Part 6

609 Kata
Aku mendesah lelah ketika melihat buku tabungan ku. Uang ku hanya tinggal 5 juta. Yang sebelumnya sudah untuk membeli motor dan melunasi biaya rumah. Ingin ku sebelum aku mendapat pekerjaan lagi. Aku ingin menjadi driver ojek online. 20 hari lagi aku juga akan pindah dari rumah itu dan membawa serta Mamaku ke rumahku yang saat ini sedang tahap renovasi. Semoga 5 juta cukup. Itu harapanku. Karena seminggu ini mungkin aku juga harus menghidupi pasangan selingkuh yang ada di rumahku. **** "Ma.." panggilku dari arah ruang tamu. Karena sejak pulang, rumah terlihat sangat sepi. "Eungghh.." Aku yang sedang berjalan menuju dapur mengernyit bingung. "Shhhhh.. ja..Ahhh..jangan.. ohhh.. gigit.." Langkahku terhenti melihat pemandangan di depanku. Aku sangat Di ruang tengah, tempat ku biasa bersantai sepulang kerja sedang terjadi acara menyusui. Perempuan itu berbaring dengan kepala berbantal-kan oleh pinggiran sofa. Sedangkan pria paruh baya, yang biasa ku panggil Papa itu tengah menindih tubuh perempuan itu, dan mulut yang sibuk menyusu pada p****g perempuan itu. "Ohhh.." Tangan perempuan itu menekan nekan kepala pria paruh baya itu. "Engghhh.. ohhhh.. shhh.. ja-jangan.. kuat ku..at.. ahhh.." nafas perempuan itu memburu. Kurasa ia sedang menahan hasratnya. "Masuki pahhh.. ahhh.." tangan kanan perempuan itu terulur pada selakangan pria itu. "Kalian sudah menumpang disini! Jaga kesopanan kalian!" sarkas ku tajam. Mereka menoleh cepat ke arahku. Pria itu cepat cepat berdiri dan merapikan boxernya. Aku melihat bibir yang belepotan dengan air liur. Perempuan itu segera duduk dan merapikan belahan garis leher daster yang semula diturunkan sampai di bawah payudaranya. "Jagalah kesopanan!" hardikku tajam. "Apa anda sudah mendapat pekerjaan?" tambahku. "I-itu Pa-papa tadi sudah mencari keliling, tapi tidak ada lowongan sama sekali." Aku tidak menanggapinya, aku pergi dari sana, menuju kamar tamu. **** "Ma.." panggilku pelan. "Hm?" "Aku mau mengajukan gugatan buat perempuan itu." "Apapun yang membuat kamu bahagia lakukan sayang." "Makasih, Ma." ku pandang wajah Mama dari bawah. Sekarang ini aku berbaring di pangkuannya. Drrrrtttt... Drrrrrtttt... Suara itu berasal dari hp ku. "Halo?" "..." "Ada apa pak?" "..." "Kenapa?" "..." "Iya, tapi yang Rena kandung bukan anak saya pak." "..." "Lalu sekarang saya harus bagaimana pak?" "..." Aku mendesah lelah, apa yang harus aku lakukan sekarang ini? "Nanti saya telfon lagi, pak. Selamat malam," "..." Tut!!! Tut!!! Tut!!! Bunyi panggilan berakhir. Kulihat Mama memandangku dari atas dengan wajah khawatir. "Ada apa Res?" "Susah, Ma." **** Saat ini Rena sedang mengiris buah apel di dapur. Buah apel warna merah yang baru ia beli tadi siang dengan Joyo. Banyak yang bertanya pada Joyo, kenapa Joyo menemani Rena ke pasar? Tumban sekali? Kemana Mas Ares nya, Ren? Perasaan tubuh kamu lebih berisi deh Ren? Dan masih banyak lagi pertanyaan lainnya. Saat asyik memotong lengan yang ditumbuhi bulu bulu halus melingkari perut buncitnya. "Enak?" "Heum.." Rena mengangguk. "Ini enak?" tanya orang itu sambil memelintir p****g s**u Rena yang kian membesar. "Shhh.. Emmmhh.. e-enakhh.." desah tertahan keluar dari mulut Rena yang baru saja menelan sepotong buah apel. Rena memiringkan kepalanya mengahdap sosok itu. Sosok yang tak lain adalah Joyo. Bibir Rena terbuka dengan desahan yang masih keluar. Ditambah lidah yang mulai menjulur keluar menggoda Joyo. Tak membuang kesempatan. Joyo dengan sigap menerima uluran lidah itu dengan mulutnya. Mereka saling mengulum, melumat, dan mengerang. Dengan tangan nakal pria tua itu yang sudah menyusup dibalik kaos putih tipis Rena. Tangan itu meremas dan memilin kuat p****g coklat dan besar yang tidak berlapis BH. Dituntunnya Rena menuju kamar yang biasa Rena pakai dengan Ares. Yang mungkin kini sudah menjadi kamar Joyo dan Rena. **** "Ma. Ares tidur dulu ya. Ngantuk." ucapku dengan membenarkan posisi kaki Mamanya itu. "Iya," Aku mengecup dahi Mama dengan sayang. Orang yang sudah mendidikku hingga bisa seperti ini. Orang yang telah membesarkanku. Setelahnya aku keluar dari kamar. ****
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN