Kalief menggeliat pelan ketika merasakan sesuatu yang berat menimpa kakinya dan sesuatu yang lain melilit erat di pinggangnya. Dengan pandangan yang masih buram, ia membuka mata, mencoba memahami situasi. Pandangan samar itu perlahan menangkap sosok seseorang di sisinya. Seseorang dengan rambut panjang berantakan menutupi sebagian wajahnya, napasnya lembut dan teratur, hangat menyapu kulit leher Kalief. Kalief menggaruk kepala, lalu menggosok matanya agar lebih jelas melihat dan sontak kedua matanya membulat lebar. Sabine. Gadis itu tertidur pulas di sisinya, dengan kaki kirinya melingkar di kakinya dan tangan kirinya memeluk pinggang Kalief seolah enggan lepas. Hembusan napas Sabine semakin terasa hangat di lehernya, membuat jantung Kalief berdetak tak karuan. “Ya Tuhan… kenapa bis

