Menyadari Perasaan

1414 Kata

Kalief masih menunduk, matanya tampak basah meski ia berusaha menahan. Kata-katanya tadi seolah menggema di udara, memenuhi ruang kamar yang kini terasa berat oleh emosi. Sabine hanya menatapnya tanpa suara. Ia bisa merasakan sesuatu bergetar di dalam dadanya, bukan rasa kasihan semata, tapi semacam dorongan yang tak bisa ia jelaskan. Ia tahu, seharusnya ia menjaga jarak. Tapi melihat Kalief yang begitu rapuh di hadapannya, dengan luka masa lalu yang begitu nyata, tiba-tiba saja tubuhnya bergerak tanpa perintah. “Kalief…” bisiknya lirih. Kalief menoleh perlahan, dan di saat itulah Sabine memeluknya. Gerakannya spontan, bukan rencana, bukan akting. Ia hanya membiarkan dirinya tenggelam dalam perasaan yang datang begitu saja, seolah hatinya mengambil alih sebelum pikirannya sempat menol

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN