Cogan Bernama Dade

557 Kata
Samantha berjalan cepat menyeberangi lapangan basket dan menerobos lapangan futsal hingga sampai pada depan tangga di gedung baru. Bobby berada di belakangnya tertinggal beberapa langkah. Samantha bertemu dengan beberapa tukang yang melarangnya untuk naik ke atas. Sebab, ada sudut-sudut yang baru saja di cat sedangkan yang berada di ujung dalam masih riskan karena belum terpasang balkon. Tetapi, Samantha yang keras kepala tidak mau mendengar larangan itu. “Neng, neng … jangan ke atas bahaya!” Samantha tetap saja ke atas dalam hatinya, kenapa orang itu boleh ke sana sedangkan dirinya tidak. “Sebentar saja ogut ada perlu sebentar.” “Huh, mahasiswa-mahasiswa sekarang susah di atur punya pemikiran sendiri, kebanyakan makan Jung food.” “Sok tahu!” ujar tukang lainnya. Ketika menaiki tangga yang semakin tinggi, Samantha merasa kelelahan hingga memegang pinggiran tangga itu. “Jangan di pegang! Yah … udah dibilangin baru di cat!” Samantha semakin bertingkah canggung hingga tidak sadar sudah memegang dinding dan menyandar pada bangunan itu. Sampai membuatnya panik dan tiba-tiba seeorang muncul dari dalam secara mendadak. Samantha menabraknya hingga mendaratkan kedua tangan yang penuh cat itu tepat di depan dadanya. Tangan yang penuh noda cat menempel di hoodie-nya. Hoodie berwarna abu-abu itu sekarang penuh dengan cetakan tangan Samantha yang sangat kontras. Cat putih di depan dadanya. “Maaf, ogut enggak sengaja,” keluh Samantha canggung. Padahal cowok bertudung itu tidak berkata apa-apa, hanya terdiam. Sampai Samantha menoleh pada wajahnya yang tersembunyi di balik tudungnya. Cowok bermata cokelat, tinggi dengan hidung mancung dan berkulit sawo matang. Seringaian bibirnya yang menarik gravitasi hingga sudut kemiringan 45 derajat, membuat Samantha mendadak cegukan. Hik! Hik! Hik! “Samantha …,” teriak Bobby dari arah belakang. Cowok ganteng itu berlalu pergi meninggalkan Samantha. “Eh, tunggu! ogut belum selesai ngomong! … gimana sih, orang ogut capek-capek ke sini buat melabrak tuh cowok. Gegara elu sih Bob, ngapain sih ngagetin,” protes Samantha sedikit kesal. “Gue kasih tahu, elu jangan macem-macem apa itu senior. Doi diseganin di kampus ini, secara ketua BEM namanya Dade, tahu enggak lu!” “Ketua BEM?” “Ah … bodo amat, cowok itu yang udah ngambil foto ogut terus diikutin lomba.” “Masa? Yang bener lu kalau ngomong, jangan asal nuduh! kan anonymous, jadi bisa siapa aja yang ngambil foto lu!” “Masa anonymous? Lu yakin?” “Iya, cuma karya jepretan yang itu yang enggak mau kasih tahu namanya siapa, misterius banget.” “Yauda, turun yuk … makan somay ke depan, laper banget nih.” “Traktir yak!” “Ogah, makan lu banyak.” “Yaelah, pelit banget, 2 porsi aja dah!” “Yauda cerewet lu.“ “Asyik!” Samantha mengurungkan niatnya untuk melabrak cowok yang dicurigainya sudah mengambil fotonya tanpa izin. Untuk kali ini dirinya memaafkannya, tetapi tidak ada lain kali. Samantha tidak suka dirinya menjadi objek apalagi pusat perhatian. Orang yang sangat fokus pada apa yang dikerjakannya saja, hingga terkadang Samantha terkesan mengabaikan orang-orang disekitarnya. Padahal, Samantha tidak sombong dan mudah bergaul. Samantha hanya memiliki planning dan goal yang ingin dikejarnya. Sesampainya di depan warung somay, favorit seluruh mahasiswa di sana. Somay kang ujang yang kekenyalannya tidak ada duanya dibandingkan rasa ikannya. Tetapi, somay yang legendaris ini paling disukai dan cuma satu-satunya yang ada di kampus. Bukan cuma somay, Samantha juga sering memesan telur ayam kampung setengah matang ketika akan bertanding. Membuat fisiknya lebih kuat dan menambah kadar ototnya. Begitulah pemikiran Samantha tentang telur setengah matang. Bahkan Samantha ingin membuat tubuhnya berotot seperti Michael Jordan. Terdapat belahan-belahan otot di kaki dan tangannya. “Kang, somay 4 porsi ya." “Banyak amat makannya neng, loba pisan euy,” ujar Kang Ujang. “Laper kang, masa enggak boleh, lagipula nih bawa gentong atu,” timpal Samantha. Menyindir Bobby yang ada di belakangnya. Bobby menyeringai. “Sok duduk heula atuh.” Ketika masuk ke dalam, Samantha melihat cowok ganteng itu lagi sedang bersama teman-teman seniornya. Deg deg deg!
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN