bc

Diary Rere

book_age12+
0
IKUTI
1K
BACA
mystery
city
like
intro-logo
Uraian

Diary Rere menceritakan kisah seorang gadis bernama Renjana Senja Kala yang saat ini berusia 23 tahun. Bisa dibilang Diary Rere adalah sebuah memoar sederhana dari hidupnya. Dalam kisah ini, kalian akan menemukan cerita-cerita biasa yang umumnya juga terjadi pada diri kalian. Kisah Rere mengingatkan kepada kita bahwa siapapun bisa menjadi apapun, selama kita terus bermimpi dan berusaha. Tidak ada yang spesial dari kisah Rere, karena kisah Rere adalah kisah kalian. Tetapi kisah ini tetap layak dibaca sebagai bahan kontemplasi dan perenungan mengenai perjalanan hidup yang sangat bermakna, ketika secara tak sadar kita telah menginjak usia dewasa atau bahkan sudah tua.

chap-preview
Pratinjau gratis
Satu
Namaku Renjana Senja Kala, biasa dipanggil Rere, seorang gadis kecil bertubuh gempal berumur 5 tahun. Hari ini adalah hari pertamaku bersekolah. Ya, aku resmi menjadi murid TK Cahaya Mentari yang terletak tak jauh dari rumah. “Ayuk kak kita berangkat!” Teriak Mbok Nati ke arahku. Aku hanya mengangguk dan mengekor Mbok Nati yang tengah menggendong adik perempuanku, Anneke Shyla Swastika atau yang biasa kupanggil Anne. Adikku baru berumur 3 tahun kala itu. Kami berjalan beriringan menuju TK Cahaya Mentari, sesekali Mbok Nati bertegur sapa dengan para tetangga. “Nganter kakak, Mbok?” Tanya bibiku yang tinggal di samping rumah kami, namanya Bibi Fatimah. “Iya, Fat” Jawab Mbok Nati. Kami pun melanjutkan perjalanan, sesekali Anne berteriak kegirangan karena pengalaman yang baru dirasakannya: mengantar kakaknya pergi ke sekolah. Sesampai di gerbang TK, aku melihat banyak anak yang juga mengenakan seragam serba putih sepertiku, menyandang tas berwarna biru seperti yang kukenakan, dengan logo TK Cahaya Mentari di bagian depannya. Ada anak yang diantar oleh ibunya, ayahnya, bahkan keduanya. Beberapa anak tampak bahagia melangkahkan kakinya ke dalam gerbang, menyambut uluran tangan para guru muda yang tersenyum lebar dan sumringah. Namun beberapa menangis tak karuan, melepas kerudung dan mengacak-ngacak rambut sebagai lambang pemberontakan, bahkan ada bocah laki-laki yang meraung-raung memeluk kaki ibunya, berharap untuk tidak ditinggalkan. Aku yang menyaksikan adegan-adegan dramatis tersebut hanya bisa menatap mereka dengan tatapan datar, yang aku pikirkan hanyalah ‘kenapa aku tidak diantar oleh Ayah dan Bunda seperti mereka?’ Ya, kedua orangtuaku memang bekerja dan menitipkan kedua anaknya pada pengasuh, yaitu Mbok Nati. Mbok Nati adalah tetangga kami, ia tinggal bersama dengan adik laki-lakinya yang biasa kami panggil Om Toni. Mbok Nati sudah mengasuh aku dan Anne semenjak Anne lahir dan kala itu umurku baru 2 tahun. “Gih kak, masuk!” Mbok Nati menyuruhku masuk ke dalam gerbang. Aku hanya mengangguk dan melambaikan tangan padanya. Mbok Nati langsung pergi dengan Anne di gendongannya.     Tak banyak yang kuingat mengenai pengalamanku bersekolah di TK Cahaya Mentari. Mungkin akan kusebutkan beberapa kejadian yang masih melekat di pikiranku hingga sekarang. Aku ingat sekali mengenai hal ini. Suatu pagi yang cerah di lapangan TK, kami akan belajar membuat telur bebek dari telur ayam. Bu Asih (wali kelasku) telah menjelaskan kepada kami bahwa setiap anak hanya akan mendapatkan jatah 1 telur ayam yang nantinya akan dibaluri dengan tanah liat yang sudah digarami. Kami pun berbaris sembari memegang telur ayam dengan tangan kami yang kecil. Setiap anak berbaris untuk menunggu giliran membalurkan tanah liat ke permukaan telur ayam, kemudian menaruhnya di suatu box tertutup. Ketika tiba giliranku, aku mengambil segumpal tanah liat dan mulai membalurkannya pada telur ayam, kemudian kehebohan terjadi ketika aku meletakkan telur ayam dengan cara melepaskannya dari ketinggian yang mampu membuat isi telur keluar alias pecah. Bukannya menaruhnya dengan hati-hati disamping telur-telur lain, aku malah membuat kehebohan yang membuat Bu Asih menganga kemudian menutup mulutnya dengan kedua tangan, seolah-olah tak percaya pada apa yang baru saja terjadi.     Kejadian lain yang masih jelas terekam oleh memoriku ketika di TK adalah fakta bahwa aku menyukai seorang bocah laki-laki tepat di hari wisuda kelulusan TK. Bahkan aku masih ingat namanya, Jovan. Jangan tanya mengenai wajahnya, aku sama sekali tak ingat. Yang kuyakini adalah Jovan pasti berwajah menawan, sampai-sampai Rere yang kala itu baru berusia 6 tahun saja sampai naksir! Memori bersekolah di TK Cahaya Mentari memang tidak banyak, tetapi memori mengenai masa-masa ketika aku diasuh oleh Mbok Nati sangatlah banyak dan hal-hal inilah yang kedepannya akan membentuk kepribadianku menjadi Rere yang sekarang. “Lepas Rere! Kamu tuh berat tau! Kalau Anne sih nggak papa, badannya enteng” Omel Mbok Nati ketika aku menggelendotkan tanganku ke betisnya. Siang itu listrik di rumah kami turun dan Mbok Nati berusaha mengembalikan posisi meteran supaya TV dan peralatan elektronik lainnya kembali menyala. Mbok Nati mengambil kursi dan naik ke atasnya, berusaha mengembalikan posisi meteran. Tiba-tiba Anne berlari ke arah Mbok Nati yang sedang berjuang menggapai meteran dan mulai bergelendotan di betisnya, aku yang melihat keseruan itu berniat bergabung dengan adikku dan ikut bergelendotan di betis Mbok Nati. Tapi ternyata yang terjadi lain, ketika aku yang bergelendotan, wajah Mbok Nati berang dan mulutnya komat-kamit mengomeliku, mengatakan bahwa aku berat dan bisa saja menyebabkan Mbok Nati jatuh. Hari itu aku sadar bahwa di mata Mbok Nati, aku dan Anne berbeda. Looking back on that day, mungkin Mbok Nati bukannya benci pada diriku, tapi ia mungkin memang benar-benar khawatir terjatuh karena karung beras bergelendontan di betisnya. Who knows? Mbok Nati tidak hanya mengasuhku dan Anne, ia juga mengerjakan pekerjaan rumah seperti beres-beres, nyapu, ngepel, masak, belanja, nyuci piring, pokoknya selayaknya ART pada umumnya. Setiap pagi, Ayah dan Bunda akan berangkat bekerja ke Ibukota dan memberikan uang belanja untuk Mbok Nati, tak lupa uang saku untuk aku dan Anne. Sedari kecil aku memang sudah merasa bahwa Mbok Nati lebih sayang Anne daripada aku, mungkin karena ia mengasuh Anne semenjak dia lahir. Seiring berjalannya waktu, ketika aku dan Anne mulai bersekolah SD, perasaanku terhadap Mbok Nati makin mengganjal. Aku makin merasa bahwa aku tidak mendapatkan cukup kasih sayang darinya. Anne bisa bercengkrama, bercanda, bahkan menjahili Mbok Nati sesuka dia, sementara aku berusaha mematuhinya sebaik mungkin dan bersikap was-was setiap kali aku berada didekatnya. Aku ingat momen ketika Mbok Nati mulai membandingkan fisikku dengan fisik Anne. Anne memang memiliki fitur wajah yang lebih halus dibandingkan aku. Orang-orang memang bilang bahwa kami berdua mirip, seperti pinang dibelah dua, tetapi tetap saja kami berdua berbeda. Anne lebih cantik dari diriku, menurut Mbok Nati. Sudah 18 tahun berlalu sejak hari itu, hari pertama aku bersekolah TK dan diantar oleh Mbok Nati. Hari ini di umurku yang telah menginjak 23 tahun, aku sedang duduk di depan meja belajarku sambil mengetik. Mengetik potongan-potongan memori yang masih terekam di memori untuk dijadikan sebuah cerita yang kuharap menarik dan sarat makna. Aku baru saja lulus kuliah dari jurusan Biologi dan kegiatanku sekarang adalah freelancing menjadi tutor les anak SD - SMA. Aku memang memutuskan untuk belum mulai bekerja full-time karena suatu alasan yang kuat yaitu aku sedang menunggu pengumuman beasiswa studi Master ke Turki. Mimpiku adalah menjadi seorang peneliti di bidang biologi, sehingga aku memutuskan untuk melanjutkan pendidikan tinggi ke negeri yang terletak di 2 benua tersebut. Bagaimana dengan Mbok Nati? Kisahnya masih akan terus ada di bab-bab mendatang, tetapi sekarang aku sudah tidak diasuh olehnya lagi. Sekarang Ayah dan Bunda ada di rumah dan Rere yang sekarang tidak lagi merasa termarginalkan atau kurang kasih sayang. 

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

Perfect Revenge (Indonesia)

read
5.1K
bc

GARKA 2

read
6.2K
bc

Super Psycho Love (Bahasa Indonesia)

read
88.6K
bc

Jodohku Dosen Galak

read
31.0K
bc

(Bukan) Istri Simpanan

read
51.1K
bc

Takdir Tak Bisa Dipilih

read
10.2K
bc

Kusangka Sopir, Rupanya CEO

read
35.7K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook