan aspal berbarengan dengan pagar kampus yang ditutup.
'Ffiiuhh.. Untung saja tidak terlambat!' batin Rezdin lega.
'Aku harus berterimakasih kepada mobil kesayanganku!' lanjut Rezdin dalam hati.
'Jam berapa sekarang?!' batin Rezdin sambil bertanya kepada dirinya sendiri.
Rezdin pun menatap rolex nya.
Pukul 08.58 am.
Rezdin menatap sekitar dan menemukan Beta nya, Joshua sedang mendekati nya.
"Alpha, anda hampir terlambat, membuat keributan di kampus dan..." ujar Joshua menggantung.
"Tidak sarapan" lanjutnya sambil menatap roti yang masih di jepit dimulut Alpha nya.
"Hahaha. Ya, tadi malam aku dan Julian bermain PS sampai larut malam. Jadi aku dan Julian sama sama bangun kesiangan!" ujar Rezdin sambil senyum lima jari. Nyengir.
Joshua pun hanya tersenyum menahan tawa mendengar ucapan dari Alpha nya.
'Alpha kali ini memang unik, berbeda dengan Alpha-alpha yang terdahulu!' ujar Joshua di pikirannya.
"Oh ya, dimana aku bisa mengambil jadwalku??" tanya Rezdin sambil mengunyah roti yang sedari tadi masih ada di mulutnya.
"Mari ikuti saya, Alpha" ujar Joshua sambil berjalan menuju ke pinggir lapangan dan mulai mencari ruangan untuk mengambil jadwal Alphanya itu
“Apa tidak apa jika aku terlambat??” tanya Rezdin. Dia menatap jam tangannya, 09.15 am.
“Tak apa, anda tidak akan dimarahi. Alpha Nichalas sudah memberitahu Dosen jika anaknya memiliki kebiasaan terlambat. Tapi jika terlalu sering, dosen pasti akan memarahi mu.” Jawab Joshua sambil menatap Rezdin penuh arti. Dan Rezdin menanggapinya dengan anggukan.
Mereka berdua berjalan dengan santai dan tenang meskipun jam sudah menunjukan jam 09.15 am.
Karena mereka yakin, mereka tidak akan di marahi oleh dosen. Selain karena mereka mahasiswa baru, Rezdin merupakan anak dari pemilik sekolah, dan Joshua merupakan orang kepercayaan dari Alpha Nichalas.
Yap, hampir semua dosen disini adalah Werewolf anggota Bluemoon pack. Entah bagaimana cara Alpha Nichalas mengatur semua itu.
Hhhh, Rezdin bukannya tadi kamu bilang tidak ingin terlambat…
"Kelas anda disini Alpha, tapi karena anda dan saya adalah mahasiswa baru, maka sebaiknya kita melapor ke rektor." ujar Joshua memberi informasi.
"Tentu saja harus melapor. Ayo!" Rezdin dengan semangat pergi mencari ruang Rektor dan meninggalkan Joshua di belakangnya yang sedang tersenyum geli.
Tapi tiba tiba dia menyadari sesuatu..
"Tunggu, ruang rektor dimana ya?!" gumam Rezdin bertanya kepada dirinya sendiri.
Mendengar pertanyaan polos yang dilontarkan oleh Alpha nya, Joshua hanya bisa menahan tawanya agar tidak menyembur dan segera menyusul Alpha nya yang sekarang sedang berdiri kebingungan di pinggir lapangan.
"Ada apa Alpha??" tanya Joshua begitu melihat wajah Alpha nya yang kebingungan.
"Aku tidak tahu dimana ruang rektor" ujar Rezdin sambil memasang wajah polos dan clueless
Sang Beta, yaitu Joshua hanya bisa berfacepalm ria mendengar jawaban Rezdin dibarengi dengan ekspresi yang polos.
"Ya ampun, kukira dia sudah tahu dimana ruang rektor saat berjalan mendahului mu! Tapi nyatanya dia malah kebingungan sendiri" suara itu terdengar oleh Joshua. Jelas saja, itu suara milik wolf dari Joshua, yaitu Romi.
"Sshtt! Romi, kau tidak boleh seperti itu. Dia adalah Alpha kita!" balas Joshua memindlink.
“Maaf, aku tidak bermaksud! Jelas saja jika Alpha Nichalas dan Luna jessie meminta agar kau dan Alpha Rezdin satu jadwal dengannya. Ternyata dia ceroboh! Oh ya, apa umur kalian sama??" tanya Romi.
“Haha, ya.. Dia sangat polos, aku dan dia hanya berbeda 1 tahun. Umurku 21 dan umur Rezdin 20 tahun. Aku lebih tua satu tahun" jawab Joshua kepada Romi.
"Joshua?? Dimana ruang rektor?? Yaampun sedaritadi aku bertanya padamu, tapi kau malah melamun!
"Ayolah.. Dimana ruang rektor, aku sudah tidak tahan. Sedaritadi Erick terus menerus menertawakanku karena aku tidak tahu ruang rektor!" ujar Rezdin memecah lamunan Joshua.
‘Haha, yaampun! Bayangkan olehmu, di depanmu ada orang yang memiliki pangkat tinggi sedang menatapmu dengan wajah yang sangat lucu! Jika ia bukanlah Alpha ku, maka aku akan mencubitnya.’ Batin Joshua
"Ahh, iya Alpha! Setahu saya, ruangan rektor terletak di koridor bagian barat dekat dengan taman kampus" ujar Joshua sambil tersenyum menatap Alpha nya yang memamerkan wajah cemberut
“Otw ruang rektor!” seru nya sambil melangkah pergi meninggalkan Joshua
:: Rezdin POV::
Akhirnya, aku bisa pergi ke ruang rektor..
Tapi, aroma apa ini?? Wangi sekali.. Seperti ada aroma Vanilla dan cokelat..
Menenangkan.. Dan aromanya manis..
"MATE!!" seru Erick dipikiran ku.
"Mate?! Really?!" tanyaku sangat antusias.
Heii, siapa yang tidak akan antusias jika akan bertemu dengan mate sendiri.
"Ya, aku serius!" balas Erick.
Pantas saja aku mencium aroma yang sangat manis dan wangi yang menenangkan.
"Aaa.. Akhirnya, aku tidak jomblo lagi!!" seru ku gembira.
"What the.." seru Erick sambil memasang wajah tidak percaya.
"Kau malah membicarakan Jomblo atau tidak nya kau!" lanjut Erick dengan raut tidak percaya.
"Ahaha, tak apa.. Yang penting aku akan bertemu dengan mateku! Akhirnya aku memiliki pasangan, tidak terus menerus diledek oleh ayahku!" ujarku tak sadar.
Aku pun segera mengikuti aroma yang manis ini.. Hingga..
Heii, ini ruangan ayahku!! Jika kalian bertanya 'kok ayahku?!' maka jawabannya.. Ayahku adalah rektor disini.
Aroma manis ini berasal dari ruangan ayahku!! Mate ku adalah ayahku?! Ohh tidak, tidak mungkin.. Moon Goddes tidak mungkin membuatku berjodoh dengan ayahku! TIDAK!!!!
"Bukan bodoh!" ujar Erick memecah lamunanku.
"Ohh, bukan??" tanyaku.
"Tentu saja bukan! Mengapa pikiranmu begitu aneh?! Moon goddes TIDAK MUNGKIN membuat takdir kita berjenis laki laki!" ujar Erick kesal.
"Baiklah jika seperti itu! Aku lega.." seru ku.
"Aku tak percaya bahwa kau adalah Alpha dari Bluemoon pack!" ujar Erick saskartis.
"Lohh.. Kenapa??" tanyaku bingung.
"Entahlah.. Kau terlalu polos untuk ukuran Alpha!" tegur Erick.
"Nanti aku belajar tegas deh!" jawabku malas.
Dengan semangat juang 45, aku membuka pintu ruangan ayahku dan terpana seketika.
Asjkfhtgh.. Dia Mate ku?? Ohh, goddes.. Dia cantik sekali!
Aku terpana dengan kecantikannya.
Dan aku harap, kalian jangan salah fokus. Tentu saja yang cantik adalah perempuan yang sedang memasang wajah kaget (mungkin karena aku membuka pintu dengan suara keras), dan bukan ayahku.
Lamunanku terpecahkan ketika Erick kembali memindlink ku.
"Aku tau dia cantik, sangat cantik malah! Tapi setidaknya jangan mematung seperti itu. Kau membuatku malu!" ujar Erick dengan suara menahan jengkel.
Tiba tiba aku merasakan aura dari Joshua yang mengusik lamunanku tentang mate ku yang cantik.
“Dia mate KITA Rezdin, ingat! KITA!" ujar Erick kesal karena aku berbicara 'AKU' dan bukan 'KITA'.
"Kau mengganggu Erick!" jawabku.
"Iya, tapi itu adalah mate KITA!" ujar Erick.
Aku pun memutuskan mindlink secara sepihak dan kembali menatap mateku dan Erick. Itu baru rencana ku, namun terusik ketika aku merasakan aura dari Joshua mulai mendekat.
Dan kini, Joshua sudah ada di belakangku.
"Alpha, are you okay??" tanya Joshua.
Namun, dibandingkan bertanya, itu lebih terdengar keheranan.
Itu pertanyaan retoris, aku tidak akan menjawab. Karena aku sehat sehat saja dan anggota tubuhku masih lengkap, tentu saja.
Mata ada dua, kaki ada dua, tangan ada dua, hidung terdapat di wajah, tangan dan kaki terpisah, itu sudah pasti.
Tidak mungkin tangan dan kaki menyambung, jika menyambung, bagaimana bentuk tubuhku??
"Alpha, anda membuat wajah aneh yang konyol!" Joshua memindlink ku.
"Oh ya??" astaga, aku tidak sengaja membuat wajah aneh di depan mate ku.
"Kuharap wajahku tidak terlalu konyol!" tambahku lewat mindlink.
"Alpha, wajah anda benar benar konyol!" jawab Beta ku.
"Dasar Beta durhaka!" gumamku.
Setelah aku berbicara seperti itu, aku mendengar orang terkekeh di belakangku.
'Pasti itu suara Joshua!' batinku pasrah. Seharusnya aku bertemu dengan mate ku disaat aku sedang membuat wajah cool atau saat aku sedang memperlihatkan jiwa kepemimpinanku.
Tapi apalah daya.. Aku bertemu mate ku disaat aku sedang membuat wajah konyol.
:: Joshua POV ::
Aku pun segera menyusulnya menuju ruang rektor, jujur.. Aku takut dia tersesat.
Kini aku menyadari, bahwa Alpha ku adalah orang yang ceroboh, aku tidak percaya bisa menjadi seorang Beta dari Alpha Bluemoon pack.
Alpha- Alpha sebelumnya memiliki kharisma yang tinggi dan memiliki sifat yang dewasa, tapi biarpun Alpha Rezdin berbeda dengan Alpha yang lain, aku bisa mengerti.
Bayangkan oleh mu, saat usiamu 15 tahun, kau harus bisa memimpin sebuah Pack yang sangat besar dengan anggota berjumlah ribuan yang kehidupannya bergantung padamu, pasti sulit bukan??
Itulah yang dirasakan oleh Alpha Rezdin. Alpha Rezdin sudah di didik menjadi Alpha saat usianya masih kecil, tetapi keluarganya memberi nya kasih sayang yang besar.
Ahh, aku melamun begitu serius sampai sampai tidak sadar jika aku sudah sampai di ruang rektor. Aku hanya bisa mengernyitkan dahi saat melihat Alpha Rezdin berdiri di depan pintu rektor sambil memasang wajah derp face.
Lagi lagi aku mengernyitkan dahi melihat ekspresi Alpha ku yang unik. Saat aku melihat apa isi dari ruangan itu, aku menyadari kenapa Alpha Rezdin kaget. Di dalam ruangan itu, ada Alpha Nichalas yang sedang berbicara dengan gadis yang tinggi (namun tidak terlalu tinggi) berkulit putih, dan sepertinya masih SMA. Alpha Rezdin tidak mungkin kaget melihat Alpha Nichalas, jadi sudah pasti itu karena gadis itu.
"Alpha, are you okay?" tanyaku.
Aku berbalas mindlink dengan Alpha Rezdin. Lalu terkekeh saat mendengar Alpha Rezdin yang bergumam ‘dasar Beta durhaka!’ Alpha Rezdin telah bertemu dengan mate nya.
Tentu saja aku turut bahagia, mate adalah salah satu dari semua hal yang dinantikan oleh para Werewolf. Mate juga lah yang akan menjadi pendamping setiap werewolf untuk selamanya.
Alpha Rezdin, bukan hanya akan mendapatkan Mate nya tapi dia juga mendapatkan sang Luna. Yaitu, seseorang yang akan mendampingi nya dalam mengatur sebuah Pack.
“Alpha, kurasa dia manusia. Dekati dia dengan perlahan” bisiku pada Alpha
“Dan entah kenapa wajahnya terlihat mirip seseorang..” lanjutku dengan gumaman
Tepat saat Alpha Rezdin ingin membalas perkataan ku, pintu ruangan Alpha Nichalas terbuka lebar. Terlihat gadis yang diklaim Alpha sebagai mate nya, keluar dari ruangan dan tersenyum tipis padaku dan Alpha.
Dan dapatku lihat, pandangan Alpha Rezdin mengikuti gerak gerik gadis tadi sampai akhirnya dia menghilang karena berbelok menuju koridor.
“Ohh astaga senyumannya.. Asdfghjkl, kurasa aku tidak boleh terlalu banyak melihat senyumnya. Tidak baik untuk kesehatan jantungku” jerit Alpha Rezdin dengan suara tertahan
“Atau mungkin membuat jantungku lebih sehat??” lanjutnya
“Joshua, ayo. Kita harus bertanya pada ayahku, siapa gadis tadi. Astaga, senyuman tipisnya membuatku terpaku. Ayo, cepat. Sebelum ayah lupa siapa nama gadis tadi” seru nya sambil melangkah menuju ruangan Alpha Nichalas
::Author POV::
Glory memegang erat map berisi berkas -yang-entah-apa-isinya- tapi kakak nya bilang itu merupakan berkas penting dan harus segera diserahkan pada dosen pembimbing nya, yang entah kenapa Glory merasa aneh.
“Jika memang seharusnya aku mengirim file ini pada dosen pembimbing, kenapa aku diarahkan pada ruangan rektor universitas ini??” gumam Glory setelah melihat name tag yang tercatat di depan pintu
Setelah memasuki ruangan, dan memberikan file ini pada Sir Nichalas (Nama yang diberikan kakaknya) yang ternyata juga adalah teman ayahnya, Glory segera berpamitan.
Setelah di depan pintu berpapasan dengan dua orang yang salah satunya sudah membuka pintu dan membuatnya terkejut, dia akhirnya berjalan sendiri.
Glory menghela nafasnya, dia berjalan melewati koridor yang entah kenapa Glory rasa tidak pernah berakhir. Belum lagi, entah kenapa Glory merasa jika ada yang mengikutinya. Entah mengikuti langkahnya, atau mengikutinya lewat tatapan mata.
“Sudahlah, Glory. Ini hanya delusi mu. Mungkin ini karena aku terlalu banyak membaca cerita tentang makhluk immortal” gumamnya
“Tapi aku menyukai koridor ini, sangat tenang. Mungkin karena kebanyakan kelas sudah dimulai” lanjutnya
Glory berjalan dengan tenang tetapi perlahan, dia mulai merasa Déjà vu.
“Rasanya aku pernah berjalan di lorong seperti ini. Tapi dimana?? Rumahku tidak memiliki koridor yang panjang seperti ini.” Gumam Glory
Dia mencoba berlari kecil, dan déjà vu yang dirasanya semakin kuat. Glory pernah merasa jika dirinya berlari lari mengejar seseorang sambil tertawa. Seseorang yang entah siapa.
“Dan lagi, orang yang di depan pintu tadi.. Wajahnya terlihat tidak asing. Tapi siapa?? Apa aku pernah mengenalnya?? Biarku rinci, ayah dan bunda bilang jika aku lahir dan besar di negara ini. Saat sekolah dasar, aku menjalani home schooling. Saat menengah pertama, aku di Jepang dan pergaulanku sangat terbatas, hanya seorang yang kuhafal namanya dan itu perempuan. Saat menengah atas.. Aku hanya mengenal Leon”
Ya, itu Glory. Orang yang di gossip kan sebagai pribadi yang dingin dan tidak bersahabat. Glory akan banyak bicara jika dia sudah nyaman. Glory kesusahan mendapatkan teman. Apalagi kemampuan Glory yang tersebar, membuat orang orang menjauh ketakutan.
Dan berakhirlah dengan Glory yang menutup diri. Glory dianggap sebagai penghambat kesuksesan orang lain. Ya, siapa yang tidak iri jika Glory selalu terlihat memiliki segalanya. Cantik, pintar, idola semua orang. Setidaknya, itu yang orang lain pikirkan sebelum berita kelebihan Glory tersebar.
“Sudahlah, hentikan Glory. Itu hanya masa lalumu. Kamu tidak perlu terpaku pada masa lalu.” Gumam Glory pada dirinya sendiri
Tak lama, ia menghela nafas. Entah kenapa dia merasa kesal.
“Aku benci, saat aku tidak tahu apa yang akan aku hadapi” ucapnya kesal
Glory pun mempercepat langkahnya, dan tersenyum tipis saat melihat tempat parkir universitas sudah di depan matanya.
Dia membuka pintu mobil dan duduk di kursi penumpang lalu tersenyum pada seseorang dibalik kemudi.
“Ayo, aku sudah selesai. Dan tolong berhentilah melibatkanku dalam urusanmu, kak. Rektormu- tidak tunggu apa harus ku bilang, dosen pembimbingmu?? Lagipula aku heran, kenapa bisa, rektor universitas mu menjadi dosen pembimbingmu”
Aleandro, tertawa hingga matanya menyipit. Dia mengusap lembut rambut Glory lalu mulai memutar kemudi mobilnya.
“Entah, dulunya Sir Nichalas memang dosen. Tapi sejak ayah Sir Nichalas memutuskan pensiun, Sir Nichalas langsung mengambil alih posisi rektor. Tugas tadi, adalah tugas terakhir darinya. Berkas yang tadi kau berikan padanya, itu hanya duplikatnya. File yang asli sudah kukirim lewat e-mail.” Jelas Aleandro sambil tertawa kecil
“Kakak, kau bilang itu adalah file yang sangat rahasia dan hanya ada satu di dunia.” desis Glory kesal
“Tapi ternyata itu hanya duplikatnya. Ya ampun, aku merasa dibohongi” lanjut Glory nelangsa
Ucapan Glory membuat tawa Aleandro semakin menjadi jadi.
“Glory, itu memang file yang rahasia. Hanya beberapa orang yang berhak mengetahuinya” penjelasan Aleandro, membuat rasa kesal Glory sedikit berkurang.
Yaa, biar hanya sedikit. Setidaknya dia jadi tidak terlalu kesal.
“Kak, tahu sesuatu tentang déjà vu?? Aku rasa, tadi aku mengalami itu” tanya Glory
Aleandro yang melihat wajah kebingungan Glory segera menyahut.
“déjà vu?? Ya, beberapa kali aku mengalami itu.” Jawab Aleandro singkat
“Aku kira, déjà vu yang kita alami adalah hal yang sudah pernah kita lalui dulu. Kau tahu, jika keluarga kita memiliki keturunan yang sedikit aneh, kan?? Entah kenapa, Ayah dan Bunda tidak mau menjelaskannya pada kita berdua.” Jelas Aleandro dengan suara memelan diakhir
“Mungkin Ayah dan Bunda hanya belum siap untuk memberi tahu kita kak. Biarpun aku sedikit kesulitan karena itu, kau tahu kan?? Karena kemampuanku, aku menjadi korban bullying.” Glory merenung
“Tapi kuharap nanti, ayah dan bunda mau memberitahu kita. Karena sepertinya garis keturunan keluarga kita ada hubungannya dengan kemampuan aneh yang kita miliki” lanjut Glory sambil menghela nafas
Aleandro terdiam sejenak. Deru nafasnya terdengar cepat. Dan dapat Glory rasakan jika kakaknya itu sedang gusar.
“Glo, aku tidak tahu harus membicarakan ini padamu atau tidak. Tapi kurasa, harus” Aleandro terdiam sejenak
“Aku melihat sepasang merpati, sangat cantik. Kau tahu artinya, kan??” Tanya Aleandro pada Glory
“Sebuah pasangan??” tebak Glory
“Ya, dan aku melihat awan gelap yang mengelilingi mereka. Bisa kau tebak, siapa sepasang merpati itu??” Aleandro tersenyum samar
“Sebuah pasangan, yang dikelilingi oleh kegelapan” gumam Glory, lalu kepalanya menggeleng samar
“Ya, sepertinya akan ada masalah besar yang dihadapi oleh sepasang merpati itu. Kegelapan yang sangat pekat” ucap Aleandro pelan
“Nah, sepertinya ini waktu yang tepat untuk bertanya pada ayah dan bunda.” Sahut Glory sambil memejamkan matanya
“Hei, jangan tertidur. Kau akan pusing saat terbangun nanti” tahan Aleandro pada Glory
“Tidakk, aku mengantuk” rengek Glory pada kakaknya
“How cute, tapi aku tidak ingin kau pusing nanti” jawab Aleandro sambil tertawa
“Btw, kau bertemu seseorang di dalam??” lanjut Aleandro
“Ya, seseorang. Sepertinya dia mahasiswa baru dan mungkin dia dekat dengan Sir Nichalas atau mungkin dia anaknya??” Sahut Glory dengan sedikit tertawa diakhir
“Ya, dia anak Sir Nichalas aku melihatnya turun dari mobilnya tadi, dan aku masih ingat wajahnya. Sepertinya kau akan banyak terlibat dengannya” ujar Aleandro menggoda
“Eiyy, tidak mungkin. Tapi itu memungkinkan jika tuhan berkehendak” Glory tertawa setelahnya
“Dia tampan??” goda Aleandro
“Wajahnya benar benar mirip dengan Sir Nichalas.” Jawab Glory
“Wah, apa itu harus ku artikan tampan?? Banyak teman ku yang bilang jika Sir Nichalas terlihat sangat muda dan tampan” Aleandro tertawa setelahnya
“Kenapa kau sangat senang menggodaku, kak??” tanya Glory dengan alis terangkat
“Hei, memang apalagi yang dilakukan adik kakak??” tanya Aleandro balik
Lalu Aleandro menginjak rem mobilnya, dan mengeluarkan remot pengontrol.
“Open the gate” ujar Aleandro pada remot
Kalian tahu?? Remotnya memakai sensor suara. Sensor dapat mengenali suara dari pemilik rumah. Bahkan orang lain tidak dapat mengakses rumah, biarpun mereka memiliki remot itu.
“Sure, sir Aleandro” sahut Operator
See?? Sudah kubilang jika mereka mampu mengenali si pemilik suara.
Taklama, gerbang rumahnya terbuka dengan lebar. Memamerkan pemandangan air mancur di tengah tengah jalan yang memutar.
Aleandro kembali menginjak gas mobilnya, mengarahkan mobil pada garasi yang berada tepat di samping mansion tempat tinggalnya.