Part 11

906 Kata
Seperti biasa, setiap hari ruangan Pak Arvian akan selalu penuh dengan berbagai bau parfum wanita.  Jika diingat-ingat kembali, Pak Arvian memang sering menerima tamu berjenis kelamin perempuan di ruangannya. Sama halnya dengan hari ini.  Tamu Pak Arvian siang ini ialah seorang aktris cantik bernama Indri. "Kin, tolong bawakan teh ya untuk Indri. Gulanya setengah sendok saja." Titah Pak Arvian ketika aku baru saja tiba di ruangannya untuk mengantar Indri. Indri membalas dengan mata berbinar, "Lu masih inget Ar takaran gula yang gue mau? Ya ampun, gue seneng banget loh."  Aku melihat tingkah Pak Arvian dengan gelengan kepala kecil.  Kalau kata netizen sih cowok fakboi macam Pak Arvian harusnya dimusnahkan saja. Kecerdasan otak Pak Arvian memang patut diacungi jempol, ia mampu mengingat beragam hal-hal detail. Bisa dibilang ia cukup perhatian dan sikapnya ini tentu saja ampuh dalam menarik minat kaum hawa. "Kalau Bapak mau dibawain apa?" Tanyaku berusaha menahan emosi yang mulai mengganggu. Entah kenapa rasanya kesal sekali. "Saya? Kamu kan sudah tahu." Jawab Pak Arvian dengan enteng. Aku memutar bola mataku jengah, "Saya enggak tahu, Bapak mau dibawain apa? Air comberan mau?" Sejujurnya aku merasa cukup risih saat ini. Sepertinya wajahku sedari tadi diperhatikan dengan seksama oleh Indri.  "Kamu kok enggak sopan dengan atasan?" Tanya Indri dengan angkuh. "Sudah, dia memang seperti itu. Bikin saya tambah gemas." Bela Pak Arvian yang langsung mendapat tatapan tajam dariku. "Ar, dia mirip Silvia ya." "Kinera maksud kamu?" "Iya. Pantas saja wajahnya enggak asing." "Kenapa semua orang bilang dia mirip Silvia?" "Karena memang mirip, dia mirip Silvia tapi versi judes." Pak Arvian diam tidak menanggapi ucapan Indri, seperti tidak membenarkan namun juga tidak menolak. Aku menghela napas, ini mereka ngobrol seakan-akan dunia milik mereka berdua. Akhirnya aku memilih untuk keluar dari ruangan sebelum kembali diabaikan. Silvia?  Dia siapa? Waktu pertama kali magang di sini pun, senior-senior banyak yang bilang kalau aku mirip wanita bernama Silvia. Aku sih berharap kalau Silvia itu cantik. Kalau dimirip-miripin sama orang cantik mah enggak masalah. Sebenarnya siapa sih Silvia?  Apa hubungan wanita itu dengan seisi kantor terutama aku? *** "Kenapa baru pulang?" Tanya Pak Arvian ketika aku baru mendaratkan kaki di rumah. "Kerja." "Kerja? Kamu selesai kerja dengan saya kan jam enam?" "Kerja sampingan Pak." "Kerja apa?" "Ngajar les." Jawabku. Aku juga bingung dengan diriku, untuk apa aku menjelaskan keterlambatanku kepada Pak Arvian. "Kenapa kamu sibuk banget Kin? Gaji kantor masih belum cukup?" "Ada keluarga yang perlu saya perjuangkan, saya enggak mau lihat mereka susah." Pak Arvian mengacak pelan rambutku, "Selamat." "Apa?" "Kamu sudah berhasil membuat saya tambah gemas." "Terserah." "Kin, pesan saya kamu jangan kayak lilin." Pak Arvian itu random banget.Aku mengerutkan dahiku, "Apa?" "Jangan demi orang lain, kamu mengorbankan diri kamu sendiri. Jangan sampai terlalu lelah. Kamu pacar saya, saya enggak pelit." "Pacar bohongan maksud Bapak? Kalau maksud Bapak seperti itu, maaf saya enggak suka bergantung dengan orang lain Pak. Terima kasih atas niat baiknya." "Maksud saya kamu bisa pinjam uang dengan saya, enggak berbunga. Baik kan saya?" "Bapak mau buka usaha peminjaman uang?" "Ide bagus." Aku menggeleng-gelengkan kepalaku tanda tak habis pikir dengan Pak Arvian. Aku memutuskan untuk masuk ke kamar dan segera mandi. Rasanya ingin langsung berbaring dan berkelana ke alam mimpi. Setelah mandi dan mengisi perutku dengan mie instan, aku melirik jam dinding yang ada di dapur. Sudah pukul sebelas malam, tetapi ruang kerja Pak Arvian masih menyala. Entah bagaimana, aku memilih untuk membuatkan secangkir cokelat hangat untuk Pak Arvian. Padahal otakku sudah memerintahkan aku untuk tidak peduli, tetapi tanganku berkata sebaliknya.  Setelah selesai membuatkan cokelat hangat, aku pun masuk ke ruangan Pak Arvian. "Apa?" Tanya Pak Arvian ketika aku menaruh cangkir ke mejanya. "Diminum, jangan minum kopi terus." "Tumben?" "Sudah larut Pak, mending istirahat dulu." "Ada beberapa dokumen yang perlu saya tinjau, Kin." "Bisa besok kok Pak." "Saya takut tidak sempat." "Jelas enggak sempat, Bapak kan kalau di kantor hobinya ketemu dengan cewek-cewek." "Kamu cemburu?" Tanya Pak Arvian yang dari nadanya sepertinya ingin menggodaku. "Iya. Saya kan pacar Bapak." Jawabku. Pak Arvian sepertinya terkejut mendengar ucapanku, ia mungkin tidak menyangka kalau aku akan membalas guyonannya. "Sini sayang, jangan cemburu." Ucap Pak Arvian sembari menggenggam lengan kananku. "Apaan sih Pak, enggak gini juga kali. Bapak kayak koala tau enggak." "Enak aja koala, saya ini mirip idol Korea." "Enggak, Bapak mirip peliharaan saya." "Siapa? Si setan?" Aku menganggukan kepalaku, "Atau jangan-jangan Bapak salah satu jelmaan setan?" "Saya ini berhati malaikat." "Malaikat pencabut nyawa maksudnya?" "Ini sudah malam loh Kin, jangan ngajak ribut dong." "Siapa yang ngajak ribut?" "Kamu." "Saya ngajak tidur bukan ribut." Sepertinya ada yang salah dengan perkataanku sebab raut wajah Pak Arvian jadi agak aneh.  "Apa? Kamu ngajak tidur? Ayo." "Maksud saya, Bapak buruan tidur. Jangan begadang." "Perhatian banget." "Nanti kalau Bapak sakit, siapa yang repot?" "Kamu." "Makanya jangan begadang terus, cepat tidur." "Sebentar lagi." "Saya bantu cek." Pak Arvian membenarkan letak kaca matanya, "Jangan. Kamu istirahat saja dulu. Terima kasih cokelatnya." "Enggak apa-apa. Saya juga belum ngantuk. Santuy Pak." Ternyata butuh waktu cukup lama untukku selesai membantu Pak Arvian memeriksa beberapa file. Aku kembali memeriksa jam di ponsel dan ternyata sudah pukul satu dini hari. Mataku melirik Pak Arvian yang sudah tertidur pulas. Aku segera ke kamarku untuk mengambil selimut dan lagi-lagi tanpa sadar aku langsung meletakan selimut di atas tubuh Pak Arvian. "Pak, jangan buat saya baper dong. Saya enggak mau dipermainkan. Nanti kalau saya baper, Bapak mau tanggung jawab?" Gumamku seraya memerhatikan wajah Pak Arvian yang sedang tertidur. Kalau Pak Arvian tidur, dia baru mirip malaikat.. 
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN