Cowok Misterius

621 Kata
Kebetulan di kampus sedang dibangun lapangan basket indoor, jadi nanti mereka latihan tidak kepanasan ataupun kehujanan. Universitas memberikan apresiasi pada klub basket karena sudah menjuarai LIBAMA (Liga Basket Mahasiswa) tahun lalu. Tetapi saat ini karena Gedung itu masih dalam tahap pembangunan, Mereka latihan di lapangan outdoor seperti biasanya. Dari gedung yang tinggi itu meskipun sudah terlihat bentuk yang megah dan keceh. Tetapi masih dalam tahap finishing, belum ada yang berani untuk ke atas sana kecuali para pekerja. Namun, ketika Samantha sedang berlatih, ada seseorang yang mengganggu fokusnya. Seperti ada yang memperhatikannya sejak tadi. Samantha menoleh pada atas balkon gedung itu. Terlihat seseorang sedang membidikkan lensa kamera kearahnya. Samantha tidak ingin berpikir sempit kalau orang itu sedang mengambil gambarnya, karena banyak sekali orang yang berada di lapangan. Saat itu Samantha juga berpikir positif jika orang itu sedang berlatih fotografi atau semacamnya. Dua hari kemudian. Di kampus sedang mengadakan lomba fotografi dengan tema bebas. Sudah terdapat foto-foto yang dipajang oleh kebanyakan anak-anak dari klub fotografi, meskipun lomba itu diperuntukkan untuk semua mahasiswa/i. Semuanya terlihat antusias melihat hasil jepretan yang terpajang sepanjang lobi kampus hingga ke taman bagian dalam. Taman yang berada di tengah-tengah antar kelas, tempat biasanya semua mahasiswa berkumpul sebelum masuk kelas. Taman yang bisa dilihat dari sudut manapun bahkan lantai 6 sekalipun. Tingkat lantai yang paling tinggi di kampus itu. Ada satu foto yang menjadi pusat perhatian hingga membuat juri sangat tertarik dengan keindahannya. Terdengar semua orang mulai bergunjing dan membicarakan foto itu dari mulut ke mulut. “Samantha, … iya bener, Samantha,” ujar hampir semua orang. Samantha yang baru saja menuruni lift, habis menyelesaikan kuliah 3 sks-nya merasa risih ketika semua orang melihat padanya. Seketika Bobby yang sudah di bawah sejak tadi, menghampiri Samantha untuk memperlihatkan sesuatu di taman itu. “Buruan, Sam!” “Apaan sih Bob, narik-narik tangan ogut, emang ada apaan?” “Lu, lihat aja deh, sana,” seru Bobby sembari menunjuk pada sebuah foto yang terpajang pada sebuah figura besar. Sebuah foto yang menambilkan Samantha sedang melakukan Gerakan lay up ciri khasnya yang seperti penari balet di dalam foto itu. Samantha yang sedang terbang di udara dengan bola basket di tangan kanan, sang fotografer sengaja memilih background dope, hingga terkesan klasik dan indah. Terlebih wajah Samantha terkesan sangat kuat di foto itu sedang berusaha memasukkan bola ke dalam ring. Tiba-tiba seluruh mahasiswa yang ada di sana bertepuk tangan untuk memberikan apresiasi yang tinggi atas foto yang bagus itu. Mereka sangat menyukai foto itu, sedangkan Samantha masih bingung dengan situasinya. Samantha tidak tahu apa yang sudah terjadi. Namun, ada satu orang yang terlintas di pikirannya. Pasti orang itu yang sudah mengambil gambarnya saat latihan. Samantha bergegas mencari orang itu ke sekretariat fotografi, semua orang menyapanya. Samantha memang dikenal oleh hampir semua orang. Tetapi, pikirannya masih fokus mencari orang itu. “Hai Sam, cari siapa? Tumben ke sini.” “Eh, sorry … di sini kenal enggak sama orang yang ciri-cirinya tinggi, rambutnya panjang dan suka bawa kamera.” “Hahaha … kalau ciri-ciri kaya begitu banyak di sini semua juga bawa kamera dan gondrong, Sam!” “Duh … ogut belum pernah lihat mukanya, cuma lihat sekilas dari jauh.” Tiba-tiba Samantha teringat dengan gelang di lengannya. Gelang yang banyak itu ada yang paling unik, letaknya di tengah-tengah. Gelang dengan liontin berbentuk lumba-lumba warnanya silver atau perak. “Oh .. si Dade, bilang dong dari tadi. Cuma sekarang anaknya enggak gondrong. Coba deh kamu cari ke gedung baru itu, biasanya nongkrong di sana sambil foto-foto.” “Memangnya boleh kesana yah?” “Yah, enggak boleh sih … tapi si Dade mana bisa dilarang, hah … emang ada yang berani sama dia, haha ….” “Makasih yah!” “Sama-sama, Sam. Sering-sering main ke sini dong!” “Iya, besok-besok yah!” Samantha menuju gedung baru itu dan Bobby muncul dari arah taman, berusaha mengejar Samantha yang terlihat misterius siang itu. “Samantha, tunggu, kenapa buru-buru sih!” Samantha tidak menghiraukannya dan melihat dari kejauhan sosok yang dicarinya. Sembari menengadahkan lengannya untuk meneduhkan pandangan, menghalau dari sinar mentari yang terik. Samantha memastikan jika orang yang dicarinya ada di sana. Itu dia! Awas yah!
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN