Latihan terus Justin alami agar kekuatan yang ada pada dirinya bisa dikendalikan dengan baik. Semua itu dipandu oleh Dior dan Raja Doe yang sudah berpengalaman dalam mengendalikan kekuatan. Mereka tidak akan bisa langsung memulai p*********n saat Justin sendiri belum mampu mengendalikan kekuatannya dengan baik. Justin juga diajarkan bagaimana menggunakan tongkat sihir yang baik dan benar, hingga perlahan-lahan Justin sudah mulai memahami kinerja tongkat sihir dan kekuatan yang ada pada dirinya. Raja Doe merasa amat senang dengan perkembangan Justin yang semula hanya manusia biasa dan tak bisa apa-apa, sekarang memiliki kekuatan serta bisa mengendalikan kekuatannya itu agar tak salah dalam menggunakannya.
Rakyat kurcaci menjadi saksi bagaimana perjuangan Justin dalam mengendalikan kekuatannya. Terkadang Justin harus rela terluka karena ulah kekuatannya sendiri, tetapi hal itu sama sekali tidak membuat Justin menyerah. Semua yang tidak mungkin akan menjadi mungkin jika terus berusaha. Benar saja, dalam jangka waktu beberapa hari ia sudah menguasai cara kerja kekuatannya. Mulai dari api dan air yang bisa keluar dari jarinya dan juga tanah longsor jika ia menghentakkan kakinya di tanah serta masih banyak lagi yang perlu Justin kuasai. Tinggal satu yang saat ini masih Justin pelajari saat ini yaitu mengendalikan dirinya agar kekuatan itu tidak keluar di waktu yang tidak diinginkan.
"Latihanmu semakin hari semakin membaik saja, Justin," ujar Raja Doe sambil berjalan menghampiri Justin.
"Terima kasih," balas Justin kemudian kembali melanjutkan latihannya.
"Semua ini aku lakukan agar aku bisa membantu kalian, mendengar cerita darimu tentang betapa kejamnya mereka membuat aku juga ingin membalas mereka." Justin melanjutkan sambil terus melakukan latihannya.
"Aku pikir kau latihan begitu giat ini karena ingin membantu kami dan supaya kau bisa segera keluar dari tempat ini." Mendengarnya, Justin hanya tertawa pelan.
"Kau sudah memperlihatkan kondisi kedua orang tuaku waktu itu. Jadi, aku tak perlu mencemaskan mereka lagi, aku yakin mereka di sana pasti akan baik-baik saja." Justin menghentikan latihannya, ia menatap ke arah Raja Doe.
"Kau memang benar keturunan raja, Justin, kepedulianmu terhadap orang lain sangat tinggi sekali," ungkap Raja Doe.
"Tidak mungkin aku diam saja di saat ada banyak orang yang membutuhkan bantuanku. Lagipula untuk apa aku memiliki kekuatan ini jika hanya untuk diriku sendiri? Kekuatan ini ada untuk membantu orang lain."
Raja Doe merasa takjub dengan pemikiran Justin. Ia pikir akan sangat sulit meyakinkan Justin untuk membantunya karena usia Justin yang masih sangat muda dan kemungkinan cenderung labil, tetapi ternyata tak dapat diduga Justin begitu berpikiran luas. Tanpa perlu berpikir lama ia langsung menyetujui ajakannya untuk membantu rakyatnya yang selalu ditindas oleh Raja Diavro.
"Kau memang anak yang baik, Justin. Aku harap kau bisa mendapatkan teman setelah kembali ke bumi." Justin terdiam sejenak mendengar perkataan Raja Doe, apakah mungkin ia akan mendapatkan teman nantinya? Atau malah ia akan menambah musuh? Sejujurnya Justin masih takut bersosialisasi karena rasa trauma yang dialaminya itu belum sembuh.
"Aku tak mengharapkan hal itu, aku masih takut untuk berteman lagi. Setiap kali melihat orang lain yang sedang bermain, sejujurnya aku merasa iri. Namun, aku tak bisa berbuat apa-apa karena aku tak berani mendekat atau sekadar keluar rumah. Bayangan-bayangan saat mereka menindasku dulu selalu saja menghantui. Hanya kalian lah orang yang aku percaya, aku yakin kalian tidak akan menindasku seperti mereka," ujar Justin sambil tersenyum.
"Kami tak akan mungkin bisa menindasmu, Justin. Kekuatanmu lebih dahsyat dari kami, kami anggap kau adalah penolong kami jika nanti kau berhasil mengalahkan Diovra."
"Permisi, Raja." Salah seorang pelayan menghampiri Justin dan Raja Doe.
"Iya, ada apa, Pelayan?" tanya Raja Doe.
"Makanan sudah siap, Raja. Saya hanya ingin memberitahukan hal itu, kalau begitu saya permisi dulu." Pelayan itu membungkuk hormat kemudian segera pergi dari hadapan Raja Doe dan Justin.
"Makanan sudah pelayan siapkan, ayo kita beristirahat. Kau perlu mengisi tenaga setelah lelah berlatih," ujar Raja Doe pada Justin.
Justin mengangguk, hingga keduanya bersama Dior berjalan memasuki istana. Di sebuah ruangan di mana ada meja yang sudah dipenuhi dengan berbagai macam makanan.
"Saya izin keluar sebentar, Raja," ujar Dior pada Raja Doe.
"Iya, silakan." Sebelum pergi, Dior membungkuk hormat dan mengangguk singkat pada Justin.
"Makanlah hidangan sederhana yang ada ini, Justin." Raja Doe mempersilakan Justin menikmati hidangan yang ada.
"Ini disebut hidangan sederhana?" tanya Justin sambil tertawa.
"Sebanyak ini?" tanyanya lagi.
"Ya, aku tak tahu seleramu. Jadi, aku meminta para pelayan menyiapkan semua makanan ini," ujar Raja Doe.
"Terima kasih banyak, aku merasa sangat terhormat karena kau begitu peduli dengan meminta mereka menyusun semua menu ini."
Justin dan Raja Doe bersama beberapa anggota keluarga istana menikmati makanan mereka. Sedangkan di tempat lain, yang begitu gelap dan menyeramkan ada seorang kurcaci yang merasa teramat marah ketika mendengar sebuah kabar dari salah satu prajurit istananya. Di mana mereka menginformasikan kalau ada seorang laki-laki keturunan kurcaci yang sudah datang untuk membantu Raja Doe di dunia Auguirel.
"Apa benar informasi yang kau berikan ini!?" tanya kurcaci berpakaian serba gelap itu dengan marah.
"Benar, Raja. Ini adalah informasi yang sangat akurat karena saya tadi saat tidak sengaja ke Auguirel, melihat laki-laki itu bersama Raja Doe sedang berlatih. Sepertinya laki-laki keturunan manusia itu memiliki kekuatan yang sangat dahsyat, Raja." Prajurit itu menceritakan semua yang ia lihat pada Raja Diovra.
"Sepertinya ada yang berani menantangku, meminta bantuan pada seorang manusia biasa? Walau memiliki kekuatan, aku yakin mereka tak akan bisa mengalahkanku!" Raja Diovra terlihat sangat angkuh, ia berpikir kalau hanya dirinya yang memiliki kekuatan hebat dan tak akan terkalahkan.
"Sekarang kau boleh pergi! Tetap awasi mereka!" titahnya.
"Baik, Raja." Prajurit itu pergi dari hadapan Raja Diavro.
"Manusia itu, sepertinya memang ingin cari mati." Raja Diavro tersenyum miring.
"Membahagiakan sebuah surat ancaman sepertinya bagus juga," ujarnya lagi dengan senyum yang jauh lebih jahat ketimbang tadi.
Raja Diavro mulai menuliskan sebuah surat ancaman di kertas hitam khasnya itu dengan ilmu sihirnya. Setelah selesai, tak lupa ia memberi stempel darah.
"Prajurit!" panggil Raja Diavro.
"Iya, Raja." Salah seorang prajurit langsung menghampiri Raja Diavro.
"Antarkan ini ke Doe sekarang juga! Pastikan surat ini dia yang langsung menerima!" titahnya.
"Baik, Raja." Prajurit itu bergegas pergi untuk melaksanakan perintah dari rajanya.
"Si anak ingusan itu mana bisa mengalahkanku. Mendengar kabar dari salah satu prajuritku, aku yakin kekuatannya tak sebanding dengan kekuatan yang kumiliki. Sepertinya mereka memang ingin kalah dan terluka lagi. Tak mengapa, aku justru merasa senang dengan hal ini. Perlahan-lahan kalian akan menerimaku sebagai raja dari dimensi manapun." Raja Diavro tertawa jahat.
Setelah selesai menghabiskan makan mereka, Justin kembali melanjutkan latihannya. Kali ini ia hanya sendirian karena Raja Doe dan Dior sedang ada urusan di dalam istana. Justin tidak ingin ikut campur masalah yang ada di intern istana karena ia bukan bagian dari mereka. Maka dari itu, Justin lebih memilih menepi dengan dalih latihan lagi.
"Fyuh, aku merasa sendirian di sini. Apa tidak ada orang lain yang akan menemaniku?" tanya Justin pada dirinya sendiri.
Iseng-iseng, Justin menggerakkan tangannya abstrak di atas tanah. Ia terkejut ketika tiba-tiba tanah yang ia gerakkan menggumpal membentuk sebuah bola kemudian lambat laun seperti boneka, tetapi berukuran kecil. Justin yang ketakutan langsung memundurkan langkahnya.
"Hai, Justin!" Justin bertambah terkejut ketika bola tanah yang kini sudah menjelma sebagai hewan beruang kecil menyapanya.
"S-siapa kamu!?" tanya Justin.
"Aku makhluk yang kau ciptakan dengan tanganmu itu, Justin." Beruang kecil itu berjalan mendekati Justin membuat langkah Justin semakin mundur.
"Bagaimana mungkin!?"
"Mungkin saja, terbukti saat ini aku berada di sini. Mulai sekarang, aku yang akan menemanimu ke mana pun kamu berada. Aku akan melindungimu karena kau telah menciptakanku. Aku merasa sangat senang diciptakan oleh manusia baik sepertimu, Justin." Ketika beruang itu semakin mendekat, Justin tak dapat mundur lagi. Hingga akhirnya beruang itu berhasil berada di dekat Justin dan langsung memeluknya erat.
Di tempat lain, Raja Doe dan Dior tengah sibuk memperketat keamanan istana dan rumah-rumah penduduk Auguirel setelah mendapat kabar kalau ada penyusup yang masuk ke daerahnya. Tiba-tiba saja ada seorang prajuritnya yang datang menghampiri, memberi kabar kalau ada sebuah surat yang tergeletak di dekat gerbang istana.
"Kau tahu siapa yang telah menaruh surat ini di sana?" tanya Raja Doe.
"Tidak tahu, Raja. Saya hanya menemukan surat ini di atas tanah, selebihnya kami tidak melihat hal aneh lainnya."
"Ya sudah, kau boleh pergi!" Prajurit itu mengangguk kemudian pergi dari hadapan Raja Doe.
"Surat dari siapa, Raja?" tanya Dior.
"Aku tahu, ini pasti surat dari Diavro. Dari kertas surat dan warnanya sudah sangat jelas sekali," jawab Raja Doe.
Raja Doe mulai membuka surat itu kemudian membacanya, setelah membacanya ia langsung melempar surat itu.
"Ternyata Diavro sudah tahu keberadaan Justin!" tukasnya.
"Lalu, apa yang harus kita lakukan, Raja? Tak mungkin kita melakukan p*********n saat ini. Itu terlalu berbahaya karena Justin masih harus terus berlatih untuk mengendalikan dirinya," ujar Dior.
"Kita tidak perlu menyerang mereka, kau perintahkan saja pada seluruh prajurit untuk memperketat penjagaan di istana. Aku tidak ingin terjadi apa-apa pada Justin karena aku jelas tahu seperti apa Diavro itu." Tangan Doe mengepal kuat, tak menyangka kalau secepat itu Diavro mengetahui keberadaan Justin saat ini.
"Baik, Raja." Dior pamit undur diri untuk melaksanakan perintah raja yaitu meminta para prajurit semakin memperketat pengawasan di luar dan dalam istana, agar tak ada penyusup yang datang lagi dan memberitahukan semua kejadian di istana pada Diavro.
Raja Doe berjalan menuju belakang istana, ia mencari-cari keberadaan Justin yang sedari tadi tak terlihat. Ia sudah mencari-cari keberadaan Justin di tempat latihan, tetapi nihil. Raja Doe menjadi panik, takut kalau Justin sudah tertangkap oleh anak buah Diavro. Justin masih harus banyak latihan, akan sangat berbahaya kalau sampai Justin ditangkap. Diavro pasti akan memanfaatkan kekuatan Justin kalau sampai si raja jahat itu menangkapnya.
"Justin, ternyata kau ada di sini. Aku mencarimu sedari tadi," ujar Raja Doe merasa lega setelah berhasil menemukan Justin.
"Ada apa kau mencariku, Raja?" tanya Justin heran.
"Ah tidak apa-apa, aku hanya ingin kembali melihat kau latihan, Justin." Mata Justin menyipit, ia tidak percaya dengan perkataan Raja Doe. Pasti ada sesuatu hal yang terjadi makanya Raja Doe mencarinya dan ia dapat melihat rasa lega luar biasa di mata Raja Doe saat menemukannya. Sebenarnya ada apa?
"Aku sedang beristirahat, tadi aku sudah terlalu lama berlatih," ujar Justin.
"Apa itu, Justin?" tanya Raja Doe melihat sesosok berwarna coklat di balik tubuh Justin.
"Oh ini. Kenalkan namanya Billy, beruang kecil yang sekarang menjadi temanku," jawab Justin sambil menunjukkan beruang kecil yang diberi nama Billy.
"Beruang kecil? Dari mana kau menemukannya, Justin?" tanya Raja Doe.
"Aku tidak menemukannya, tetapi aku membuatnya dengan tanganku sendiri," jawab Justin.
"Kau yang membuatnya? Bagaimana bisa?"
"Entahlah, tadi aku iseng membuka pola abstrak di atas tanah. Lalu tiba-tiba saja tanah itu menggumpal kemudian Billy tiba-tiba saja muncul," jelas Justin.
"Sungguh tak terduga! Ternyata kekuatanmu sangat dahsyat dari yang aku perkirakan, Justin." Raja Doe bertepuk tangan.
"Aku pun berpikir seperti itu, tak menyangka dengan tanganku ini aku bisa menghidupkan Billy. Aku berharap dengan adanya Billy saat ini, dia bisa menemaniku ke manapun aku berada. Aku tahu selama ini kau pasti sibuk, tak perlu menemaniku berlatih terus. Kau memiliki tanggung jawab menjaga istana, bukan aku saja yang menjadi tanggung jawabmu," ujar Justin.
"Aku sama sekali tidak keberatan terus menemanimu, Justin."
"Ya, aku tahu hal itu. Tapi sebagai raja, tanggung jawabmu begitu besar pada rakyat. Aku tak ingin terus merepotkanmu. Kalau nanti aku ingin latihan, aku bisa bersama Billy saja. Kalau kau merasa khawatir denganku kau bisa memerintahkan beberapa prajurit untuk menemaniku." Mendengar perkataan Justin membuat Raja Doe tersenyum, Justin ternyata begitu perhatian dan sangat peka.
"Terima kasih atas perhatianmu, Justin. Kalau kau juga ingin, kau bisa minta ajari Mia putriku. Dia lebih ahli dalam mengendalikan sihir, nanti aku akan beritahu dia agar dia bisa mengajarimu," ujar Raja Doe.
"Baiklah, terima kasih." Raja Doe mengangguk.
"Kalau begitu aku kembali ke dalam istana dulu, masih ada beberapa hal yang harus kukerjakan. Nanti aku akan memerintahkan dia prajurit untuk menemanimu di sini. Pesanku hanya satu, Justin. Jangan mudah percaya pada yang di luar sana selain orang-orang di dalam istana." Justin mengernyit mendengarnya.
"Memangnya ada apa? Apa ada bahaya?" tanya Justin.
"Ya, kurang lebih seperti itu. Kau harus berhati-hati, kalau begitu aku pergi dulu." Raja Doe akhirnya pergi dari hadapan Justin, meninggalkan Justin yang masih sangat penasaran dengan maksud dari perkataan Raja Doe tadi. Bahaya? Bahaya apa yang dimaksud? Justin menggelengkan kepalanya, jika Raja Doe tidak memberitahu maka ia tidak boleh terus memikirkannya. Hal itu hanya mengganggu pikirannya yang sudah mulai tenang saja.