"Ben, aku hamil." "Jangan bercanda. Aku lagi stres mikirin kerjaan." Beno mengibaskan tangannya. "Aku nggak bercanda, Beno. Aku hamil!" Dengan kalut Tira membentak Beno. "Kamu ... beneran?" Beno ternganga. "Ha-hamil bagaimana?" Tergagap ia mengguncang bahu Tira. Mukanya perlahan memucat bagaikan kertas putih. "Ya, hamil. Ini ... " Tira mengeluarkan alat tes kehamilan yang menunjukkan dua garis merah. "Aku telat dua minggu." "Kok, bisa?!" seru Beno tak percaya. "Kita hanya melakukannya satu kali!" "Nikahi aku, Ben. Aku nggak mau aborsi." "Ya Tuhan, itu cuma satu kali!" Beno meremas rambutnya frustrasi. Ia terduduk di sudut kamar kosnya. Jantungnya berdentam keras dalam rongga d**a. Beno tak menyangka, kekhilafannya berujung malapetaka. Malam itu, Tira datang ke kamar kosnya dan meng

