Beberapa hari telah berlalu dari kejadiann yang telah merusak masa depan Shally. Ujian pun juga sudah usai, Shally berusaha bangkit dari rasa terpuruk yang telah menghantuinya. Shally mengobati hatinya dengan berusaha mencari jejak keberadaan pria asing itu, pria yang telah merenggut kesucian nya tempo hari.
Sepulang sekolah Shally berjalan menuju warnet yang berada di sekitar sekolah nya dengan harapan, semoga bisa menemui pria asing itu lagi untuk meminta pertanggungjawabannya. Dengan mengumpulkan uang jajannya, Shally menyewa satu tempat di warnet itu yang biasanya dihitung perjam. Shally mencoba masuk akun chatting nya dan berusaha mencari nama pengguna yang pernah di pakai oleh si pria asing itu. Sambil mencari,dia juga memulai chatting dengan yang lain nya juga.
"Siapa ya nama pengguna nya aku lupa lagi, " tampak shally terus bergumam.
"Banyak sekali yang sedang online, tapi kenapa aku sama sekali tidak menemukan dia. apakah mungkin dia sudah mengganti nama pengguna yang lain ya?"
Namun sayangnya walau sudah beberapa lama shally mencarinya ternyata tetap saja dia tidak dapat menemukan keberadaan nya.
"Bodoh, bodoh, bodoh, kenapa aku bisa sebodoh ini? aku bisa menjadi gila karena hal ini."
Shally merasa sedih juga muak terhadap dirinya sendiri.
Shally merasa telah menjadi manusia yang sangat bodoh, hingga dapat di bodohi oleh pria asing yang tidak pernah ia kenal itu. Dengan dipenuhi rasa kesalnya, Shally memulai chatting dengan yang lain, dan malah menjadikan nya bersikap berbeda dari biasanya, sikap nya itu jauh berbeda dari seorang Shally yang sebelum nya.
Dia mulai menanggapi obrolan obrolan nakal dari para lelaki yang ada di internet itu.
Banyak sekali pria yang chatting dengan nya, ada yang sok jual mahal, ada pula yang blak blakan menawarkan kesenangan pada Shally, bahkan shally menanggapi dengan mengajukan bayaran bagi nya. Tapi ternyata itu hanya untuk meluapkan kekesalan nya saja karena ia tidak dapat menemukan pria itu.
Suatu hari ketika Shally sedang memulai obrolan di akun internet nya, ada salah seoranng teman chatting nya yang bernama David (34), mereka berkenalan dan berbincang lumayan lama. Kemudian dia menanggapi obrolan Shally tentang kepuasan yang akan Shally berikan dengan bayaran tertentu. David menyetujuinya hingga dia pun meminta untuk bertemu dengan Shally saat itu juga. Setelah mereka sepakat untuk bertemu, taklama kemudian Shally keluar dari obrolan nya dan bergegas membayar ke kasir. Untuk beberapa saat Shally kesal karena dia menunggu agak lama di depan warnet itu. Tapi tak lama kemudian datang sebuah mobil yang lumayan mewah menghampiri keberadaan Shally. Pertemuan mereka mirip dengan pertemuan sebelumnya antara Shally dan pria asing itu. Disana Shally mencoba berkomunikasi aktif, agar tidak terjadi seperti pertemuan nya yang sebelumnya.
"Hai, aku Shally."
"Hai, aku David. Sini masuk, kita jalan saja ya". Ajak David
"Baiklah,,,"
"blug.." suara pintu mobil yang di tutup Shally. Mereka berbincang didalam mobil yang sedang dikendarai oleh David. David juga bertanya perihal apa yang telah mereka bicarakan sebelumnya di chatting.
"Gimana? kamu betul betul serius menawarkan hal yang tadi kita dibicarakan?"
"Kenapa memangnya? jika aku serius atau tidak, apa itu menjadi masalahmu?"
"Ya bukan begitu, tentunya tidak akan menjadi masalah bagiku. Tapi aku merasa sayang saja jika hal itu kamu laku kan. Aku bertanya hanya ingin mengetahui apa alasan kamu nekad melakukan hal seperti itu?"
Shally tertegun dan sedikit termenung mendengar perkataan David padanya itu. Dan saat obrolan itu telah berlangsung cukup lama, Shally merasa jika orang ini adalah orang yang cukup baik untuk dia jadikan teman.
David adalah seorang pria yang sudah beristri, yang memiliki satu anak laki laki. Namun dia tidak mendapat kan kebahagiaan bersama istrinya, Istrinya yang dulu satu profesi dan satu kantor dengannya itu telah beberapa kali terciduk selingkuh bersama teman sekantornya yang lain, dan David selalu memaafkan istrinya.
Namun untuk terakhir kalinya istrinya terlihat berselingkuh lagi dengan orang yang sama, hingga istrinya itu dikeluarkan dari kantor tempat mereka bekerja . Namun karena memang David adalah orang yang tidak tegaan terhadap orang lain,ketika melihat istrinya yang tidak terbiasa tinggal berdiam diri di rumah, David masih berusaha agar istrinya bisa mendapatkan pekerjaan yang layak, setidaknya bisa berjualan di kantin kantor tempat dia bekerja sebelumnya. Hingga usaha david itu membuahkan hasil. Istrinya mendapatkan ijin untuk berjualan di sana.
Tetapi kebaikan dan kerja keras David untuk istrinya itu lagi lagi telah dihianati dengan kecurangan yang dilakukan istrinya setelah beberapa lama dia berjualan di kantin itu. Bahkan istrinya itu sampai di penjarakan karena kedapatan mencuri barang berharga disana. David terheran heran ketika melihat kelakuan istrinya seperti itu. Dia bertanya tanya apa yang membuat istrinya berubah mmenjadi seperti ini. David berusaha mengeluarkan istrinya dari sel tahanan dengan cara menjamin nya dengan uang tebusan. Namun uang yang sudah ia kumpulkan masih sangat kurang. Maka dengan perasaan terpaksa David berencana untuk menjual rumahnya, Namun saat mencari sertifikat rumah itu, David tidak dapat menemukan nya dimanapun juga. Kemudian David berusaha menanyakannya secara langsung pada istrinya.
""aku mau tanya sama kamu, sebenarnya sertifikat rumah kita kamu simpan dimana?" tanya David pada istrinya sambil memicingkan mata. Istrinya tidak menjawab dan hal itu membuat David kesal. David berulang kali menanyakan hal yang sama pada istrinya dengan dipenuhi rasa kesal dan amarah. Namun tetap saja tidak ada jawaban yang di lontarkan oleh istrinya itu. Kemudian satu hal yang tiba tiba terlintas dalam pikiran David.
"Apakah mungkin jika sebenarnya rumah itu telah dijual istriku?" tanya David dalam hati. Demi menghilangkan rasa penasarannya, David menanyakan kembali perihal keberadaan sertifikat rumah nya itu kepada istrinya.
"Aku mengerti, jika kamu tidak bisa menjawab pertanyaanku tentang keberadaan srtifikat rumah itu, itu pasti karena rumah kita telah kau jual iyakan?" Tanya David pada istrinya sedikit membentak.
"iya aku telah menjualnya tahun lalu" akhirnya ada jawaban yang keluar dari mulut istrinya itu, David tercengang mendengar jawaban nya, dia sama sekali tidak pernah menyangka hal yang terlintas dalam pikirannya itu ternyata benar adanya.
"Lantas kau gunakan untuk apa uang dari hasil penjualan rumah itu? Dan apakah nafkah yang selama ini aku berikan kepadamu itu tidak dapat menutupi kebutuhan biaya hidup kita??"
Tanya David dengan penuh rasa kecewa.
Kemudian istrinya menjelaskan bahwa uang hasil penjualan rumah nya itu dia berikan kepada orang yang selama ini telah memeras nya. Jika tidak, maka pemeras itu akan memberi tahu bahwa istrinya itu masih ada hubungan dengan selingkuhan nya itu, dan masih sering melakukan janji temu dibelakang David.
Sejak kejadian itu david tidak pernah bertegur sapa lagi dengan istrinya. Walaupun masih memiliki status suami istri, tapi David sudah tidak pernah pulang lagi ke rumah nya di malam hari. Setidaknya dia menyempatkan pulang pada siang hari ketika istirahat bekerja, itupun hanya untuk menemui anaknya saja. Sebab itulah David merasa sangat senang dapat berjumpa dan berkenalan dengan Shally yang sangat baik dan terlihat masih sangat polos itu.
Setelah beberapa lama diperjalanan ,David menghentikan laju mobilnya itu di parkiran salah satu toko buku yang ada di tengah kota. Shally diajak untuk menemani David ke toko buku, dan David meminta Shally untuk memilih buku buku yang ia sukai.
"Kamu pilih saja buku apa yang kamu butuhkan dan kamu sukai." Perintah David kepada Shally lugas.
Akan tetapi, Shally terlihat seperti kebingungan, maka dari itu David membelikan nya buku budidaya stroberi dan buku budi daya ikan lele. David juga membelikannya dua buah komik remaja yang pasti disukai gadis seperti Shally.
"ini kamu bawa pulang saja ya" David memberikan buku buku yang telah dibelinya itu kepada Shally.
"Tapi aku tidak meminta kamu untuk membelikan aku buku buku ini mas." Ucap Shally sedikit heran.
"Tidak apa apa bawa saja, dengan alasan ke pameran buku kamu bisa jawab seperti itu jika mamamu bertanya kenapa kamu terlambat pulang. iya kan!" Seru David.
"ohh ,iya mas pinter juga. Terimakasih banyak ya sudah memberikan aku ide seperti ini.." jawab shally sambil tersenyum manis padanya.
David merasa sangat nyaman saat berbincang dengan Shally, begitu juga sebaliknya, Shally merasakan hal yang sama seperti yang dirasakan oleh David. Shally merasa sangat nyaman hingga untuk sejenak Shally pun dapat melupakan masalah yang sedang menimpanya itu.
"Mas, sebenarnya aku ingin meminta maaf sama kamu, sebenernya tadi ketika kita chatting itu aku tidak serius. Aku hanya bergurau saja." Shally berkata dengan penuh rasa malu yang jelas tergambar di wajah cantiknya itu.
"iya tidak apa apa kok, aku juga akan berusaha memahami kamu tanpa meminta penjelasan." Jawab David singkat. Namun jawaban itu membuat hati Shally merasa dipedulikan, hingga hati Shally berkata "akhirnya ada yang bisa mengerti dan memahami aku." dengan ekspresi wajah sendu dan mata yang sudah berkaca kaca.
"Aku bisa bertemu dan berbincang dengan kamu saja sudah merasa seneng kok. kamu santai aja tidak perlu merasa sungkan seperti itu." sambung David. Mendengar perkataan David seperti itu shally sungguh merasa tersanjung.
"Shally, sekarang sudah mulai gelap sebaiknya aku segera mengantarkan kamu pulang." David menawarkan dirinya untuk mengantarkan Shally pulang. Karena keadaan memang sudah gelap juga.
"Ya sudah kamu antarkan aku pulang, tapi sebaiknya kamu antarkan aku sampai gang dekat rumah, atau kamu bisa antar aku ke tempat tadi ketika kita bertemu saja." Shally dan David mulai beranjak dari tempat duduk mereka di toko buku itu. David meraih jemari Shally, digenggam dan di tuntun nya Shally menuju parkiran.
Shally merasakan jantungnya yang sedang berdegup dengan sangat kencang. Namun Shally menutupi perasaannya itu dengan wajah polos dan datar. Setibanya di parkiran David melepaskan genggaman nya dari tangan Shally, dibukakannya pintu mobil oleh David dan mempersilahkan Shally untuk masuk kedalam nya. Lagi lagi Shally merasa tersanjung dengan perlakuan David terhadapnya.
"Duh,, jantung ku terus berdegup kencang .kenapa dia memperlakukan aku sebaik ini." Hati Shally bergelut. Ketika berada di perjalanan David terus berbincang dengan Shally. Ditengah perjalanan, David berhenti dan mampir sejenak ke kantor tempat dia bekerja untuk menukar kendaraan yang ia kenakan. Dia menukar mobil nya dengan motor agar dia dapat mengantarkan Shally dengan menghindari kemacetan jalan.
Kali ini Shally pun sudah tak segan segan melingkarkan tangan nya di pinggang David untuk berpegangan. Sesekali David melepaskan tangan kiri nya dari stang motornya untuk menggenggam tangan Shally yang melingkar di pinggangnya, juga sesekali dia mengusap lutut Shally, seolah dia ingin terus bersama Shally. Merespon perlakuan David padanya, spontan Shally memeluk David dengan begitu erat, seolah itu adalah tanda bahwa Shally pun merasakan hal sama yang tak terucap oleh David.
"Shally, besok kita bertemu lagi ya.. aku mau ajak kamu jalan ke suatu tempat." tanya David mengajak Shally pergi.
"Boleh, tapi memangnya kita mau pergi kemana mas?" jawab Shally balik bertanya.
"Ya kita lihat aja nanti" David menjawab, membuat Shally semakin penasaran saja.
"Ya sudah mas, tapi kan besok aku sekolah. Emh,, tak apa lah biar nanti aku membuat surat ijin saja."
"Oke terserah kamu saja. Besok aku menjemput mu pagi pagi saja ya di tempat ini."
"Oke mas, ya sudah aku pulang dulu yah, tidak nyaman rasanya kita berbincang disini, tidak enak sama omongan orang nantinya."
"Iya, iya, sudah sana pulang, hati hati ya, aku juga mau balik kantor lagi."
Merekapun berpisah setelah sampai di tempat David menjemput Shally tadi, dan tempat itu menjadi tempat Shally di antar jemput oleh David ketika mereka akan bertemu dan bepergian. Keesokan harinya Shally memakai seragam sekolah dan almamaternya lalu berangkat dari rumah menuju sekolah. Namun ditengah perjalanan, dia berhenti dan menemui David yang ternyata telah lama menunggu nya di tempat yang sudah mereka sepakati kemarin.
##BERSAMBUNG##