4. JATD

2039 Kata
Sepeninggal asap hitam tebal yang dapat berbicara itu, Justin berjalan menuju tempat yang tadi didatangi oleh si asap itu. Nampak ada beberapa rumah kecil yang terbuat dari bambu dan tanaman hutan terbakar. Justin dapat melihat ada banyak orang-orang bertubuh kecil yang tingginya hanya sebatas lututnya berlarian sambil berteriak. Ada pula dari orang-orang kecil itu yang berlarian membawa air dalam sebuah wadah kemudian menyiramkannya ke rumah yang terbakar. Hati Justin merasa iba melihatnya, terlihat semua manusia mungil nan pendek itu begitu sedih karena rumahnya yang terbakar. Justin memang tak pernah bersosialisasi, tetapi itu bukan berarti Justin tidak memiliki rasa iba pada orang lain. Tanpa berkata apa-apa lagi, Justin segera mengambil sesuatu yang ada seperti tumbuhan yang bisa membawa air ke tempat terbakar ini. Pilihan Justin jatuh pada sebuah daun yang nampak begitu lebar. Awalnya Justin terkejut ketika daun lebar dan bulat itu memiliki mata, tetapi Justin segera tersadar kalau ini bukan saatnya untuk terkejut. Ada hal lain yang harus dilakukan yaitu menyelamatkan rumah para manusia bertubuh kerdil itu dari kebakaran. Justin segera mengambil air sungai dengan daun lebar nan bulat itu sebagai wadah. Pria itu langsung berlari dan menyiramkan air yang ia bawa ke rumah-rumah para orang kerdil hingga perlahan apinya padam, begitupun seterusnya sampai semua api padam. Tak ada lagi api hidup yang tersisa. Perbuatan Justin tak terlepas dari tatapan semua manusia kerdil yang biasanya disebut dengan para kurcaci. Para kurcaci itu menatap Justin takjub seiring dengan Justin yang terus membantu mereka memadamkan api yang sudah membakar habis rumah mereka. Para kurcaci memberi apresiasi begitu besar pada Justin dengan bertepuk tangan hingga Justin akhirnya tersadar kalau sedari tadi ia menjadi pusat perhatian. Justin memundurkan langkahnya ketika para kurcaci itu mendekat ke arahnya, ada rasa takut di hati Justin kalau para kurcaci itu kelak akan menyerangnya. Kilas balik ketika ia pernah di bully saat menginjak bangku sekolah menengah atas membuat Justin ketakutan, tubuhnya bahkan gemetaran. Justin menutup matanya sambil berteriak kencang hingga membuat para kurcaci merasa begitu heran. "J-jangan!" teriak Justin. Matanya tertutup rapat, dua tangannya menutup kedua telinganya seiring dengan teriakan yang keluar dari mulutnya. "Hei, jangan takut. Kami tidak akan menyakitimu," ucap salah satu kurcaci yang lebih tinggi sedikit dari kurcaci lainnya. "Jangan takut, percayalah kami tidak akan menyakitimu. Malahan kami berterima kasih banyak karena kau telah membantu kami memadamkan api," ujarnya lagi membuat Justin perlahan-lahan menurunkan kedua tangan dari wajahnya sambil membuka matanya. "B-benarkah kalian tidak akan menyakitiku?" tanya Justin masih takut-takut. "Tentu saja. Mana mungkin kami akan menyakiti seseorang yang dikirimkan untuk menyelamatkannya kami," jawab kurcaci itu. "Maksudnya?" tanya Justin bingung dengan perkataan kurcaci di hadapannya. "Sudahlah, hal itu tidak penting sekarang ini. Perkenalkan namaku Doe, pemimpin dunia kurcaci dan ini Dior, penasihat sekaligus orang kepercayaanku." Kurcaci yang ternyata bernama Doe itu memperkenalkan diri dan juga mengenalkan salah satu kurcaci yang katanya merupakan penasihat pemimpin atau raja para kurcaci. "O-oh halo, namaku—" "Kau tidak perlu mengenalkan diri lagi karena kami sudah sangat tahu siapa dirimu, namamu Justin 'kan?" Justin mengangguk kecil. "Bagaimana kau bisa tahu namaku?" tanya Justin bingung. "Pertanyaanmu nanti akan kujawab, tapi tidak sekarang. Lebih baik kau ikut kami ke dalam." Doe memerintahkan para rakyat kurcacinya agar memberi jalan pada Justin. "Silakan masuk ke istana kecil kami," ujar Doe. Justin menatap takut-takut tempat yang ditunjuk oleh Doe, laki-laki itu takut kalau sampai di sana ia akan disiksa atau mungkin lebih parahnya akan dibunuh? Dan sepertinya sikap takut-takut Justin itu terbaca oleh Doe hingga membuat raja kurcaci itu tertawa. "Kami tidak akan melakukan apa yang kau pikirkan, Justin," ujar Doe membuat Justin terkejut. "Memangnya apa yang aku pikirkan?" tanya Justin. "Kau berpikir kalau kami di dalam sana akan menyiksa dan membunuhmu, bukan begitu?" Justin terkejut bukan main ketika ternyata Doe si raja kurcaci dapat membaca pikirannya. "Tidak perlu cemas begitu, kami tidak akan menyakitimu. Ayo masuklah, nanti di dalam sana aku akan menjelaskan hal yang kau bingungkan itu." Ragu-ragu, akhirnya Justin berjalan memasuki rumah raja kurcaci itu diikuti oleh Doe, Dior dan berpikir kurcaci yang ikut masuk ke dalam. "Silakan duduk, Justin." Beberapa kurcaci menyiapkan sebuah kursi yang pas untuk Justin. "Tidak perlu takut, aku sama sekali tidak menaruh atau menyihir sesuatu di atas kursi itu," ujar Doe seakan kembali bisa membaca pikiran Justin hingga akhirnya Justin duduk agak tak nyaman di atas kursi yang disediakan. "S-sebenarnya tempat apa ini? Mengapa aku bisa ada di sini?" tanya Justin bergerak gelisah dalam duduknya. "Aku sudah menduga kalau kau akan menanyakan hal ini," ujar Doe sambil tersenyum. "Pelayan, ambilkan makanan dan minuman untuk tamu spesifikasi kita!" titah Doe sambil menepuk kedua tangannya. Beberapa pelayan istana kurcaci langsung beranjak pergi dari sana untuk menyiapkan makanan dan minuman. "Kau saat ini sedang berada di istana kami, di dunia para kurcaci yang kami beri nama dunia Auguirel." Pelan-pelan Doe si raja kurcaci menceritakan di mana Justin saat ini berada. "Lantas? Mengapa aku bisa berada di sini? Seingatku, aku hanya masuk ke dalam pohon besar, tiba-tiba saja ada sebuah asap tebal yang seakan membawaku terbang ke suatu tempat yang ternyata ke sini." Justin masih sangat bingung mengapa bisa ia berada di dunia Auguirel ini. "Semua itu karena sihirku, hingga beberapa saat pohon besar itu bisa menghubungkan antara duniamu dengan dunia Auguirel." Kali ini Justin jadi paham mengapa ia bisa berada di sini, jelas saja semua itu karena campur tangan raja Doe. "Lalu kelinci coklat yang—" "Ah, kelinci coklat itu adalah Dior, dia aku perintahkan untuk memanggilmu ke sini, Justin. Tak menyangka secepat itu kau bisa mengejar Dior hingga tanpa perlu bersusah payah lagi kau bisa berada di sini saat ini." Doe langsung menjelaskan sebelum Justin menyelesaikan kalimat tanyanya. "Apakah suara-suara yang kudengar saat di kamar adalah suaramu atau suara di antara kalian?" tanya Justin ragu-ragu. "Tepat sekali! Tebakanmu sangat benar. Itu adalah suaraku, aku tak menyangka kalau ternyata kau mendengarkan panggilanku. Aku pikir kau sama sekali tidak mendengarnya," ujar Doe. "Mengapa kau tidak langsung muncul di hadapanku saja? Mengapa harus memberikan sinyal melalui suara kalau ingin bertemu denganku?" "Tidak semudah itu aku memunculkan diri di hadapanmu, Justin. Aku tidak bisa leluasa berada di dunia lain selain dunia Auguirel." Justin masih tidak mengerti, sejujurnya semua ini membuatnya bingung. "A-aku masih bingung dengan semua cerita dan penjelasanmu, semuanya sama sekali tidak masuk di dalam akalku." Doe hanya tersenyum, jelas saja ia paham kalau Justin tak akan semudah itu memahami setiap perkataannya. "Makan dan minumlah jamuan yang telah kami siapkan, Justin, aku tahu kau pasti lelah setelah perjalanan jauh tadi," ujar Doe menawarkan jamuan makanan dan minuman yang baru saja disiapkan pelayan, alih-alih ia menjawab segala pertanyaan penuh kebingungan dari Justin. "T-tapi—" "Aku yakin kau butuh makan saat ini, Justin, kau tidak perlu khawatir. Semua makanan ini aman, tidak mengandung racun ataupun sihir." Padahal, bukan itu maksud Justin, tetapi sudahlah. Nanti saja ia kembali bertanya, jujur saja perutnya memang begitu lapar setelah perjalanan tak masuk akal ini. Ragu-ragu, Justin mengambil salah satu jenis makanan yaitu buah berwarna biru terang dan berbentuk bulat. Awalnya, Justin ragu ingin memakannya, takut kalau makanan ini tak cocok dengannya, tetapi akhirnya ia mulai menggigit sedikit buah aneh itu. Ketika mencicipinya, ada rasa manis dan unik saat buah itu masuk ke dalam mulutnya. Meskipun aneh, ternyata rasanya lumayan enak. "Bagaimana? Apakah enak?" tanya Doe. Justin hanya mengangguk. "Makanlah yang banyak jika kau suka dengan makanan yang disediakan ini, Justin." Nampaknya Doe begitu senang karena Justin menikmati makanan yang telah dihidangkan. "Terima kasih banyak," ucap Justin setelah menyelesaikan makannya. "Kami yang seharusnya sangat berterima kasih karena berkat kau yang datang lebih awal, kau dapat membantu kami dari kebakaran yang terjadi. Hidangan ini tak sebanding dengan apa yang kau perbuat, Justin, kau telah membantu kami. Kau tak hanya tamu melainkan juga penyelamat kami. Kedatanganmu memberi kami rasa aman dan selamat." "Jangan terlalu berlebihan dalam memujiku, aku hanya membantu sedikit saja. Selebihnya tadi kalian lah yang berusaha untuk menyelamatkan rumah-rumah kalian," balas Justin agak tak enak dipuji oleh Doe padahal bantuan yang ia berikan sama sekali tidak banyak. "Tetap saja kami harus berterima kasih." "Kalau kalian memang ingin berterima kasih, bisa minta tolong jelaskan apa yang sama sekali tak aku pahami dengan datangnya aku di sini?" Daripada terus membahas masalah rasa terima kasih, lebih baik Justin memulai membahas hal yang lebih penting. "Memang aku nanti akan menjelaskannya padamu, tetapi secara bertahap karena aku yakin sekali kalau kau pasti akan terkejut jika aku menjelaskannya semuanya secara langsung." Doe mengkode rakyat dan beberapa pelayan serta penjaga yang ada di ruang istananya untuk keluar sebentar. "Dior, bisa kau jelaskan padanya tentang semua yang kita alami sebelum kedatangannya serta apa alasan kita memanggilnya kemari?" pinta Doe pada tangan kanannya yang tak lain adalah Dior. "Baik, Raja." Dior membungkuk hormat. "Kami sudah lama menunggu kedatanganmu, sudah saatnya kau datang untuk membantu kami terlepas dari segala kegelapan yang ada. Maka dari itu Raja Doe memerintahkanku menjelma sebagai seekor kelinci coklat yang kau kejar tadi agar kau bisa menyusulku hingga ke sini." Si Dior mulai menjelaskan sedikit demi sedikit. "Kau tahu? Bencana kebakaran yang tadi baru saja kami lewati merupakan ulah dari para kurcaci jahat. Mereka terus mengancam kami agar mau mengikuti ilmu sihir hitamnya, berkali-kali mereka sudah mencoba mencelakai kami. Kebakaran itu adalah kesekian kalinya dari kejahatan-kejahatan yang telah mereka lakukan. Kami pikir dunia kami tidak akan selamat, beruntung kau datang tepat waktu sehingga dapat menghalau segala kejahatan itu." Makin ke sini, Justin semakin tidak paham dengan apa yang Dior katakan. "Lantas? Semua yang terjadi apa urusannya denganku? Mengapa aku harus terjebak di sini? Dan alasan kalian memanggilku itu apa? Jika kalian membutuhkan bantuanku, aku yakin kalau aku sama sekali tidak mampu. Aku tidak memiliki ilmu sihir," ujar Justin. "Justin, sedari kau lahir kau sudah ditakdirkan untuk menjadi penyelamat kami." Bukan Dior yang berkata, melainkan Raja Doe. "M-maksudnya? A-aku?" tanya Justin sambil menunjuk dirinya sendiri tak percaya. "Ya, saat usiamu sudah dua puluh tahun kau ditakdirkan berada di sini untuk menyelamatkan kami karena kau memiliki kekuatan yang tak kami miliki." Semakin bingung lah Justin dibuatnya. "Tapi, mengapa aku? Aku hanya manusia biasa, bukan bagian dari kalian yang mungkin semuanya memiliki ilmu sihir atau kekuatan lain." Justin keukeh mengatakan kalau dirinya sama sekali tidak memiliki kekuatan. "Kau merupakan keturunan dari salah satu raja kurcaci yang telah lama wafat, Justin, mungkin bagimu hal ini terdengar aneh tetapi memang benar itu adanya. Kau lahir dari dunia Auguirel dua puluh tahun yang lalu, kami sengaja membawamu ke bumi waktu itu karena Raja Diavro mengincarmu. Hanya di bumi lah mereka tak dapat menyakitimu," jelas Raja Doe. "Aku ini anak kandung ayah dan ibuku, bagaimana mungkin darahku mengalir dari salah satu raja kalian?" tanya Justin heran. "Semuanya bisa dilakukan dengan sihir, Justin. Kau memang anak kandung ayah dan ibumu saat di bumi, tetapi saat di sini kau merupakan putra mahkota sekaligus panglima penyelamat kami semua penduduk dunia Auguirel." Manusia normal mana yang akan percaya dengan semua penjelasan itu? Justin rasa tidak akan ada, tetapi kalau dipikir-pikir lagi untuk apa mereka berbohong? Dan juga, ia sudah terjebak di sini. "Mungkin saat ini kau tidak akan mudah percaya dengan apa yang kami jelaskan, tetapi kami yakin kalau beberapa waktu nanti kau akan percaya. Sekarang beristirahatlah, Justin. Pelayan sudah menyiapkan kamar untukmu. Kau butuh istirahat sekaligus menjernihkan segala pikiran," ujar Raja Doe. "T-tapi aku ingin pulang, ayah dan ibuku pasti saat ini sedang mencariku. Sepertinya aku sudah cukup lama berada di sini," balas Justin yang mengkhawatirkan ayah dan ibunya yang ia yakini saat ini sedang mencari keberadaannya. "Kau tidak akan bisa keluar sebelum misimu di sini selesai, Justin." "A-apa? Mengapa bisa begitu? Lantas bagaimana dengan kedua orang tuaku?" tanya Justin khawatir. "Kau tidak perlu khawatir, waktu di bumi saat ini sedang berhenti. Mereka tidak akan sadar dengan kepergianmu, Justin. Lagipula waktu di dunia Auguirel itu jelas berbeda, di bumi lebih lambat dari dunia Auguirel. Sekarang, kau istirahatlah." "Pelayan! Tolong antarkan Justin ke kamarnya!" titah Raja Doe. "Baik, Raja. Ayo, Tuan Justin." Salah satu pelayan membungkuk hormat. Mendengar penjelasan Raja Doe setidaknya membuat Justin lega, laki-laki itu pun akhirnya mengikuti salah satu pelayan raja kurcaci yang akan mengantarkannya ke sebuah kamar yang mungkin beberapa waktu ini akan menjadi kamarnya. Mungkin berada di sini akan membuat Justin mengalami hal-hal aneh yang tidak akan pernah ia alami di bumi. Satu hal yang Justin harapkan, semoga saja semua segera berakhir agar ia bisa kembali ke bumi.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN