Semua anaknya beda secara karakter, kebiasaan, apa yang disuka, dan apa yang dibenci.
Sidney pemarah, paling dewasa dan sinis.
Kun rakus, licik, jahil dan penyuka wanita.
Yuri lamban, cerdas, pelit dan mata duitan.
Semua orang menganggap ketiga anaknya aneh, langka dan jarang ada. Tapi untuk Gaya, anak-anaknya adalah sumber kebahagiaan dan kenyataan yang terus menyemangatinya untuk hidup.
Kembalinya Sky ke kehidupan mereka, tak lagi membuat segalanya tetap sama. Sudah 2 minggu lamanya, Sky hampir selalu hadir ke kontrakan Gaya, walau hanya sebentar dari mencuri-curi waktu dari kesibukannya bekerja. Setiap pulang dari luar kota, pria itu pasti ke tempatnya langsung dari bandara. Menyerahkan oleh-oleh untuknya dan anak-anak.
Sid paling senang jika dihadiahi baju-baju kaus bergambar tokoh-tokoh hebat. Jim Morrison, Jeff Buckley, John F Kennedy, Iwan Fals, Bruce Lee dan teman-teman, sekarang menambah koleksinya di lemari. Kun yang hobi makan, takkan lupa dibelikan Sky sekeranjang makanan. Yuri minta di belikan kaset pita lagu-lagu lawas, seperti Ernie Djohan, Benyamin Sueb, Uriah Heep, ELP (Emerson, Lake and Palmer), King Crimson, Boston, sampai Sky dilarang kerumah jika belum juga menemukan kaset band Rara Ragadi yang beraliran art-rock progresif, diproduksi tahun 1979, langka dan susah sekali didapat. Yuri ternyata 70 tahun lebih tua dari usia yang sebenarnya.
Anak-anaknya mulai dekat dengan Sky, karena sang ayah sangatlah cool karena melakukan pendekatan pertemanan kepada ketiganya. Sky tak menolak jika harus menjadi lawan tanding catur Yuri, padahal Sky tak suka permainan yang menguras otak, ia paling suka bergulat dengan perempuan diatas ranjang, akibatnya baru 1 menit bermain, raja Sky di skak mat Yuri dengan beringas. Kun selalu memberondong ayahnya dengan pertanyaan seputar trik dan tips mendekati wanita, dan Sky kadang tak terlalu serius menjawab, karena Gaya sudah mewanti-wantinya agar tak menulari Kun dengan penyakit. Sidney kadang-kadang minta diantarkan latihan ke dojo di dekat rumah mereka, putra sulungnya itu altlet karate kebanggaan kecamatan.
Mereka berteman, baru berteman. Tak seorangpun yang memanggilnya ayah. Kun punya banyak alternatif panggilan, om, Jin, om Jin, pergedel, dan lebih sering ting atau kriting. Sid menganggapnya tak ada, maksudnya..tak ada panggilan khusus, malah tak menyebut nama sekalipun, seperti "terimakasih kausnya, terimakasih tumpangannya, nih minum, sepatunya keren amat" tanpa embel-embel dibelakang. Yuri tetap memanggilnya dengan sebutan om "om..sepuluh ribu, om.. 20 nya mana?, om..lain kali tambahin goceng dong, yah..masa cuma ceban sih om."
Sky tak mengeluh sama sekali, semuanya pol untuk mereka bertiga bahkan tanpa disadarinya, selama apa ia bersama anak-anaknya, selama itu pula Sky tak mengencani satupun wanita dan itu hal yang luarrrrrr biasa untuk seorang Skylar.
Hari itu hari minggu, Sky mengajak ketiga putranya makan-makan di sebuah restoran fast food.
"Om pernah ke Autralia nggak?"
Kun yang mulutnya belepotan saus sambal menanyainya. "Pernah, kenapa?"
"Apa bener, koala itu saudara jauhnya panda?"
"Bukan, panda itu tetangga masa gitu sih nya koala."
Sky tertawa mendengar jawaban Sid.
"Yang bener, Koala itu mantan b***k yang dibebaskan dari kerusuhan Fish Tiger di Meriejois, matanya bulat seperti koala, memakai gaun, dan berstoking hitam, konon punya hubungan dengan Nico Robin."
Sky, Sid dan Kun berhenti makan mendengar penjelasan Yuri yang berkecepatan satu jam perkata, Sid bahkan tak sadar jarinya sudah didalam mulut Kun, karena disangka kentang goreng, Sky juga bingung dengan perkataan anaknya.
"Oh, itu One Piece." Yuri baru menyadari bahwa dia baru saja membuat semua orang puyeng dengan ceritanya. Itulah jika otakmu terlalu cerdas, batasan antara kenyataan dan fiksi tidak terlalu kentara.
"Aku besok pagi mau ke bulan."
"Oh ya, naik apa? delman?"
"Nggak, pakai pintu kemana saja Doraemon, tapi ku cat hitam dulu, biar nanti langsung liat konser band metal."
Sid geleng-geleng mendengar Kun yang tak sadar dengan apa yang baru saja diucapkannya.
"Time traveller itu ada. Seorang pria Kanada pernah tertangkap basah sedang berada di tahun 1941. Pria itu memakai Salvatore Ferragamo square plastic polarized sunglasses keluaran 2014 dan menenteng Canon EOS 700D."
Sky tidak mau tahu apakah Yuri mabuk saus tomat ataukah ada yang ganjil dikepala anaknya.
"Om Sky?"
Suara kecil di sampingnya membuat Sky terperanjat, ada Troop yang berdiri memandanginya lalu..ada Eva di belakang Trooper.
Mati!
"Mmmm...kamu bareng siapa Sky? anak temenmu yah?" Eva merasa jantungnya berdetak lebih cepat ketika menyaksikan kembar tiga tampan berambut ikal yang satu meja dengan Sky. Perempuan itu bisa melihat mata Sky dari ketiganya.
Sky gelagapan tertangkap basah ibunya, ia belum siap tentang anak-anaknya, ia belum siap berterus terang dan Sky tak mau melihat Eva menangis karena ulahnya.
"Ini..mereka..anu ma.." Sky gelisah dan kehilangan kata-kata, Eva mencium gelagat aneh putranya.
"Tante mamanya kriting?"
Yang duduk di depan Sky menatapnya, mata anak itu berbinar jahil, air mata Eva merebak.
"Iya..kau siapa?"
"Aku? kata mak, aku anaknya dia." Telunjuknya yang berlumuran saus terarah ke Sky.
*************************************************************
Gaya belum pernah berpacaran seumur hidupnya. Bukannya ia gadis konservatif yang menganggap pacaran itu tak ada gunanya (seperti begadang-nya pak haji Rhoma), tapi memang karena ia sendiri yang tak laku-laku.
Dulu, sewaktu ibunya masih ada, beliau pernah mencoba untuk menjodohkan Gaya dengan putra teman pengajiannya. Gaya yang selalu mematuhi sang bunda dan haus akan cinta seorang lelaki, mengiyakan saja, mana tahu takdirnya memang sudah datang.
Gaya dan si laki-laki misterius itu berjanji untuk bertemu. Rencananya, pria itu akan menjemputnya yang menunggu di sebuah halte yang telah dijanjikan. Laki-laki itu akhirnya memang datang, tapi tak turun dari motornya, hanya membuka pelindung depan helm, bertanya apakah ia Gayatri yang kemudian malu-malu mengangguk, pria itu menatapnya sebentar, menurunkan penutup helm, menstarter motor dan pergi meninggalkan debu dan asap untuk ditelannya.
Pengalaman ditolak oleh banyak lelaki, lebih banyak daripada pengalamannya di tolak bekerja. Kalau di CV boleh dituliskan daftar riwayat patah hati, Gaya bisa menghabiskan banyak kertas kuarto.
Ia bukannya tak tahu alasan kenapa ia tak diinginkan. Yang pasti karena ia bukanlah perempuan menarik. Ibunya cantik, Laras juga, itu karena mereka berdua ibu dan anak kandung, sedangkan Gaya bukan. Almarhum ibunya kandungnya tak berwajah rupawan seperti Wahyuni, Gaya tahu hal itu dari foto-foto lama yang diperlihatkan alamarhum ayah kepadanya.
Fisik faktor nomor satu, dan bagi hampir semua lelaki, hal itu adalah yang paling krusial, jadi tak heran jika ia tak pernah diberi kesempatan lirikan kedua (mirip lagu A.Rafiq nih!). Bentukannya yang juga besar juga menjadi alasan berikutnya. Pernah suatu ketika, Gaya menumpang ojek yang mana si abang ojeker sangatlah ganteng, tak seperti ojeker kebanyakan, yang satu ini, wow..peri peri hensem lah.
Entah datang dari mana, tiba-tiba Gaya terserang virus genit yang menjijikkan.
Gaya bencong: "Gak berasa naek ojek nih"
Ojeker hensem: "Emang napa neng?"
Gaya bencong: "Abang cakep sih, saya seperti dibonceng Dudi Marlino, ihihihihihi.."
Ojeker hensem: "Ah..si eneng, bisa aja. Saya juga dong, gak kayak biasanya."
Gaya bencong: "Ih..napa bang? berasa lagi boncengin Dian Katro ya?"
Ojeker hensem: "Bukan, saya kayak lagi bawa gudang Bulog, huehehehehehehehehe.."
Gaya bencong: "W.T.F"
Unpretty. Itulah yang dirasakan Gayatri seumur hidupnya.