Bab 1: Sebuah Foto

660 Kata
"Dokter Ayu, maaf, Dokter sedang sibuk tidak?” suster Reta mengetuk pintu ruangan dokter cantik itu. Ayu yang sedang menyelesaikan beberapa laporan tersenyum lembut. Reta, perempuan muda itu begitu santun dan baik selama bekerja mendampingi Ayu di puskesmas. Ayu merasa puas dengan kerjanya yang cekatan dan pintar. Reta sebenarnya lebih cocok menjadi dokter. Ia mengerti banyak hal di atas kemampuan dan skill seorang perawat. Pernah suatu hari Ayu menanyakan kenapa Reta tak memilih menjadi dokter saja. Tapi jawaban gadis itu sungguh di luar ekspektasi Ayu. “Papa sudah hampir pensiun, Dokter. Sementara kuliah Dokter jauh lebih lama. Selesai kuliah nanti, usia saya sudah dihadapkan harus menikah. Nanti kapan saya bisa nemenin Papa dan Mama. Biarlah cukup Mas Elang saja yang jadi dokter sukses.” Reta bahkan lebih memilih ditugaskan di puskesmas dibanding di rumah sakit hanya agar bisa lebih banyak memiliki waktu bersama ayah ibunya. Dia rela menolak tawaran insentif dan fasilitas karir yang lebih menjanjikan baginya. “Ada yang penting mau kamu obrolkan, Reta?” Ayu meletakkan penanya dan menyandarkan punggungnya di kursinya. “Sebenarnya sudah lama pingin saya tanyakan sama Dokter, tapi saya khawatir.” “Soal apa?” “Hmmm,” Reta tampak ragu. “Reta, jangan bikin saya penasaran seperti itu,” Ayu menegakkan punggungnya dan melipat tangannya di meja. Tak biasanya Reta bersikap seperti itu. “Maaf ya, Dok,” wajah Reta terlihat tak nyaman penuh rasa bersalah. “Ada apa? Kamu melakukan kesalahan dengan pasien?” Ayu mulai khawatir. Reta menggeleng. Dia menatap atasannya itu dengan prihatin. “Lalu kenapa?” “Saya sebenarnya ingin bilang ini dari beberapa waktu lalu, tapi saya ragu, Dok,” Reta engeluarkan ponselnya lalu menatap Ayu sejenak. “Bilang saja kalau memang itu penting dan benar.” Reta menghela napas kemudian membuka kunci layar ponselnya. “Maaf Dokter, itu benar foto suami Dokter Ayu?" Ayu menyipitkan matanya, mengamati dengan seksama. Jantungnya berdebar lebih kencang. Begitu pula dengan Reta yang mengamati wajah ayu atasannya itu. Bagi Reta, dokter Ayu tak sekedar atasan untuknya. Beliau adalah guru dan panutannya. Tak hanya karena sosoknya yang begitu anggun dan lemah lembut. Tapi dedikasi dan pengetahuannya sebagai dokter yang kerap membuatnya dibuat kagum. Selain itu, Ayu adalah istri dan ibu yang nyaris sempurna. Ia begitu setia menjaga diri dari rekan kerja yang kerap menggodanya, entah sekedar gurauan atau serius. Dan Ayu juga begitu perhatian pada anak-anaknya. “Reta, kamu dapat darimana foto itu?” suara Ayu terdengar bergetar. Reta tahu, ini pertanda buruk. Dia sungguh berharap semua dugaannya tidak benar meski ia telah berusaha mengecek berkali-kali dan semuanya hampir mendekati seratus persen benar. “Maaf, Dok,” Reta menunduk. Tak sanggup rasanya ia melihat mata bening itu berkaca-kaca. “Reta, kamu dapat darimana?” ulang Ayu tak sabar. “Mama dan Papa saya, Dok. Dokter ingat saya pernah minta ijin cuti?” Ayu mengangguk. “Saat orang tua kamu beribadah umroh?” “Iya, Dok. Saya lihat foto-foto itu sepulang Mama Papa dari tanah suci. Tadinya saya hanya merasa familiar saja dengan wajah beliau. Tapi saat ke rumah dokter waktu itu dan melihat fotonya…” “Ya Allah, berita macam apa ini,” Ayu menutupkan kedua telapak tangannya ke wajahnya. Sekujur tubuhnya terasa lemas seketika. Jantungnya berdegup kencang. “Dokter Ayu, maaf,” suara Reta bergetar. Ia turut merasa bersalah. Hening. Keduanya sibuk dengan pikiran dan perasaannya masing-masing. Seorang perawat yang begitu peduli pada atasannya dan tak ingin menyimpan kecurigaannya terlalu lama. Dan seorang dokter yang begitu percaya pada suaminya yang kini tertampar oleh kenyataan yang terpikirkan pun tak pernah di kepalanya. ‘Mungkin hanya mirip saja.’ Sebuah penyangkalan melintas dalam kepala Ayu. Entah itu berasal dari logikanya yang sedang tumpul. Atau perasaannya yang memang sedang dibuat buta. “Dokter Ayu.” Panggilan Reta menyadarkan Ayu. Dia menatap sendu gadis manis di depannya itu. Jika bukan Reta yang membawa beritanya, tentu Ayu masih bisa menyangkal dengan begitu mudah. Tapi ini Reta, gadis manis yang begitu jujur dan penuh dedikasi selama Ayu mengenalnya. ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN