Langkah yang Dipilih

1070 Kata
Sejak kematian sang kekasih dan malam berdarah di club malam, hidup Andy berubah total. Statusnya bukan lagi sebagai petarung bebas tak terkalahkan, melainkan buronan paling di cari di jajaran kepolisian. Setiap sudut jalan, setiap demaga, persimpangan, bahkan sampai kedalam lorong-lorong gelap kota, seolah melihat dan terus mengawasi setiap gerak-geriknya. 'NASI TELAH MENJADI BUBUR', adalah istilah pribahasa yang paling pantas menggambarkan kondisi kehidupan Andy waktu itu - jejak darah yang tak bisa terhapus terus memburu seperti peluru kendali. Berbulan-bulan ia terus berlari, berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain, tidur di manapun selagi bisa, makan dari sisa-sisa yang tersisa. Hatinya menjadi dingin. Emosi dalam jiwa telah membentuknya menjadi sosok yang tak lagi peduli dengan hukum dan masa depan. Semua telah hanyut seperti buih di tengah lautan, pudar sejak di tinggal oleh sang kekasih untuk selamanya. Hingga akhirnya, Andy menyadari sepenuhnya bahwa tak mungkin ia bersembunyi selamanya dari kejaran yang mengancam setiap denyut nafasnya. Menjelang tengah malam, saat udara dingin dan hujan turun membasahi bumi, Andy menyelinap di dermaga kecil, menyuap nakhoda kapal kargo untuk membawanya menyeberang ke kota Singapura. Sampai di sana, Andy lenyap di antara gemerlap kota yang tak mengenalnya. Singapura memberinya kesempatan baru - sebuah kesempatan dari kegelapan yang tak pernah terpikir dalam benaknya. Tempatnya adalah sebuah dunia bawah tanah yang membuka pintu sang pria petarung dan pemberani menjadi awal kehidupan baru. Dari satu pekerjaan kotor kepekerjaan yang semakin kotor dan beresiko tinggi ia jalani tanpa berfikir takut sedikitpun. Andy resmi menjelma menjadi pembunuh bayaran. Setiap target yang jatuh ke tangannya menambah reputasinya, namun juga menenggelamkannya lebih dalam ke jurang kegelapan yang tertutup rapat dan tak memungkinkan untuk kembali. ***** Waktu terus berjalan, tiga tahun tanpa terasa sejak Andy menjadi seorang pembunuh bayaran. Sosok Andy telah berubah total. Namanya kini menjulang di dunia kegelapan wilayah Asia, di setiap tempat perjudian ilegal, ia selalu menjadi topik penting dalam pembicaraan yang terjadi di meja-meja rapat kalangan sindikat professional. Kehebatan sosok Andy dalam mengeksekusi setiap target, menjadi legenda di kalangan para kriminal. Dari Singapura hingga Bangkok, dari Hongkong hingga Kuala lumpur, reputasi kepiawaiannya menggetarkan mereka yang memburunya, hal itu membuat sosok Andy menjadi rebutan bagi bos-bos besar yang ingin meminjam tangan mautnya. Di antara semua para cliennya, satu sosok nama yang paling menonjol--Yin Chin--salah satu bos sindikat asal Macau yang terkenal royal, kejam, namun juga licik. Yin Chin adalah bos mafia yang menguasai kasino bawah tanah, perdagangan gelap, dan jaringan pencucian uang lintas negara. Pria ini tahu bahwa mengandalkan Andy berarti memastikan pekerjaannya selesai tanpa kebocoran informasi, tanpa saksi yang bisa hidup. Pertemuan awal mereka berlangsung di sebuah kapal pesiar mewah yang berlayar di perairan Hong Kong. Andy duduk di ruangan VIP yang sunyi, hanya cahaya lampu kuning temaram memantulkan kilau permukaan meja kaca di depannya. Yin Chin, dengan setelan rapi dan tatapan penuh perhitungan, menawarkan kontrak yang nilainya setara dengan beberapa tahun gaji seorang pejabat tinggi. Targetnya? Seseorang yang telah membocorkan rahasia keuangan sindikat kepada Interpol. Andy hanya mengangguk singkat. Tak banyak pertanyaan, tak ada kata-kata yang keluar dari mulutnya. Baginya, pekerjaan adalah professionalisme, dan uang adalah kebutuhan. Semua harus sejalan dan selesai sesuai kesepakatan walau resiko nyawa menjadi jaminan. Di balik ketenangan wajahnya, tersimpan naluri pemburu yang selalu siap menuntaskan setiap misi. Dalam waktu kurang dari 24 jam dari waktu yang ditentukan, Andy berhasil menuntaskan misinya tanpa ada masalah yang berarti, semua berjalan sesuai kesepakatan. Sejak saat itu hubungan bisnis Yin Chin dan Andy mengalir seperti air sampai dua tahun berjalan. Tapi yang namanya bisnis, khususnya dunia gelap, hubungan harmonis bisa menjadi bencana yang merenggut segalanya. DAN SAAT ITU SEGERA DATANG. ***** Langit Macau pagi itu masih diselimuti kabut tipis, seolah enggan melepaskan malam. Dari ketinggian sebuah gedung pencakar langit, Andy berbaring di balik tripod senapan sniper-nya, jarinya siap menekan pelatuk dengan tenang. Di telinganya, suara Yin Chin terdengar melalui ear-piece. "Target dua orang pria yang keluar dari lobi hotel. Jangan beri kesempatan." Andy hanya menjawab singkat dan cepat, "Mengerti." Jam arloji digitalnya menunjukkan pukul 07. 01, waktu setempat. Dari teropong bidik, Andy melihat pintu kaca hotel mewah terbuka. Seorang pria memakai setelan abu-abu, berusia sekitar 40 tahun, melangkah keluar dengan sikap percaya diri. Andy mengatur napas sesaat. Dalam hitungan detik, suara lesatan senyap senapan melejit--CHEEEPP!! Peluru menembus dalam jarak ratusan meter, dan si pria roboh seketika, darah mengalir di trotoar. TARGET PERTAMA SELESAI. Kemudian Andy memutar sedikit laras senapannya. Peluru siap melesat untuk target yang kedua. Seorang bocah laki-laki berumur 10 tahun, rambut hitam tersisir rapi, mengenakan pakaian hodie hitam, masih menggenggam tangan ibunya yang berteriak histeris setelah melihat tubuh suaminya yang jatuh berdarah dan tak bergerak. Andy terpaku sejenak di balik sorot snipernya. Bidikannya sudah menempel di kepala bocah itu, namun jarinya tak mampu bergerak. Nafasnya menjadi berat, bukan karena jarak tembak, tapi karena hati nurani yang muncul datang menyergap. Dalam bayangan matanya, ia melihat sekilas sosok Melly--kekasih yang pernah mengisi harinya - dan saat itu dia menyadari bahwa membunuh anak yang tak berdosa adalah perbuatan pengecut. Hati nuraninya melawan. Semua ini bukan profesionalisme yang harus ia jalankan, tapi kejahatan yang mengubur sisa kemanusiaan. dari kejauhan suara Yin Chin terdengar jelas melalui ear piece ditelinganya. "Kenapa diam? Ayo, Andy! selesaikan cepat! keduanya harus mati hari ini." Andy hanya diam tak menjawab. Ia hanya terus menatap bocah itu yang memeluk ibunya erat-erat, wajahnya sedih penuh rasa takut, namun matanya masih memancarkan kehidupan. Yin Chin kembali berbicara keras melalui ear piece, "Andy! apa yang terjadi padamu, aku telah membayarmu untuk dua nyawa!" Andy memejamkan matanya sejenak, lalu membuka kembali dan mengangkat kepalanya dari teropong. Dengan tenang melepaskan peluru dari Chamber dan menjawab pelan pada Yin Chin. "Maaf Yin Chin, misi selesai, target ke dua selamat, aku tak bisa melakukannya. Dan kau tak pernah mengatakan bahwa ia seorang bocah." Yin Chin menjadi sangat geram , "Kau berani melawan perintahku?" Andy tersenyum pelan, "Aku tidak pernah melawan perintah, dan yang perlu kau tahu, aku tak pernah menerima perintah siapa pun, termasuk kau." Tanpa menunggu jawaban, Andy melepas ear piece di telinganya dan membongkar senjatanya dengan cepat, memasukkannya ke dalam tas. Dia melangkah dengan tenang dan pasti. Ketika pintu tangga darurat menutup di belakangnya, ia menatap langit sebentar yang tampak mulai cerah. Andy berbisik dalam hatinya. "Aku seorang pembunuh, tapi bukan pengecut." Andy mempercepat langkah, menyadari bahwa Yin Chin akan menjadi berbahaya, tapi semua itu hanya angin lalu bagi sosok Andy Wong. Di jalanan, suara sirene mulai meraung, tapi Andy tetap tenang, berlalu seperti badai senyap di telan matahari pagi yang bersinar.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN