"Misalkan nanti Papa menyinggung kamu, jangan dibalas. Biar saya yang ngobrol dengan Papa. Api dibalas api ndak akan menyelesaikan masalah." "Nggak tahulah, Dok." Elara tersenyum kecut. "Sudah bawaan alam kalau saya pantang kalah berdebat dengan Papa. Beliau patriarki sekali. Semuanya harus nurut, manut, nggak boleh membantah. Laki-laki adalah raja. Tahu prinsip pegas, kan? Semakin keras Papa menekan saya, semakin kuat saya menunjukkan perlawanan." Elara menceritakan tentang ketidakadilan yang diterimanya dari ayah dan ibunya. Ia menyebutnya sindrom si anak tengah. Seringkali pakaian yang ia punya adalah bekas kakaknya. Padahal ayahnya terbilang sangat mampu memberikan banyak uang untuk memenuhi kebutuhannya. Uang jajannya pas-pasan, berbeda dengan Tira yang berlebihan. Sedangkan Arby

