Orang bilang, perempuan adalah makhluk yang mudah terbawa perasaan. Begitulah yang terjadi pada Elara. Tak butuh waktu lama baginya untuk menyukai kepribadian suaminya, meski bersikukuh menolaknya. Pesona pria itu sungguh sayang bila dilewatkan. Angga adalah sosok yang hangat, lembut, dan perhatian, ditambah sedikit m***m—sesuatu yang belakangan diwajarkannya mengingat aspek gender. Bukankah kelakuan setiap pria selalunya sama? See? Tidak ada laki-laki dan perempuan yang bisa murni berteman tanpa salah satunya menyimpan perasaan. Dan Elara takut dirinyalah yang lebih dulu memulai pergumulan. Sumpah demi Tuhan, momen ketika Angga hampir menciumnya di balkon sungguh mendebarkan. Elara menyesal, mengapa malam itu dirinya tidak menyerah saja. Terkutuklah engkau, wahai otak sialan! Sikap ha

