"ma... sibuk nggak?" tanyaku.
"nggak juga, kenapa?" jawab mama kemudian menutup dokumennya.
"ada yang mau rui omongin.."
"hm? mungkinkah.... ada yang mau curhat nih..."
"nggak gitu ma... ini masalah kak zero.. tadi pas di U... (hampir aja buka rahasia), ah maksudku, tadi pas aku menjemput zeus di sekolah kakak,.. rui pikir itu orang lain lho ma... nggak biasanya, kakak banyak bicara gitu..."
"heh? jadi zero punya teman di sekolah? orangnya kayak apa? kasih tau mama.."
"yang satu itu sekelas, namanya akira, dan yang satu lagi, anggota OSIS, dan mama tau, keduanya cakeeeppp ma... sangking cakepnya, rui sampe lupa fotoin mereka..."
"oh gitu?... syukurlah.... heh?! kamu nggak boleh pacaran dulu, kamu masih anak-anak.."
"ma ma... aku kan cuma bilang mereka cakep, bukan maksud ke arah situ ma..., ma.. tau nggak, orang cakep tu, pasti pasangannya orang cakep juga.. dan rui, jauh dari kata cakep..."
"tapi bagi mama, rui anak mama yang paling manis..." jawabnya lalu mencium pipiku.
"mama, aku kan dah besar... ya udah, aku mau ke kamar kakak dulu.. met malem ma.." kataku kemudian mencium pipi mama sebelum pergi.
"kakak... boleh masuk..." kataku yang sudah membuka pintu.
"ada perlu apa?" tanya kak zero sedang belajar ditemani zeus.
"mmm... kak... soal yang tadi siang... rui punya permintaan..."
"apaan.."
"aku minta foto mereka plus sama kakak di dalamnya, yahh.., intinya kakak foto sama kak akira, terus kakak foto juga sama aniki, abis tuh,, foto akira dan aniki... oia lupa... anaknya tante marie juga di sekolah yang sama kan? sama dia juga... kalo nggak salah inget, namanya.... siapa ya... sampul kertas... mmmm.... mmmmm..."
"mikha"
"ya. itu maksudnya,.. sama kak mikha ya... jadi totalnya... kalo masing-masing satu.. " menghitung dengan jarinya.
"jadi ada 1, 2, 3,...., aahhh pusing, yang penting banyak deh (~ini pelajaran matematika bagian menghitung peluang~),minimal 50 foto, dengan pose yang berbeda" lanjutku.
"...." bengong sebentar dengan permintaan rui.
"adinda rui... sepertinya otakmu perlu di cuci..." sindir zero...
"kakak ih..."
"gini ya dek... walaupun kami berteman, kami nggak sedekat itu untuk foto bareng..."
"aih... kakak... gitu aja kok repot, tinggal bilang aja.. beres... masak nggak boleh sih... kalo nggak kakak bikin skenario.. nggak sengaja gitu... apa gimana gitu..."
"... ini sudah malam... sana kekamarmu... kakak mau tidur.." ujar zero menutup bukunya, kemudian mendorong rui keluar kamarnya.
"kakak janji ya... pokoknya harus dapat masing-masing min. 50 lembar, lebihpun nggak masalah... kakak janji ya... rui tunggu.." kataku bawel, walaupun dah dikunciin pintunya., dan dengan hati gembira, kembali ke kamar.
"ayo tidur zeus.." kata zero nggak menggubris permintaanku.
keesokan harinya... jam 04.30 am...
>telepon berdering berkali-kalitelepon berdering<
"ya halo" jawab ren.
"ini dari rumah sakit Hikari, hasil tesnya kesehatan AN. ren yamashita sudah keluar dan dapat diambil di bagian administrasi." ujar suara di seberang.
"ya, nanti saya ambil. terimakasih." jawab ren kemudian menutup teleponnya.
"hei, zero, aku punya tugas buatmu" lanjut ren.
"wang" jawab zero yang sedang bersih-bersih kamar ren.
"ambilkan cek-up kesehatanku di RS Hikari."
"wang"
"kau boleh bicara"
"baiklah" jawab zero kemudian bersiap-siap berangkat.
"ah., ambilkan tasku."
"(mengambil tas ren dan memberikannya)"
"ini untuk ongkos jalan, barang kali nanti kau membutuhkannya." sambil menyodorkan beberapa lembar uang kertas 100.000an.
"ya." kata zero kemudian pergi. zeus tiba-tiba bangun, turun ranjang, kemudian mengikuti zero.
"zeus., kamu disini aja.." kata zero pada zeus.
"(hanya diam dan memandang zero)".
"tidak apa-apa, zeus tunggu disini aja ya.." kata zero kemudian berbalik, tapi zeus masih mengikutinya.
"udah, dia tuh pingin ikut biarian aja,. oia, nanti kalau uangnya sisa, beli makanan buat zeus ya" kata ren dari ranjangnya.
"aku selalu merepotkanmu... mianhe zeus..." kata zero memeluk zeus, sebelum keduanya akhirnya pergi bersama.
sampailah di RS, zero pergi di bagian administrasi, sedangkan zero menunggu di gerbang, di balik semak-semak, biar nggak nakut-nakuti orang yang berlalu lalang.
"zeus... maaf menunggu lama..." ujar zero sudah selesai mengambil dokumennya. "ayo pulang.."
"(tidak menjawab, hanya memandang zero,)"
"aigo... zeus..." ujar zero meluapkan rasa sayangnya.. memeluk, mengusap-usap tubuh zeus.
"zeus.. kamu pingin sesuatu? bagaimana kalau kita beli daging.." ujar zero, kemudian melanjutkan jalannya menuju konbini 24jam, yang jaraknya nggak begitu jauh dari RS.
tiba-tiba zeus mengendus sesuatu., kemudian berlari mendahului zero, zero yang bingung dengan tingkah zeus, mengikuti di belakangnya, hingga tibalah di sebuah gedung motel,. zeus mondar mandir di depan pintu, mengisyaratkan zero untuk masuk, zero yang memang sudah dari bayi dengan zeus pun paham dengan maksud zeus, dia menerobos masuk ke motel disusul zeus yang menjadi anjing pelacak, dan sampailah di sebuah kamar, didobraklah kamar itu, sejenak melihat sekitar, sadar bahwa akira diikat di ranjang, membuat zero paham akan situasinya.
dimulailah perkelahian itu, kali ini zero berhasil menumbangkan pria yang telanjang, kemudian melepas ikatan akira, akira menangis memeluk zero,.. sejenak membalas pelukan akira, sebelum akhirnya zero sadar dan berbalik,. zeus....
zeus... tergeletak bersimbah darah. pria lawan zeus ternyata memegang cutter di tangannya... amarah zero memuncak, ia bangkit, menghajar pria itu, dengan cara apapun, dia terus menghajar, memukuli pria itu, walaupun sudah tak sadarkan diri.
pukulannya terhenti, ketika ia melihat tubuh zeus yang bersimbah darah. zero bergegas mendekatinya, menggunakan apapun untuk menutupi lukanya, kemudian ia membopongnya, membawa ke RS.
begitu pula dirumah sakit, RS menolak karena itu RS manusia, bukan binatang, malah yang dikhawatirkan adalah zero, yang notabene saat itu ia juga terluka. zero tetap kekeuh meminta perawat menangani zeus duluan dan tidak disengaja, ada dokter jaga yang melihat hal itu, akhirnya memberikan ijin ke perawat untuk menangani zeus duluan. zeus dibawa diruang perawatan, terdapat luka di dadanya, walaupun tidak mengenai organ vital, tapi zeus sudah lemas karena kehilangan banyak darah. dokter berusaha sekuat tenaga merawat zeus, tapi Tuhan berkehendak lain.... zeus tidak bernafas, detak jantungnya berhenti.
sementara itu zero juga kekeuh nggak mau dirawat, dia menunggu zeus, menunggu... dan menunggu...
dokter keluar ruangan perawatan, dan melaporkan kematian zeus, yang sontak membuatnya diam membatu, tidak percaya, ia menerobos ke ruangan itu,. zeus sudah tertutupi kain putih, zero memeluk tubuh zeus, dia menangis keras, keluarga dia satu-satunya.... sahabat dia satu-satunya,.. ikatan mereka selama zero hidup... tiba-tiba waktu serasa berhenti, hanya tangis keras zero yang terus terdengar, zero pun masih terus memeluk zeus... terus memeluknya, tidak percaya akan kepergian zeus... menangisinya... memeluknya.... dalam dekapannya.... hingga akhirnya ia jatuh pingsan tak sadarkan diri.