Prolog
Malam itu Samantha pulang terlambat karena habis sparing dengan kampus lain. Hingga Samantha melewatkan makan malam. Terlihat keletihan dari raut Samantha dan perut yang sudah sangat keroncongan. Bertanding di kampus yang cukup jauh dan malam itu memang sangat buruk buatnya karena mengalami kekalahan.
Biasanya jika kalah, Samantha merasa hatinya sangat buruk hingga harus mengulang latihan pada malam itu juga di kamarnya. Sampai merasa baikan dan melupakan kekecewaan dari kekalahan. Ketika sampai di pintu rumah, Samantha mengucapkan salam pada Ayah dan Ibunya yang sedang di ruang tamu.
“Malam Yah, Bu,” ucap Samantha sambil lalu berniat langsung ke kamar.
“Samantha, kamu sudah besar masa kalau ketemu Ayah dan Ibu nyelonong saja, salam dong,” keluh Ibu.
“Duduk sini Sam,” ucap Ayah. Sembari menepuk-nepuk sofa di sampingnya.
Samantha menaruh tas yang berat itu di atas duduk sofa. Tas yang berisi sepatu, kaos kaki, kostum, handuk, perlengkapan mandi dan bola basket yang selalu dibawanya, tidak terkecuali binder dan buku-buku kuliah.
“Ada apa sih Yah, koq mukanya serius banget?”
“Begini Samantha, Ayah punya sahabat yang sekarang menetap di Amerika, dulu satu kantor dengan Ayah. Waktu sahabat Ayah itu istrinya melahirkan, kebetulan Ayah dinas ke sana. Jadi sekalian Ayah dan Ibumu menengok ke
rumahnya. Mereka menamai puteranya Lingga Aditya,” ungkap Ayah.
“Lalu?” tanya Samantha.
“Lalu, teman Ayah membuat kesepakatan yang serius, meminta Ayah dan Ibu berjanji jika punya anak perempuan akan menjodohkan kalian berdua,” sambung Ayah.
“Apa?”
“Samantha enggak mau Yah, Bu … sejak dulu ogut dilarang pacaran, deket-deket sama cowok aja enggak boleh dan sekarang dijodohkan. Samantha enggak mau,” geram Samantha. Meninggalkan mereka di sana. Melempar tas di lantai, duduk di bibir ranjang sembari melepas jaket beratribut nama kampus.
Ternyata selama ini mereka melarangku berpacaran karena berniat menjodohkanku dengan seseorang yang bernama Lingga Aditya. Dari namanya saja sudah jelas orangnya jelek dan kampungan.
Tok tok tok.
“Sam, buka pintunya,” ujar Ibu. Sembari mengetuk pintu itu pelan. Samantha masih gusar karena rencana mereka untuk menikahkan Samantha dengan seseorang yang belum dikenalnya.
“Samantha, Ibu mau bicara sebentar … saja,” ucap Ibu memohon dengan lembut. Membuat Samantha tidak bisa menolak permintaan itu.
Samantha membuka pintunya dan membiarkan Ibu masuk. Raut masam terpancar dari wajahnya. Tidak bisa menutupi rasa kecewa di hatinya.
“Aduh … anak perempuan Ibu koq cemberut begitu yah,” sembari memeluk Samantha, mengelus punggungnya agar meredam emosinya.
“Ayah dan Ibu enggak memaksamu untuk menerima pernikahan itu, kamu sudah besar bisa memilah mana yang baik, mana yang enggak,” ujar Ibu menenangkan.
“Benar begitu, Bu? Samantha enggak harus menikah dengannya?” sahut gembira Samantha mendengar ucapan Ibu.
“Yah, maksud Ayah dan Ibu kamu masih ada satu tahun untuk perkenalan dulu,” sahut Ibu.
“Tuh kan … Ibu dan Ayah suka menjebak deh, Bu … ini pernikahan bukan main-main. Masa hari gini masih menjodoh-jodohkan sih. Lagipula, ogut kan anak tomboy masa iya, di usia 21 tahun menikah, Bu. Ogut masih mau kuliah dan beasiswanya bagaimana, Bu …,” rajuk Samantha. Sembari menggoyangkan lengan Ibu-nya meminta belas kasihan. Untuk membatalkan rencana perjodohan itu.
“Ya ampun, Sam … masih lama koq sudah dipikirkan sekarang. Jangan-jangan kamu sudah punya pacar ya? Hayo ….” Ibu menuduh dengan cepat.
“Boro-boro, Bu. Mana ada yang mau sama cewek tomboy kaya ogut gini!”
“Makanya sekali-kali pakai rok ke kampus, dandan. Bukan bawa tas besar isi bola basket, celana pendek, terus … jalannya kaya cowok, begitu … hihihi …,” keluh Ibu sembari memperagakan jalan yang gagah seperti laki-laki.
“Idih … tega bener Ibu malah bully anaknya sendiri, kesel ogut … keseelll!”
“Hehe … maafin Ibu yah, Samantha. Pokoknya … kamu jalanin saja hidupmu seperti sekarang jadi anak baik seperti biasa … yah.”
“Oya, satu lagi … hilangkan kebiasaanmu mengucapkan ogut, kan bisa aku saja,” protes Ibu.
“Sejak dulu padahal ogut sudah digunakan, kenapa sekarang ogut harus berubah menjadi aku huhu …,” keluh Samantha.
***