“Nih, somaynya,” ujar Kang Ujang sembari meletakkan 4 piring di depan Samantha dan Bobby.
Terdengar dari meja duduk para senior yang duluan berada di sana, sedang menikmati somaynya.
“Hoodie lu kenapa, ada cap tangan ogre begitu, hahaha … mana itu jaket kesayangan lu kan, kenang-kenangan dari Bulan … ya kan? Ihiiiirrr …,” ujar Bintang, teman seangkatan Dade. Merasa aneh jaket kesayangan Dade ada cap tangan ogre alias raksasa bodoh yang suka membawa godam atau pemukul kayu besar.
Dade melepas hoodie-nya seketika dan memasukkannya di dalam tas ranselnya. Samantha mendengar tipis pembicaraan itu sampai ke telinganya.
Sialan, masa ogut dibilang Ogre, dasar Gollum. (Gollum adalah hobit yang dikutuk karena membunuh, hingga menjadi sosok yang menjijikkan).
“Makanya jangan sering ke gedung baru, belom jadi udah lu perawanin,” seru Emon, senior yang paling cerewet.
“Udah … pake tiner aja ntar juga ilang,” saran Japra, nama aslinya Januar, teman senior yang paling dekat dengan Dade.
Tiba-tiba Samantha berdiri karena tidak betah dengan pembicaraan yang di dengarnya itu.
“Sam, mau kemana lu, eh buset nih bocah nekat amat!” Perasaan Bobby berubah tidak enak, karena Samantha orang yang keras kepala, nekat dan blak-blakan.
Samantha menghampiri meja para senior itu, menatap mereka tanpa keraguan. Semua mata mulai menyadari kehadiran Samantha di sana.
“Eh, Samantha, ada apa?” ujar Bintang ramah.
“Kak, berapa harga hoodie-nya? Biar ogut ganti,” Dade menyeringai dingin. Merasa Samantha sudah melewati batas, padahal Dade sama sekali tidak menuntut penggantian.
“Kak jawab dong, jangan diam aja,” ketus Samantha. Bobby dari kejauhan sudah mulai ketakutan memikirkan Samantha yang sudah lancang.
“Jadi, itu cap tangan, Samantha?” seru Bintang.
“Wuidih De, nih cewek berani banget!” ucap Emon antusias.
“Yang minta ganti siapa?” seru Dade dengan dingin sembari memberikan gestur seperti mengusir Samantha dari hadapannya.
Samantha geram seketika aliran darahnya dengan cepat naik ke kepala. Sontak sikap Dade yang mengacuhkannya membuat Samantha ingin memakinya dan mengumpatnya. Tetapi, Samantha bukan perempuan seperti itu. Samantha hanya senang mengucapkan dua kata.
Dasar kampret!
Samantha kembali ke mejanya, terlihat para senior itu tertawa terbahak-bahak, mentertawakan sikap Samantha yang nekat. Perasaan Samantha benar-benar merasa kesal dan malu sekaligus, bagaimana tidak, niat baiknya
untuk mengganti jaket bertudung yang terkena cat tangannya itu tidak digubrisnya sama sekali. Bahkan sikapnya yang sangat dingin membuatnya semakin geram saja.
“Senior sombong!” keluh Samantha. Sembari melahap somaynya.
“Buset, somay gue, lu embat juga Bob?”
“Abis lu kelamaan sih, enggak tega gue lihat somaynya kedinginan!”
“Enggak sekalian somaynya lu selimutin, dasar lu!”
“Eh, Sam … gue kasih tahu ya, si Dade itu legend di kampus ini karena cuma dia yang selamat dari peristiwa penembakan’98, tahu enggak lu!”
“Oh, ceritanya begitu.” sambil memakan sisa somay satu mangkok.
“Makanya di kampus jangan fokus sama kuliah, basket doang, bergaul,” ucap Bobby. Sembari mengambil somay dari mangkok Samantha. Ditepisnya tangan Bobby dari keberadaan potongan somay yang hampir punah itu.
“Untungnya buat ogut apa kalau tahu dia legend apa enggak?” Samantha melahap tiga potong somay sekaligus, potongan terakhir menyelamatkan mereka dari tangan predator seperti Bobby. Mulutnya penuh dengan somay hingga tersedak.
Uhuukk, uhuuuuk.
Somay itu mengganjal di kerongkongan dan langit-langit mulutnya hingga Samantha memuntahkan semuanya agar bisa bernapas. Memuntahkan sisa-sisa somay ke dalam mangkok.
“Nih cewek jorok banget sih!” keluh Bobby.
Tiba-tiba di depannya sudah berdiri cowok ganteng bernama Dade itu. Dengan wajah yang memerah dan kehitaman karena habis muntah, mengelap sisa-sisa somay dari mulutnya. Dade memberikan tisu pada Samantha yang sedang mengatur napas.
“Minta nomer teleponnya?” ujar Dade mendadak.
Uhuuk, uhukk.
Samantha semakin terbatuk.
“Buat apa?” tanya Samantha.
“Buat kasih tahu harga hoodie-nya?”
“Enggak jadi, basi kali … tadi gue nanya dicuekin!” bentak Samantha sambil lalu. Mengajak Bobby meninggalkan Dade di sana dengan acuh. Pembalasan Samantha berhasil, rasanya sangat puas mengacuhkan seseorang yang sombong seperti Dade.
“Ngeri … ngeri! Sumpah! Hidup gue enggak tenang ini, bisa-bisa kena getahnya gara-gara tingkah lu yang berani, begini,” ucap Bobby yang merasa ketakutan melihat Samantha bersikap dingin pada senior seperti Dade.
“Udah, tenang aja lu. Ntar ogut hadapin sendiri.”