Bab 1
Clarisa, yang trauma karena kegagalan merajut kasih dengan sang mantan membuatnya mengambil keputusan besar dalam hidupnya yaitu menerima lamaran dari sahabat orang tuanya. walau belum pernah sekalipun dirinya bertemu dengan pria yang melamarnya entah mengapa Clarisa begitu yakin bahkan tidak ragu menerima lamaran itu.
Kedua orang tua Clarisa begitu bahagia karena anaknya akhirnya mau menerima lamaran itu tentunya bagi orang tuanya itu suatu kebahagian tersendiri karena selama ini putri mereka selalu menolak tetapi kali ini putri mereka menerima lamaran anak sahabat mereka.
"Sayang, apa kamu yakin tidak memikirkannya lagi" tanya ibu Tia.
"Tidak Bu, karena aku yakin ayah dan ibu tidak akan memilihkan pasangan yang salah untuk aku" jawabnya sambil tersenyum ke arah ibunya yang duduk disampingnya.
"Tapi kalian belum saling bertemu" ucap ibu Tia. Dirinya takut jika nanti anaknya itu berubah pikiran.
"Memang harus bertemu dulu Bu?" Tanya Risa sambil membelikan badannya menghadap sang ibu.
"Seharusnya kalian saling bertemu dulu supaya bisa saling mengenal" sahut ibu Ita.
"Tidak perlu Bu, untuk apa saling mengenal dulu kalau akhirnya berpisah"
Bu Ita terdiam mendengar perkataan anaknya karena dia tau apa maksud dari perkataan itu, Risa menolak saat keluarga pria itu meminta untuk bertemu dengan anak mereka sebelum hari pernikahan tapi dirinya menolak karena baginya pilihan orang tuanya pasti terbaik baginya.
Seorang pria berjalan ke arah dimana istri dan anaknya terlihat sedang serius seperti sedang membicarakan sesuatu, ibu Ita yang melihat suaminya berjalan ke arah mereka segera beranjak dari duduknya sedangkan Risa hanya menoleh sambil tersenyum melihat ayahnya sudah pulang.
"Kalian sedang membicarakan apa? Sepertinya serius banget" ucap ayah Ali yang sudah berdiri di hadapan istrinya.
"Ibu sedang membicarakan soal lamaran dari keluarga Wijaya" jawab ibu Tia kepada suaminya.
"Apa kamu berubah pikiran" tanya ayah Ali sambil melihat ke arah Risa yang duduk di sopa.
Mendengar pertanyaan dari ayahnya Risa hanya menggelengkan kepalanya sebagai jawaban, Ali merasa lega karena kali ini Risa tidak menolaknya.
Hari pernikahan pun tiba semua tamu sudah berkumpul di ruang begitu juga dengan keluarga Wijaya dan penghulu sudah berada disana, sedangkan seorang pria merasa gugup apalagi dia sama sekali belum bertemu dengan wanita yang akan dinikahinya, kedua orang tuanya segera menghampirinya Saat melihat anaknya begitu gugup di hari pernikahannya.
"Jangan gugup Vin" ucap papi Hendra kepada putranya itu.
"Wajar Pi, Kevin gugup apalagi ini hari pernikahannya" sahut mami Lia yang mengerti kegugupan yang di rasakan putra bungsunya itu.
"Kevin tidak gugup ko" elak Kevin kepada orang tuanya.
"Kamu jangan bohong, dari tadi mami dan papi memerhatikan kamu dari sana" jawab mami Lina sambil tersenyum karena Kevin tidak mau mengakui kalau dirinya sedang gugup.
"Anak kita gugup pasti karena penasaran seperti apa wajah istrinya nanti' ucap papi Hendra seraya melirik ke arah Kevin.
"Bener Pi, mami rasa Kevin bisa pingsan jika melihatnya nanti" mami Lina segera terkekeh kecil setelah menjawab perkataan suaminya tentunya dia sengaja menggoda Kevin mengingat keduanya belum pernah bertemu.
Kevin yang awalanya merasa gugup seketika berubah menjadi kesal mendengar ucapan keduanya, karena dirinya juga penasaran seperti apa wajah calon wanita yang akan dia nikahi membuat pikiran Kevin membayangkan hal yang buruk Hinga membuatnya menggelengkan kepalanya hingga membuat kedua orangnya menatap heran saat melihat apa yang dilakukan Kevin itu.
Tidak begitu lama semua orang begitu terpesona melihat kecantikan dari pengantin wanita begitu juga dengan kedua orang tua Kevin yang memuji kecantikan dari menantunya itu sedangkan Kevin hanya menatap tidak percaya melihat calon istrinya ternyata di seburuk yang dia pikirkan.
"Gimana pilihan papa dan mama" goda Hendra sambil menyenggol bahu Kevin.
" Ih apaan sih pa?" Kesal Kevin yang mendengar perkataan papanya.
Sedangkan Risa yang berjalan di gandeng oleh ibunya hanya menundukkan wajahnya bahkan dia merasakan gugup dan jantungnya berdetak lebih cepat apalagi ini untuk pertama kalinya dia akan bertemu dengan pria yang akan menikahnya.
Kevin yang sudah duduk di depan penghulu berusaha menyembunyikan rasa gugupnya begitu juga dengan Risa yang sudah duduk di samping kevin, Risa yang penasaran dengan wajah pria di samping hanya sesekali melirik sejenak wajah Kevin sekilas wajah Kevin mengingatkannya kepada seseorang namun dia segera tepis semuanya karena sekarang dia harus bisa menerima pria yang duduk di sampingnya sebagai suami.
"apa sudah siap" tanya penghulu kepada kevin.
" Sudah" jawab singkat Kevin .
Penghulu segera menjabat tangan Kevin.
"Saya terima nikah dan kawinnya Clarisa Saputri Wiguna binti Ali Wiguna dengan maskawin tersebut dibayar tunai" Kevin mengucapkannya hanya dengan satu tarikan napas.
" Bagaimana para saksi" tanya penghulu sambil melihat ke arah kanan dan kirinya.
"SAH" ucap semua orang di ruangan itu.
Mendengar kata SAH seketika membuat tubuh Risa bergetar bagaimana tidak dia bahkan masih menganggap semuanya mimpi kalau sekarang dirinya sudah resmi menjadi istri pria yang bahkan belum pernah dia temui begitu juga dengan Kevin yang tidak menyangka dirinya terlebih dulu menikah melangkahi kakaknya yang kini sedang menjalankan bisnisnya di luar negeri.
Setelah semua acara pernikahan selesai semua tamu undangan sudah pulang kini hanya tinggal keluarga risa dan juga Kevin yang berada disana tentunya antara Kevin dan Risa merasa canggung walaupun keduanya sudah resmi menjadi suami istri.
"Kalian sekarang sudah menjadi suami istri jadi sekarang kamu bukan tanggung jawab ayah dan ibu lagi" ucap Ali dengan mata berkaca-kaca kerena dirinya harus rela melepas putri kesayangannya.
"Jadi ayah sama ibu gak sayang aku lagi" tanya Risa sudah mulai meneteskan air matanya.
"Sayang, kami bukan gak sayang tapi sebagai istri kamu harus ikut kemanapun suami kamu membawa kamu" sahu Ita menahan air matanya.
Risa tidak bisa membendung air matanya lagi mendengar perkataan ibu dan ayahnya, Kevin yang duduk di sampingnya dengan ragu- ragu menenangkan Risa yang menangis.
"Ayah dan ibu titip Risa" ucap Ali sambil melihat ke arah Kevin yang sedang menenangkan Risa.
Kevin hanya mengagukan kepalanya sebagai jawaban.
"Kamu gak perlu khawatir karena sekarang Risa juga putri kami" ucap Hendra sambil melihat ke arah Ali sahabatnya.
"Terimakasih, karena kamu sudah mau mengaggap Risa sebagai putri kamu" sahut Ita yang merasa bersyukur karena putrinya memiliki mertua yang menyayanginya sehingga dia tidak khawatir untuk melepaskan Risa.
"Kamu gak usah bilang terimakasih justru aku yang berterima kasih kerena sudah memberikan menantu yang cantik" ucap Lina sambil tersenyum.
Setelah pembicaraan mereka selesai akhirnya setelah meminta ijin kepada mertuanya Kevin memboyong Risa ikut bersamanya karena Kevin memang sudah memiliki rumah sendiri jadi dia memutuskan untuk mereka tinggal berdua Agar keduanya bisa saling mengenal satu sama lain.