waktu terus berlalu., zero masih belum sadar, bahkan ketika zeus dimakamkan, dia masih belum membuka matanya. kekhawatiran mama nirina pun mulai memuncak, bagaimana tidak, sudah hampir 3 minggu, zero belum bangun juga. dokter pun mengatakan, nggak ada yang salah dengan tubuh zero, tapi dia masih enggan membuka matanya... apakah ia akan koma..
"bagaimana kabar zero tante?" tanya mikha pada tante nirina.
"masih belum ada perubahan..." jawab tante nirina dengan nada sedihnya.
"pa, bisakah kita bicara sebentar? dan mikha, bisakah kau menjaga zero sebentar?" lanjut tante nirina.
"oke tante..." jawab mikha.
"ada apa ma?" kata pak fatir ketika berbicara 4 mata dengan istrinya.
"pa, bagaimana kalau zero kita bawa pulang saja, kita rawat di rumah saja,.." kata mama.
"apa mama sudah mendengar keputusan dokter?"
"belum sih, tapi..."
"kita tanyakan dulu ke dokter.." jawab pak fatir kemudian menemani istrinya menemui dokter.
>(berbincang dengan dokter PJ kak Zero)
"saya menyarankan, sebaiknya putra anda biar di rawat disini, karena ditakutkan jika tiba-tiba kondisinya ngedrop, pihak keluarga sendiri yang akan kesulitan,.." kata dokter menjelaskan.
"lagipula, kondisi putra anda sedikit melemah, denyut nadi pun tidak teratur, jadi harus tetap dipantau oleh perawat. tapi saya persilahkan, bapak dan ibu yang membuat keputusan..." lanjut dokter.
"...."
"ma, tidak apa-apa, biarkan zero dirumah sakit, tidak apa-apa kita bolak-balik..."
"... tapi pa..."
"maaf dok, bolehkah kami meminta ruang sendiri, jadi kami bisa menjenguk dan menemani zero tanpa batas waktu... soal biaya, nanti saya urus..." lanjut pak fatir ke dokter untuk meyakinkan istrinya.
"baik, jika itu keputusan bapak dan ibu, selaku wali dari pasien,.. kami segera menyiapkan ruangannya."
"baik dok.. terimakasih."
sesuai permintaan pak fatir, zero akhirnya di pindahkan ke ruangan VVIP, karena kesibukan mereka, mereka tidak bisa begitu saja meninggalkan pekerjaan mereka, walau zero sedang koma sekalipun.
dan, ren yang mendengar kabar tentang zero yang koma pun jadi sering mengunjungi zero di rumah sakit, begitu pula dengan mikha.,. tapi entah kenapa, malah akira, yang tidak terlihat batang idungnya... pernah ia datang tetapi dia tidak masuk keruangan, hanya memandang dari pintu, sebelum akhirnya berbalik pergi.
di sekolah...
"teman-teman... kita dapat kabar, bahwa teman kita, zero, sedang koma di RS., kita akan mengumpulkan dana untuk menjenguknya.." ujar ketua kelas 1c, laily suci.
"(berisik)"
"memangnya dia sakit apa? kok bisa-bisanya sampai koma.." tanya siswa yang lain, mikuri ivan.
"aku kurang tau juga, tapi kenyataannya begitu,.. faza, tolong kamu yang ngambil uang donasinya..." ujar ketua kelas ke wakilnya, faza.
"..." sambil berkeliling mengambil donasi.
di lain pihak, akira sepertinya sedang banyak pikiran, ia selalu menundukkan wajahnya, bahkan ketika di colek faza yang meminta donasi.
"okey,.. dana sudah terkumpul, total yang didapat 500.000., terimakasih atas donasinya, semoga walau sedikit, dapat membantu... amien... nah sekarang, siapa yang mau ikut ke RS?"
"gimana kalau kalian saja... maaf, kami ada urusan lain, kata salah satu siswa, lee hon nam.
"bagaimana? ada pendapat lainnya? bagaimana akira? bukankah sebelumnya kau akrab dengan zero?" tanya laily yang menyadarkan akira.
"... aku rasa yang lain saja... aku tidak bisa... aku permisi ke toilet dulu" katanya kemudian pergi dari ruang kelas.
di dalam stall kamar mandi, mata akira mulai berkaca-kaca. dia terduduk lesu.
"... maaf... maafkan aku... gara-gara aku..." bisiknya kemudian menitikkan air mata. sepertinya akira merasa bersalah pada zero, karenanya ia belum berani menemui zero.
keesokan harinya....
"maaf, dilarang bawa anjing di rumah sakit, kata satpam RS, yang mencegat mikha dan para anjing.
"mohon maaf,.. tapi, teman saya membutuhkan mereka..."
"maaf, tidak bisa... mohon anjingnya ditinggal di sini.."
"tapi pak..."
"tunggu, ada apa ini..." kata seseorang yang datang menengahi pembicaraan mereka, si ketua OSIS, Ren (sepertinya dia sudah sembuh, dia sudah bisa berjalan sendiri tanpa kursi roda...).
"sunbae..."
"saya cuma mengikuti aturan". ujar pak satpam.
"dia denganku., kami menjenguk pasien vvip.." kata ren sambil menunjukkan black-card keanggotaan di RS, yang membuat pak satpam memperbolehkan mereka masuk.
"tidak ku sangka, ternyata, kau salah satu bagian dari RS ini..." kata mikha nggak percaya.
"hanya kebetulan..." jawabnya singkat.
sampilah di ruangannya zero, tepat saat itu, keluarlah laily, faza, bella, ariesta, teman sekelas zero yang menjenguk zero.
"ah, kak ren, hallo.." sapa laily dan kawan-kawan.
"hallo... kalian habis menjenguknya?"
"ya , kak, kami mewakili kelas... ah halo juga kak mikha... dan... anjing-anjing..." kata laily.
"kakak juga mau menjenguknya?" tanyanya kemudian.
"iya.."
"ah, ya sudah kak.. kami permisi dulu., silahkan kalau mau menjenguknya... kami permisi dulu." kata faza tiba-tiba, sambil menarik tangan laily, begitu juga kedua teman lainnya, berpamitan.
"ya... aku belum selesai bicara... masih ada yang mau bicarakan dengan kak ren..." kata laily, tapi dah keburu ditarik dan didorong teman-temannya pulang.
sejenak mikha dan ren saling pandang sebelum akhirnya masuk ke ruangan.
"hallo... hari ini jatah kau jaga..." tanya ren.
"aniki... hallo... dan kak mikha, halo" sapaku.
"iya, mungkin nanti malam gantian sama papa.. tapi... bukankah anjing dilarang masuk ya?" lanjutku.
"heheheh.... ini pengecualian..." jawab mikha dengan 'hidung panjangnya', sombong, padahal pakai 'kartu'nya ren,...
mikha kemudian melepas para anjing, dan anjing yang memang dari awal sudah mengenal zero, menghampiri zero yang tertidur, sedangkan para puppies (yang sudah tumbuh besar) naik ke ranjang zero, kemudian menjilat dan mengendus zero.
"hei, apa anjing-anjingmu mengenalnya?" tanya ren pada mikha. sementara aku bikin teh untuk para tamu.
"aku rasa begitu.... bisa dibilang, kami besanan..." jawab mikha.
"jadi dia istrinya zeus?" tunjuk ren pada satu anjing besar.
"... ya gitu deh.. oh ya, nama mereka., chico itu ibunya,. yang itu coco, mayo, leo... aku pikir, leo lah yang paling mirip bapaknya... si zeus..."
"oh, ya benar juga.. leo... kemari..." ujar ren. tapi leo nggak bergeming, masih menemani zero.
"silahkan minumannya.." kataku menyajikan minuman beserta cemilannya.
"maaf bikin repot aja.." kata ren.
"nggak kok, tapi maaf, adanya cuma itu tok.." jawabku.
saat kami asik berbincang, leo tiba-tiba menggonggong, mengagetkan kami... jari-jari zero bergerak-gerak, begitu juga matanya (walau masih dalam kondisi terpejam), kami bergegas membunyikan bel emergency, untuk memanggil bantuan dan dokter pun datang, memeriksanya...
"suster, ambilkan alat bantu pernapasan manual..." kata dokter. setelah mendapatkan alat tersebut, dokter menggunakannya pada zero.
rui menelpon mama dan papa tentang keadaan kak zero sekarang, mereka pun bergegas ke RS, sesampainya disana, mama menjaga disisi zero... perlahan mata zero terbuka, ia melihat sekeliling, ia merasa asing...
dan hanya satu yang ia rasa nggak asing... yaitu zeus (leo yang disangka zeus) dan tiba-tiba dia mengambil leo dan memeluknya...
"zero, kamu sudah sadar nak... ini mama nak..." kata mama. zero sepertinya asing dengan mama, dia mundur dan masih memeluk erat leo.
"kak... kakak kenal kami kan?" tanyaku.
"....(nggak menjawab, tapi masih terus memeluk leo)".
"zero... ini mama nak..." ujar mama mulai berkaca-kaca.
"dokter, bagaimana keadaan zero dok?" lanjut mama tanya ke dokter.
"sepertinya dia mengalami amnesia, tapi kita belum tau pasti,.. apakah amnesianya ini hanya sementara atau permanen, kita perlu cek dulu..." kata dokter.
"zero... ya Tuhan..." mama kemudian menangis, aku memeluknya, menenangkannya.
"zero sudah sadar ma?" tanya papa yang baru sampai.
"papa..." sambil terisak.
"ada apa ini..."
" zero,... sepertinya dia hilang ingatan..." jawab mama sedih.
"tapi, mungkin ini hanya sementara... kita lihat besok... semoga dia ingat kita..." jawab papa mencoba menenangkan mama.
sementara itu, zero masih asik dengan leo, terus memeluknya, menciumnya, dan tampak senyuman tulus diwajahnya.
benar saja, keesokan harinya, semua bingung melihat tingkah zero..
"dokter... apa yang terjadi dengan anak saya?" tanya mama.
"seperti yang di katakan bapak, anak anda amnesia hanya bersifat sementara, akan tetapi... pagi ini, ketika kami kembali cek, kemungkinan putra anda memiliki gangguan dissosiative identity disorder atau DID atau nama lainnya kepribadian ganda... akan tetapi perlu diagnosis medis lebih lanjut, mengenai berapa banyak identitas dalam tubuhnya, apakah ia menyadari kepribadian yang lainnya, dan apakah hal itu merugikan tubuh asli atau tidak..." papar dokter.
papa dan mama yang baru mengetahui keadaan zero ini, diam seribu bahasa, dan bahkan tidak tau kalau anak yang mereka rawat selama ini memiliki penyakit seperti itu..
sementara dokter berbincang dengan orangtua zero, zero mulai bertingkah. layaknya anak kecil, ia bermanja-manja dengan zeus (aka leo), sedangkan mikha, ren, dan rui hanya duduk mengawasi.. tak satupun dari mereka angkat bicara, atau mengajak zero berbicara.
"hei, bukankah ini gawat?" bisik ren ke mikha, (kan anjingnya di unyel-unyel zero (btw, ini bahasa indonya apa ya? lupa.. mian...)).
"sunbae, kau tega mengambilnya disaat begini?" tanya mikha balik.
"sebenarnya, rui sudah agak curiga" sambungku jadi sok 'detektive'.
"tapi sebelum itu... boleh minta fotonya?" kataku ambil kesempatan dalam kesempitan..
"heh?" keduanya kaget dengan perkataannku.
"buat apa?" tanya mikha curiga.
"buat co.... ah maksudku, buat kenang-kenangan, kalau kak zero sudah kembali sehat dan seperti dulu lagi, kalian kan bisa minta imbalan atau manfaatin dengan bukti ini?" #devilmodeON.
"(berpikir sejenak, kemudian saling pandang)"
"Oke," jawab keduanya berbarengan.
"YES!" kataku dalam hati. kemudian mengambil ponselku, mengarahkan pose ke mereka lalu... >cekrak cekrek
sebenarnya mika dan ren, keduanya agak 'gimana' gitu, soalnya posenya itu lho... saling deketan, saling tatap, mikha diminta nyender ke bahu ren, menempelkan pipi., dan beberapa pose melodrama lainnya.
"sudah cukup. aku nggak mau lagi." kata mikha berontak...
"yahh... ya sudahlah, aku dah dapat cukup banyak"
"tapi awas ya, kalau ada berita miring tentang ini, lo siap-siap aja..." ancam mikha sambil dengan kode 'mata ke mata' kemudian mengarah membentuk garis ke lehernya.
"siap komandan! salut!"
ren mencoba angkat bicara...
"hai zero?.. gimana kabar?" tanya ren pada zero sambil mendekatinya.
".... siapa..."
"aku ren, aku teman mu, kau tidak ingat?"
"hmmm.... nggak, zero nggak punya teman, teman zero adalah zeus" mendengar jawaban itu, rui dan mikha, ikut bicara.
"hallo kak zero... aku rui, kakak inget kan?"
"hmm... rui?... rui-ku masih bayi.. kamu siapa? jangan ngaku-ngaku deh" ibarat batu, rui retak hancur mendengar ucapan zero.
"aku mikha... salam kenal.."
"ah... halo..."
"zero, menurutmu, sekarang kau umur berapa?" lanjut mikha.
"mmmm..... " menunjukkan 4 jarinya ke arah mikha.
saat itu, ternyata dokter, papa dan mama berdiri tidak jauh dari mereka, mendengar pembicaraan mereka... itu berarti, zero yang sekarang adalah zero ketika umur 4tahun.
"zero, maukah kau jadi temanku?" ajak mikha.
"kenapa?"
"hanya saja, aku ingin jadi temanmu..." kemudian dipotong rui... dikoreksi..
"aku juga mau jadi temanmu, kak ren juga... iya kan kak?"
"..m.. ya" ren mengangguk.
"... aku tidak butuh teman... aku hanya butuh zeus..." jawab zero ketus, lalu berlari berpindah tempat, dan diikuti oleh leo (aka zeus).
"kenapa? kamu nggak percaya dengan kami?" tanya ren.
"nggak mau... pokoknya nggak mau..."
"kalau boleh tau kenapa?" tanya mikha.
"mereka selalu membuliku, zeus jadi selalu melindungiku, aku tau zeus kesakitan jika kena pukul juga.. aku nggak mau menyakiti zeus lebih dari ini... bagiku, zeus adalah segalanya untukku.. aku bahkan sering dimarahi zerobi, karena selalu merepotkan zeus.."
mendengar ucapannya, semua orang disitu kaget., bagaimana kehidupan masa kecil yang disembunyikan zero dalam senyumannya itu.
mama dan papa pun tiba-tiba masuk dalam pembicaraan, dokter hanya mengawasi disampingnya.
"zero, kamu kenal mama dan papa kan?" tanya mama
"mmm..." sambil mengangguk.
"siapa itu zerobi?"
"... mm zerobi ya zerobi... dia kakak keren zero., dia selalu muncul saat zero membutuhkannya. dialah pengganti zero saat zeus dibuli" jawabnya kemudian memeluk leo (aka zeus).
"apa kau tau, ada berapa zero yang zero tau?" tanya mama.
".... mmm ntahlah, yang aku tau hanya zee, zerobi, dan zero,... kenapa mama mau tau?"
"lalu kenapa zero nggak pernah bilang ke mama soal ini?"
"zee yang selalu ambil alih... dia nggak banyak bicara, susah diajak bicara, bahkan dengan zero sekalipun,.. tapi ia selalu patuh dengan zerobi..."
"zero, bolehkah, papa dan mama memeluk zero?" kata papa tiba-tiba.
"mm.." jawab zero kemudian memeluk orangtuanya itu.. mama nggak bisa menahan air matanya... ia menangis dalam pelukan.
"zero... maukah zero berteman dengan mereka? papa bisa menjaminnya... mereka orang baik... dan zero... taukah zero... dia adalah rui, adik zero..." kata papa..
"kakak... ini rui..., coba lihat baik-baik..."
"mmm... memang mirip rui, tapi karena papa bilang dia rui, aku akan percaya..." kata zero kemudian.
"kakak.... aku sayang kakak.. jangan lupain rui ya kak..." kataku kemudian memeluknya.
"yosh yosh... kurasa kau beneran rui... sifat rui yang ini nggak berubah..." membelaiku.
"hehehe..."
"yaa... kapan giliran kita bicara.." potong mikha.
"aku nggak mau bicara dengan kalian! pergi sana!" balas zero kemudian bersembunyi di belakang mama dan papanya... untuk sejenak, terlihat senyum di bibir mama.
"tidak apa-apa kok zero, biar mama kenalin ya... ini mikha, mamanya mikha, tante marie itu teman kerja mama, dan dia..."
"nama saya ren tante, kebetulan saya adalah ketua OSIS, dan kebetulan juga, sebelum zero amnesia, kami berteman (atau lebih tepat, majikannya.. bisik ren dalam hati).."
"ya.. dia ren... percaya mama ya... mereka teman zero,.. mereka orang baik yang akan selalu ada buat zero..."
ketila mama bicara begitu dengan zero, ren dan mikha saling pandang, dan mereka pun gagal paham dengan ucapan mama,.. karena mereka sebenarnya punya maksud tersembunyi...
yang jelas adalah ren, dia adalah 'majikan' zero selama 3 bulan, tapi belum satu bulan, eh, terjadi hal seperti ini...
sedangkan mikha, belum diketahui apa motifnya mendekati zero.. padahal sebelumnyapun, mereka kan tidak begitu dekat walaupun sudah saling kenal karena hubungan mamanya.
dilain pihak, dokter PJ zero yang sudah cukup lama diruangan itu, sibuk dengan laporannya, ia menulis sesuatu, sebelum akhirnya ia meninggalkan ruangan itu.
~~intermezzo extra~~
hai hai hai.... waine desu....
waine lupa mengingatkan... untuk episode selanjutnya 'zeus' digantikan oleh 'leo'... jadi, nama leo yang sering muncul... sedangkan zero, karena masih meyakini leo itu zeus, dimatanya, leo adalah zeus... tapi waine tetap menulisnya 'leo'...
waine harap, para pembaca sekalian nggak bingung nantinya...
dan kalaupun ada yang masih kurang/gagal paham... bisa chat waine lewat kolom komentar ya... terimakasih dukungannya...
~~~~~~sembah sujud~~~~~~~~~