Prolog
“Polisi menjaga ketat gerbang masuk Happyland I. Pengunjung yang ingin masuk ke lokasi wisata tersebut diarahkan untuk menunda kunjungan. Namun banyak yang penasaran dan berhenti di jalan besar di depan lokasi. Kemacetan tidak dapat dihindarkan dan mengular hingga 1 kilometer lebih. Polisi dan beberapa organisasi gabungan tengah berupaya menguraikan kemacetan ini.
Sebagaimana kami laporkan sebelumnya, telah beredar di sosial media bahwa di lokasi wisata ini telah ditemukan jenazah karyawati yang gantung diri di gudang peralatan beberapa jam sebelum laporan ini dibuat. Banyak yang menduga itu adalah hoax. Namun polisi tetap perlu melakukan tindak lanjut berita yang meresahkan masyarakat tersebut.
Hingga saat ini, polisi masih melakukan penyelidikan dan pemeriksaan. Masyarakat harap bersikap bijaksana, dengan menghentikan penyebaran berita yang belum diketahui kebenarannya. Hindarkan pula berbagai spekulasi dan fitnah yang mengarah pada perpecahan dan perusakan nama baik oknum maupun institusi.”
Tulisan pada salah satu kanal berita online lokal, yang segera beredar dari satu akun sosial media ke akun lain. Penyebaran ini semakin massif di kalangan ibu-ibu yang umumnya tidak membaca dan menyaring berita terlebih dahulu, serta merasa puas bila berhasil menjadi yang pertama menyebar berita baru atau memberikan komentar yang mencengangkan. Suasana kian panas ketika muncul foto sepucuk surat yang konon ditulis oleh korban.
Maafkan aku, Mama, Papa, Teman-teman
Tidak ada lagi yang bisa kulakukan di sini. Seluruh hidupku sudah hancur karena ulah Ryan. Lebih baik aku mati saja.