"ini dimana?" tanya zero setelah sadar dari pingsannya.
"kau di UKS.." apa masih ada bagian yang sakit?" lanjut akira.
"sudah nggak apa-apa kok" jawabnya kemudian ambil posisi duduk, sementara zeus tidur disampingnya.
"hmmm... sebaiknya kamu pulang dulu.. nanti aku ijinin ke guru wali kelasmu"
"tidak apa-apa kok.. nggak masalah"
dari kejauhan terdengar suara berlari, dan terdengar terus mendekat.
"brak!" suara pintu dibuka.
"kak zero, nggak apa-apa kah?" tanyaku. dan zeus pun juga bangun dari tidurnya.
"ah... kau yang menolong kakakku ya.. trimakasih... trimakasih.... tapi... apa hubungan kalian?" tanyaku ketika sadar, bahwa ada orang lain disana, sambil menyalami tangannya dengan erat., dan akira hanya tersenyum.
"ah.. ya... masama" balasnya dengan nada bingung. melepas salamannya.
"oia.. namaku rui, aku adiknya (nunjuk ke zero). kalau boleh tau,.. apa hubungan kalian?... maaf tadi aku nggak sengaja liat kalian terlihat dekat..."
"kita hanya teman sekelas" jawab zero. untuk sejenak, aku terpaku dengan jawaban kakak yang tak terduga., tidak biasnya dia langsung menjawab, karena kakak yang kutahu, dia orang yang agak tertutup. tapi aku cuek aja, mungkin karena dia sedang sakit, jadi otaknya ikut konslet.
"... yah.. gitu deh..." sambung akira.
"karena sudah ada walinya, aku tinggal dulu.. permisi" lanjut akira, lalu meninggalkan UKS.
"kakak... kakak nggak kenapa napa kan? ada yang sakit?" sambil di puter-puter. untungnya.., wajah zero aman, mulus nggak ada lebam sedikitpun, jadi rui nggak tau kalo zero masuk UKS karena dibuli, dikiranya pingsan, sakit biasa.
"makasih zeus.. dah njagain kakak.." lanjutnya lalu memeluk zeus.
"btw,.. cowo tadi siapa kak? dia lumayan...."
"sudah kakak bilang kan, cuma teman sekelas... atau jangan-jangan... kamu tertarik dengannya?"
"ng..nggak... nggak kok kak... "
"kamu tuh masih anak kecil, jangan mikirin yang kayak gitu... oia, tau darimana kakak di UKS".
"dari orang yang namanya akira.. kebetulan tadi aku ada di kantor mama, mama ada pasien, jadi aku tungguin di kantor, eh ada telepon masuk di hpnya mama, jadi aku angkat.. dan aku langsung kesini.."
"mama tau nggak?"
"mmm... mungkin enggak... soalnya aku pergi nggak bilang ke mama.." baru selesai ngomong, hp bunyi, mama telepon.
"kamu tuh ya.. kalau mau pergi tuh bilang., mama kaget tadi, kamunya nggak ada.. dimana kamu sekarang?" tanya mama.
"maaf ma, tadi ada emergency, urgent.." sambil melirik zero. zero mengisyaratkan agar nggak cerita ke mama.
"ya sudahlah, lain kali jangan di ulangi lagi"
"iya ma, rui minta maaf..."
"lha sekarang kamu dimana?"
"mm... lagi... yah, lagi mejeng ma temen lah ma... mama nggak usah khawatir... ".
"ya sudah.. mama lanjut kerja., nanti jangan pulang kemalaman, maksimal jam 7, mengerti..."
"iya iya... dah dulu ya ma, bye" kataku menutup teleponnya.
"kenapa mama nggak boleh tau kak"
"lha kan kamu tau, barusan apa yang kamu lakuin,"
"terus..."
"mama itu tipe khawatiran... jadi mending nggak usah bilang..."
"oh... gitu".
tak berapa lama, seseorang membuka pintu.
"oh,.. kalian kenapa disini?" tanya orang itu, beliau adalah bu widi, dan dia tidak sendirian, dia bersama seseorang yang juga sedang tidak dalam kondisi baik., dia menggunakan kursi roda. beliau membawa keranjang tepat disebelah zero, kemudian membaringkannya.
"hati-hati.."
"ya bu..."
"apa kata dokter tadi?"
"tidak apa-apa kok bu., hanya gejala otot kecepit saja kok... hasil rontgen juga nggak masalah..."
"syukurlah... kalau gitu... aku nggak habis pikir, kok ada ya orang yang kayak gitu? kamu beneran nggak ingat siapa dia?"
"nggak begitu ingat wajahnya, yang aku ingat suara dan aromanya.."
"kalau ketemu, tuh anak harus dapat hukuman, bagaimana bisa dia melukai ketua OSIS... ya sudah, kamu istirahat saja.."
"dan kalian... kalian mau bolos? tulis nama kalian di daftar pasien, dan juga... kamu.... (nunjuk ke rui), kamu bukan siswa sini kan? apa yang kamu lakukan disini?"
"saya menjenguk kakak saya... tadi saya dapat telepon, kakak saya jatuh pingsan, jadi saya kesini"
"oh.. dan juga, kenapa ada anjing disini? kan ada peraturan anjing dilarang masuk?"
"dia anjingku, dia masuk bersamaku, kalau aku biarkan di luar, dia akan menakut-nakuti seluruh siswa.."
"ya sudahlah terserah., pokoknya karena kamu bukan siswa sini, silahkan segera pergi, dan kamu (nunjuk ke zero), kau boleh istirahat,.." katanya lalu meninggalkan kami.
"halo.." sapaku pada pasien yang di panggil 'ketua OSIS' itu.
"halo"
"namaku rui, dan ini zeus, dan dia zero, kakakku" memperkenalkan diri, zero hanya tersenyum.
"aku Ren Yamashita, kelas 2A,"
"salam kenal, kakak kenapa pakai kursi roda? apa kakak luka parah"
"nggak kok, nggak parah, cuma disuruh banyak istirahat dan banyakin berbaring dulu..?"
"lha kalau sakit begitu, kenapa kakak memaksakan diri kesekolah? bukankah lebih baik kalau dirumah saja?"
"aku bosan dirumah terus, lagipula aku adalah ketua OSIS, walaupun keadaan seperti ini, aku punya kewajiban yang harus aku lakukan."
"kakkoi,... bolehkah aku memanggilmu aniki?"
"kau anak yang lucu... bukankan kau sudah punya aniki?" katanya sambil tersenyum, melirik zero yang juga berbaring di sana.
"hmmmm.... kakak yang ini...." kataku sambil melihat kak zero dari ujung rambut sampe ujung kaki,... kemudian menggelengkan kepala,. dan sukses membuatku mendapatkan cubitan di pipiku.
"terserahlah... kamu pulang saja sana, nanti keburu malam..".
"iya iya... tapi kakak yakin bisa pulang sendiri.. nanti tak pesenin grab, mau?"
"nggak usah, kakak nanti pulang sendiri.. kakak cuma mau istirahat bentar..."
"ya udah deh, aku pulang dulu... oia, kakak kan minta aku buat rahasiain ini,... jadi... aku minta ganti tutup mulut.."
"nih anak,.. mau berapa?"
"bukan uang, tapi nanti... rui pikir dulu... ayo zeus kita pulang." ajakku ke zeus, tapi zeus nggak mau.. dia hanya duduk mematung.
"ayokk pulang zeuuuus..." kataku menarik zeus, dan zeus tetap nggak bergeming.
"kamu pulang saja, zeus biar disini..."
"ya sudah... aku pulang dulu... bye bye kak, bye bye aniki,.. dan bye bye zeus.." katanya, terdengar dia terisak ketika berpisah dengan zeus...
dan tinggallah kami berdua berbaring, zeus dengan santainya naik kekasurku, dan tidur di sampingku.
"adikmu sungguh lucu... padahal dia menghawatirkanmu lho.." kata Ren membuka pembicaraan.
"dia hanya bertingkah lucu didepan orang yang membuatnya tertarik."
"benarkah?... hehehe... sejujurnya, aku juga ingin memiliki saudara., seharusnya kau senang memiliki seseorang yang mengkhawatirkanmu..."
"terlalu banyak orang yang mengkhawatirkanku di rumah,.. termasuk dia.." jawab zero sambil mengelus zeus yang terlelap.
"hahaha... kau harusnya bersyukur... oh maaf, boleh minta tolong ambilkan minum,? maaf, aku belum bisa memiringkan badanku.."
"ya, boleh..." jawab zero bangkit, mengambilkan minum di meja ren. kemudian membantunya untuk minum.,
"hati-hati..." nggak sengaja, air yang kuminumkan sedikit tumpah di bajunya..
"maaf... aku nggak sengaja... biar aku bersihkan." kata zero kemudian mengambil tisu. ren masih terdiam.
"mungkinkah.... kamu..."
"ya? kenapa?"
"kamu 'si tembok' sialan itu?"
"heh?"
"kamu yang lompat dari tembok, dan membuatku seperti ini.. kau! aku nggak mungkin salah, kata-kata itu, suara itu, aroma itu... benar kau orangnya! YA! b******k! aku belum selesai bicara!"
zero meninggalkannya begitu saja, disusul oleh zeus di belakang.
"gawat gimana ini..." setelah lumayan jauh dari UKS, kemudian curhat ke zeus... layaknya mengerti, zeus menjawab dengan gonggongan.
"ya.. kurasa kau benar... aku harus minta maaf dengan benar.. agar nggak bikin masalah buat mama dan papa..., zeus,... kau mau menemaniku kan?"
"guk guk"
"ayo zeus..." akhirnya, aku dan zeus kembali ke UKS. disana Ren masih berbaring di ranjangnya.. sesekali dia berusaha menmiring-miringkan badannya, tapi belum berhasil."
"Kakak... aku minta maaf yang sebesar-besarnya..." kata zero membungkuk 90° ke Ren.
"...."
"aku sedang ada masalah hari itu, aku nggak bisa masuk jadi aku menggunakan segala cara yang bisa kulakukan... dan tidak sengaja melukaimu.. aku sungguh minta maaf..."
"uang..."
"ah, uang yang aku tinggalkan itu, untuk biaya berobat... mungkinkah... masih kurang?".
"..." berusaha meraih tasnya. dan dengan sigap, aku mengambilkannya. dia merogoh tasnya dan mengambil sebuah amplop, dan melemparnya ke arah zero.
"aku nggak butuh!" katanya.
"eh?" bingung dengan ucapannya, zero membuka, melihat isi amplop.. isinya uang dengan jumlah yang sama seperti ketika zero berikan dulu.
"pergilah!" katanya sambil membuang muka.
"anu.... apa yang harus kulakukan agar kakak memaafkanku?.. aku nggak tau kalau bakal begini jadinya..."
"..."
"zeus..." rengek zero.
bak ikatan batin, mengerti yang dimaksud zero,.. zeus naik ke ranjang ren kemudian menjilati wajah ren.
"apaan sih, hentikan aku nggak mau.." kata ren menolak rayuan zero melalui zeus.. dan akhirnya berhasil meluluhkan hati ren, ia tersenyum dengan tingkah zeus yang bermanja-manja ria dengannya.
"kau pikir kau bisa menggunakan anjingmu ini?"
"walaupun begitu, kupikir itu berhasil." jawab zero yang telah melihat senyum ren.
"aku sungguh minta maaf kak... saat itu aku sedang ada masalah..."
"cukup, aku sudah mendengarnya.."
"apa kau memaafkanku?"
"tidak secepat itu. aku tidak suka caramu yang menggunakan uang untuk menyelesaikan segalanya, lagi pula, uang itu kau dapat dari orang tuamu kan?"
" yah... tidak sepenuhnya salah, tapi uang itu, adalah uang tabunganku... jadi itu uangku, bukan punya orangtuaku."
"..... kau ingin aku memaafkanmu?"
"iya.."
"jadi anjingku selama 3 bulan"
"guk (memandang zeus yang masih lengket dengan ren)".
"tapi,... 3 bulan,?" lanjut zero.
"anjing hanya bisa menggonggong."
"guk".
"kata dokter, aku sembuh ±3 bulan.." padahal bohong, sebenarnya kata dokter bisa sembuh dalam waktu 1bulanan.,
"oh, begitu... ah maksudku 'guk'."
"saat denganku, kau harus patuhi semua perintahku, kau hanya boleh bicara jika aku mengijinkannya. mengerti!"
"guk".
"dan selalu siap 24/7, selama 3bulan., mengerti!"
"ya baiklah... ah maksudku 'guk'.." jawab zero, pasrah... apa boleh buat,.. gara-gara dia, ren jadi seperti itu karenanya, yang sebenarnya hal itu tidak disengaja olehnya.
"zeus, ayo pulang..."
"tunggu... hpmu mana..."
"(mengambil hpnya dengan ragu-ragu)....."
"(mengetik di hp zero, kemudian me-misscal ke hpnya)., kau boleh pergi.." lanjutnya kemudian memejamkan matanya.
"sabar sabar..." pikir zero kemudian mengajak zeus untuk pulang.
di saat yang sama, di tempat lain ...
"mikha, kau mau makan apa? atau mau aku pilihkan?" tanya seojin yang sibuk memilih makanan.
"..." sibuk memainkan hpnya.
"mikha kamu denger nggak sih?" tanya seojin.
"apa?"
"..." menutup buku pesanan. "berhenti bermain hp., perhatikan aku saja" lanjutnya.
"... oh ya... sampai kapan kau cuek sama akira? aku dan akira sudah berteman sejak SD, jangan ikutkan aku ke masalahmu.."
"akira, akira, akira... selalu akira.. kenapa kau nggak pernah memperhatikanku.. padahal aku yang selalu disampingmu., aku berteman dengan kalian juga, tapi kalian nggak pernah memperhatikanku, dan juga... kau bilang kita pacaran.. tapi nggak pernah sekalipun kau inisiatif mengajakku kencan kek, jalan-jalan berdua, makan berdua... semuanya aku yang mulai, aku yang mengajakmu... lalu apa artinya aku bagimu.." katanya sambil terisak.
"terus... kau mau kita putus?"
"(kaget dengan apa yang dikatakan mikha)..." sambil terisak ia pergi meninggalkan mikha. untuk sejenak mikha terduduk bengong, kemudian ia bangkit dari kursinya, meninggalkan kafe.
"akira, ayo kita bicara" kata seojin, menarik akira ke tempat sebuah taman kota yang tak jauh dari rumah akira.
"apa yang mau kau bicarakan.?"
"kau, sudah kubilang, jangan mendekati mikha lagi, tapi kenapa masih saja kau berkeliaran disekitarnya!"
"apa maksudmu,. kita sekolah di SMA yang sama, bukan aku mengejarnya., itu hanya kebetulan kami bertemu, sungguh.."
"aku sudah berkali-kali bilang padamu kan, jangan dekati mikha, mikha milikku, jangan kau tarik dia ke dunia 'menjijikkan'mu itu.."
"..." menghela nafas, sabar, tau arah pembicaraan yang seojin maksud.
"kamu! sekali lagi aku melihatmu bersama mikha, aku benar-benar tidak akan memaafkanmu! camkan itu." kata seojin kemudian meninggalkan akira.
tak berapa lama, mikha datang...
"apa yang kau bicarakan dengannya?"
"(kaget,)"
"tidak bisakah kita kembali seperti dulu lagi.."
"kurasa, kita sudah tidak bisa kembali.. kau kembalilah pada seojin"
"sebenarnya apa masalahmu dengan seojin, dulu kalian begitu akrab, tapi kenapa sekarang kalian bermusuhan seperti ini..."
"bukan urusanmu" kemudian hendak pergi, namun tangannya dipegang mikha.
"akira... "
"...." menghempaskan tangan mikha, kemudian pergi meninggalkan mikha. mikha hanya bisa memandang punggung akira yang semakin menjauh.