bc

Kapan Move On? (21+ Indonesia)

book_age18+
15.9K
IKUTI
113.5K
BACA
billionaire
possessive
contract marriage
love after marriage
pregnant
arranged marriage
sweet
bxg
city
Writing Academy
like
intro-logo
Uraian

[TAMAT-MATURE CONTENT]

BANYAK ADEGAN DEWASA, BIKIN BAPER, BIKIN KETAWA GULING2, BIKIN GALAU, BIKIN MELTING! YANG GAK KUAT JANGAN INTIP YA.

KLIK LOVE ❤️ DULU BARU BACA

————————

“Ingat ya mulai besok pagi kamu menyiapkan makanan untukku. Kan kamu ... istriku,” goda Andrew yang tak sadar membuat hati Lea geli.

“Apaan?! Nggak ada diperjanjian begitu!” dengus Lea yang sudah selesai mengambil nasi dan lauk.

Lea dan Andrew duduk berdampingan di meja bundarnya. Semakin Lea menolak, semakin Andrew ingin menggodanya lagi.

“Justru itu. Karena diperjanjian nggak ada, maka diluar itu, kamu melayani aku layaknya seorang istri yang seharusnya.”

Lea menunjuk Andrew dengan sendok yang dibawanya. Dia bergumam, “oke. Tapi kalau kamu keracunan jangan pernah salahin aku ya!”

Andrew mendekatkan wajahnya pada Lea. Dia tersenyum pahit seakan meledek Lea. “Kalau kamu dalam kurun waktu kurang dari tiga bulan dan sudah ingin menyandang status janda ... silahkan aja weee.”

Akankah kisah perjodohan mereka semulus jalan tol?

Published in September 2020.

Follow Insta dan f*******: Page @novelbyvelvet

Follow akun Dreame author juga ya ^^

chap-preview
Pratinjau gratis
1 - Dijodohin?
“Ma, harus banget ya aku dijodohin?” tanya Lea dengan tampang cemberutnya. Bahunya terlihat gusar. Lea dan mamanya sedang berada di depan cermin. Mamanya sedang menyisir rambut Lea yang sudah mengenakan dress. Dress itu berwarna merah muda tanpa lengan dengan bentuk V-neck. “Kamu itu sudah 26 tahun. Lagian kenapa sih masih mikirin Rey terus? Kamu mau move on kapan kalau begini? Rey juga udah nikah kan sayangku, cintaku, anakku. Bener ra?” Lea membalas, “ya tapi, Ma ....” “Nggak ada tapi-tapian. Kakakmu, lho, dulu nikah umur 24. Mama juga nikah muda.” “Tapi kan aku nggak mau kalau gak liat tampangnya dulu. Nanti aku nggak suka gimana?” Leoni menjawab, “Lea, Papa kamu itu bertujuan baik mau kenalin kamu ke anak temannya lho. Coba kalau kamu lanjut dengan Rey dulu, pasti juga gak akan begini. Tapi nyatanya Rey selingkuh kan? “Teman Papa waktu rapat nanyain kamu jomblo apa nggak. Eh kamunya jomblo ya udah Papa mau ngenalin kamu ke anak temannya itu.” Hendra dan William (ayah dari calon suami Lea) sudah menandatangani surat kontrak kerja sama untuk ekspor dan impor bahan pembuatan furnitur ke New Zealand. Saat William menilik kantor Hendra, ia melihat foto keluarga Hendra. Lantas William ingin bertemu dengan anak kedua dari Hendra yang tak lain adalah Lea. “Mah ...,” rengek Lea. Lea berusaha untuk lari dari kamar. Berusaha kabur. Kembalinya dia ke rumah bukanlah hal yang dia harapkan. Tap! Tap! Lea berlari menuju pintu masuk kamarnya. Dia bermaksud ingin keluar dari kamar dan kabur membawa mobilnya. “Eh eh mau kemana kamu, Sis?” ucap Lexy, saudarinya. Lexy memblokir pintu kamar Lea saat ia mencoba keluar. “Kamu tu ngeyel banget. Coba ketemu dulu. Siapa tau suka. Nyesel kapok, lho.” Leoni menjewer Lea. Spontan, Lea meringis sok kesakitan padahal tidak sakit sama sekali. “Aduh ma jangan dijewer,” pinta Lea dengan memegang tangan mamanya yang berada di telinganya itu. Lexy berkata, “mau sampai kapan kamu cari pacar sendiri? Nanti gagal lagi gagal lagi. Ujung-ujungnya gagal move on. Masih mikirin Rey? Haduh haduh. Wes ndang mangkat.” Lexy mengajak agar segera berangkat. Lexy mengambilkan dompet pouch milik Lea. Dia memberikan paksa pada Lea.   “Mbak, emoh,” tolak Lea dengan merengek. Lea merengek pada kakaknya yang sedang menarik tangan Lea. Apalah daya kalau Papa sudah muncul di hadapannya, dia tidak bisa bernegoisasi. Papanya sedikit galak jadi Lea tidak berani berkutik. “Lea, kita pergi naik mobilmu saja ya. Bensin Papa habis. Kalau beli nanti lama. Ayo buruan mereka sudah berangkat.” Lea hanya menunduk pasrah kalau dihadapan papanya. “Ra wani to koe nek karo Papa?” goda kakaknya sambil menyenggol lengan Lea. Mengejeknya apabila Lea tidak berani terhadap ayahnya. “Mbaaak, nitip Ellen dulu ya. Aku mau ikut keluar mama dan papa,” pinta Lexy pada babysitter anak balitanya. “Ya Bu,” teriak babysitter itu, masih muda. *Di Abhayagiri Resto* Buk! Lea menutup pintu mobilnya. Dia berjalan di belakang mama dan papanya. Lexy melangkah beriringan dengan Lea. Mata Lea menyorot pada sebuah mobil Rolls Royce hitam yang terparkir di sebelah mobilnya. “Kayak pernah lihat mobil ini dimana ya?” batin Lea. Bemper mobil belakang itu rusak dan rompal. Namun, terlihat seperti sedang masa reparasi. Jidatnya tertekuk sebab dia sedang memutar otak. “Lea!” teriak Lexy yang sudah jauh di depan, “ndang!” Mengajak Lea agar segera menyusulnya. Matahari sudah hampir terbenam menyembunyikan senyumnya. Di resto ini sangat terkenal dengan pemandangan sunset yang memesona. Serta, resto ini berada di atas bukit sehingga para pengunjung juga bisa melihat pemandangan jalanan di bawahnya. Ayah Lea melambaikan satu tangan ke arah seorang pria dan wanita seumuran dengan orang tuanya. Mata Lea menyipit lalu membelalak karena dilihatnya pria itu berkulit putih. Sedangkan wanita itu berkulit sawo matang asli Jawa. Lea mulai panik. “Duh pie ki? Aku kan raisoh Basa Inggris! Yo isoh sih sitik.” Dia membatin bahwa dirinya tidak bisa berbahasa Inggris, hanya sedikit saja. Badan Lea bergerak kesana kemari antara ingin kabur atau tetap melanjutkan pertemuan ini. Tentu saja dengan berat hati Lea melangkahkan kakinya menaiki tangga berbatu candi. Lea semakin mendekati meja yang sudah ditempati oleh keluarganya dan keluarga teman papanya itu. “Nah ini dia, Lea,” ucap Leoni yang duduk sambil tangannya menyentuh punggung bawah Lea. “Lea, Lea.” Lea mengulurkan tangan untuk menyalami kedua teman papanya itu. “Beautiful,” ucap William. Lea tersenyum paksa. Kemudian, dia mencari posisi yang nyaman untuk duduk. Papanya Lea mengatakan, “Lea, ini Om William dan Tante Lies. Anyway, Andrew dimana Pak?” “Ah, Andrew tadi baru ke toilet. It’s okay dia datang kok.” Aksen William masih kental dengan aksen New Zealand nya. “Nah itu dia!” Tangan William melambai ke arah belakang Lea. Memanggil anaknya. “Oh ... jadi namanya Andrew.” Lea menoleh sedikit ke belakang untuk mengintip Andrew. “Biasa aja. Gak ganteng-ganteng amat. Jalannya sok bener. Rey juga gak kalah dari dia. Rey juga tinggi. Main basket lagi,” batin Lea saat melihat Andrew dari kejauhan. Lea mengembalikan tatapannya lagi ke bangku depan yang kosong itu. Lalu dia menundukkan kepala memikirkan nasibnya ke depan. Impian akan pernikahannya mulai detik ini sudah terhapus. “Heh ....” Andrew menghela napas seraya duduk di bangku depan Lea. Mata Andrew tak acuh pada wanita yang duduk di depannya itu. “Ayo ayo makan mumpung sudah jam makan malam,” ucap mamanya Andrew. Mereka menghabiskan hidangan malam sembari senja berganti gelap dengan bulan yang menyapa. Lea dan Andrew sama sekali tidak berbicara. Hanya anggota keluarga lain yang bertemu sapa. Tetapi setiap kali Andrew menggigit dari sendok itu, sorot matanya tajam melirik Lea. Seperti ada dendam kesumat yang membara dalam hatinya. Lea merasakan hawa kaku karena pertemuan ini. Waktu yang dirasakan sangat lama seperti kura-kura yang sedang berlari. Hingga akhirnya Lea mendengar William berkata. “Terima kasih ya Pak Hendra sudah memperkenalkan Lea pada Andrew. Semoga rencana perjodohan ini berjalan lancar.” “Kami senang bisa semakin dekat dengan keluarga Pak William dan Bu Lies.” Deg! Jantung Lea serasa berhenti ketika mendengar kata perjodohan lagi. Mama dan kakaknya Lea ikut tersenyum mengakhiri pertemuan ini. Mereka semua beranjak dari bangku hendak pulang ke rumah masing-masing. Langkah demi langkah, Lea dan Andrew berjalan di belakang keluarga mereka menuju mobil. “Lea,” lirih Andrew dari belakangnya. “Lea kan?” sebut Andrew lagi. Kedua tangannya berada disaku. Dia memakai kemeja putih dengan lengan yang ditekuk sebatas siku. Sebenarnya Andrew keren dan idaman para wanita. Memang mata Lea saja yang masih dibutakan dengan pesona mantan kekasihnya, Rey. Lea mengerjap kaget. Matanya membelalak. Rahangnya menjadi kaku. Punggung Lea pun semakin tegap. Tangan Lea yang menggenggam pouchnya juga semakin ketat. Jari-jari Lea sedikit bergetar mendengar suara Andrew yang sedaritadi hanya diam hingga sekarang ini. Lea berhenti melangkahkan kakinya. Tap ... tap .... Lea bisa mendengar suara kaki Andrew yang semakin dekat. “Kamu harus mengganti bemper mobilku yang kamu tabrak,” ucap Andrew dingin tepat di belakang punggung Lea. Kelopak mata Lea semakin terbuka lebar. “Apa?!” teriak Lea hingga keluarganya menoleh ke belakang melihat Lea. Andrew kembali berjalan menyenggol tipis bahu kiri Lea. “Ayo pulang Ma, Pa.” Lea masih mematung dan melihat keluarga Andrew memasuki mobil hitam SUV mewah itu.

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

Because Alana ( 21+)

read
364.3K
bc

Aksara untuk Elea (21+)

read
843.3K
bc

Sweet Sinner 21+

read
918.6K
bc

UN Perfect Wedding [Indonesia]

read
80.1K
bc

Stuck With You

read
75.8K
bc

The Naughty Girl

read
101.3K
bc

Aira

read
93.1K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook