Part 7

637 Kata
Sesampainya di kamar langkah kaki Joyo mengarahkan Rena ke ranjang besi itu. Setelah Rena berbaring, Joyo langsung ke arah pintu, menutup dan menguncinya. Sepertinya Rena hanya bisa pasrah dengan apa yang akan dilakukan Joyo selanjutnya. Karena ia saat ini lubangnya juga ingin segera dimasuki oleh batang coklat Joyo. Ia ingin selalu merasakan nikmatnya bersetubuh dengan orang tua. Meskipun biasanya orang tua mudah loyo, tapi tidak dengan Joyo. Joyo melangkah kembali mendekati ranjang. Suara decitan ranjang terdengar karena diduduki oleh Joyo. Joyo pun mulai membuka kaos putih tipis Rena. Kemudian hotpats levis milik Rena. Dan kini hanya tersisa CD merah terang yang ia pakai. Joyo pun ikut meleaskan CD itu. Joyo langsung membuka seluruh pakaiannya. Rena melihat perut buncit Joyo, perut yang tebal dengan lemak. Hingga perut itu sedikit menggendur ke bawah. Kejantanan Joyo sudah tegang dan mengeras. Joyo memposisikan tubuhnya di depan selakangan Rena. Jlebb!! "AKHH!!" sakit itu menjalar karena Joyo yang tidak melakukan fore play. Hanya ciuman dan remasan di dapur lagi. Vaginanya yang belum basah saat dimasuki milik Joyo sangat sakit. "Ughh!" Joyo tak menghiraukan rintihan Rena itu. Ia menggerakkan pinggulnya dengan cepat. "Akhh.. Akhhh.. Akhh.." bukan kenikmatan yang dirasakan Rena saat ini. Kesakitan pada bagian bawahnya. "Ohhh...ohhhh.. ohhh...ohhh...ohhh... ohhh.. shhhh... hmmmm.. ohhhhh.. ohhh.. ohhhh.. e-enak.. e-enak.. ohhh.. ahhhh.. ohhh.." sedangkan Joyo terus menggenjot keenakan. Perut buncit Joyo beradu dengan prut buncit Rena. Tangan Rena memukul mukul d**a Joyo. Mengingatkan Joyo untuk segera berhenti dengan aktivitasnya saat ini. Joyo menarik kasar tangan itu ke atas kepala Rena dan menguncinya dengan tangan kanan. Joyo seperti orang kesetanan yang haus akan s*x. Ia bahkan tidak mempedulikan bagaimana janinnya nanti. Ia terus mehentak gentakkan pinggulnya dengan liar. "Akhh..!! Enhghhhh.. sa-sakit.. hhh.." Rena menggigit bibirnya kuat untuk menahan rasa sakit di selakangannya. "A-A-A-A-AHHHHH!!! A-AKU... A-AKAN SAMPAI!!!" teriak frustasi Joyo yang akan segera pelepasan itu. Ia memacu genjotan tersebut semakin liar. Rena tak mampu berkata lagi, selakangannya sangat sakit. Perutnya juga terasa nyeri. "A-A-AAAHHHHHHH!!! INDAHHH!!!" desah Joyo keras. Tubuhnya menegang dan pinggulnya bergetak menghentak hentakkan cairan m**i di dalam rahim Rena. Betapa Rena sangat terkejut dengan apa yang ia dengar baru saja. Matanya terbelalak dan pupilnya bergetar. Tubuh Joyo ambruk di atas tubuh Rena. "Terimakasih Indah, kamu selalu yang terbaik sayang.. Tapi jangan pernah membuatku marah dengan jalan dengan laki-laki itu." ucap Joyo yang diselingi dengan kecupan di dahi, pipi, bahkan bibir. Entah sadar atau tidak dengan perkataannya barusan. Joyo pun tertidur setelah membaringkan tubuhnya di samping Rena. Rena bahkan belum mencapai o*****e nya. Tapi milik Joyo telah loyo dan kembali menciut. Flashback "Mau kemana kamu?" "Mau keluar sebentar Mas, ke kondangan bu RT." jawab Indah dengan tangan mendorong dorong roda pada kursi roda nya. Indah saat ini menggunakan Jubah warna pink yang terlihat sangat cocok untuk tubuhnya yang cantik. "Bisa emang bawa kursi roda sendiri sampai ke rumah pak RT?" "Sama mbak Jani juga kok, Mas." ucap Indah. Jani adalah kakak dari Joyo yang tinggal di sebelah rumahnya ini. "Biar aku yang antar" "Nggak usah, Mas. Mending Mas anter Rena katanya dia tadi ngidam buah apel kan?" "Ta-" ucapn Joyo terhenti. "Assalamualaikum," "Waalaikumsalam," "Sudah siap dek?" "Loh? Mas Damar yang jemput?" "Iya, tadi Jani lagi sibuk." Damar adalah duda anak 3 yang istrinya tiada, ia tinggal di perumahan Purna juga. Purna adalah nama perumahan yang saat ini tengah ditinggali oleh Ares, Jani, dan Tente nya Ares. Rumah Damar yang letaknya 5 rumah dari rumah Jani. Damar cukup dekat dengan Indah maupun Ares. Anak-anaknya juga sangat dekat dengan Ares dan Indah. "Yuk sekarang aja. Udah ditungguin yang lain." "Saya yang anterin Indah kondangan." langkah kaki Damar terhenti ketika akan mendorong kursi roda Indah. "Kami sudah ditunggu yang lain. Maaf kami permisi dulu." ucap Damar tenang menanggapi ucapan Joyo yang matanya berkilat tajam. Flashback off ****
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN