Bab 5

1005 Kata
Sekujur tubuh Bintang merinding mendengarnya. Apa lagi sekarang wajah mereka begitu dekat, bahkan ia bisa merasakan napas Raka mengenai wajahnya. Tatapan mereka saling mengunci, perlahan Raka mendekatkan wajahnya, lalu mencium bibir Bintang dengan lembut."Kamu setuju dengan kesepakatan ini?" Wajah Bintang terasa panas."Bukankah aku nggak punya kekuatan untuk tidak setuju? iya, kan?" "Ya, gadis pintar! So, kamu milikku sekarang!" Raka melumat bibir Bintang,perlahan kedua tangan kekarnya memeluk pinggang gadis itu dan mengggendongnya. Debaran jantung yang semakin kencang, telinga dan wajah yang terasa panas, serta gelenyar di tubuh bercampur menjadi satu akibat ciuman Raka. Otak Bintang tak mampu lagi bekerja dengan semestinya, ia mulai terbawa suasana, kehangatan dan kenyamanan mulai dirasa. Raka membaringkan Bintang di atas tempat tidur, menciumi bibir gadis itu dengan lembut. Reaksi Bintang tidaklah begitu banyak, sebab ia hanyalah seorang gadis polos yang tidak tahu apa-apa. Ia diam membatu saat Raka mulai menyentuh titik-titik sensitifnya. Satu persatu pakaiannya dibuka. Malu, tentu saja itu yang dirasakan Bintang saat ini, tapi ia tak lagi punya pilihan, meski masih ada banyak jalan jika ia mau terus berusaha. "Ah, sayangku!"ucap Raka dengan mesra saat ia melihat tubuh Bintang tanpa busana."Kamu...begitu indah." Bintang menelan ludahnya, ia tidak tahu apa yang akan terjadi setelah ini. Tapi, sudah, ia sudah terlanjur ada di dalam skenario hidup ini. Ia harus tenang dan menjalani semuanya. Kini matanya terpejam, Raka mulai menghisap dadanya, memainkan lidah di puncaknya dengan begitu menggoda. Bintang mengigit bibirnya, perlahan tangannya bergerak memeluk tubuh Raka. Miliknya terasa dingin, cairan miliknya mengalir seiring dengan perlakuan Raka. Sekarang, Raka yang membuka pakaiannya sendiri. Hanya menyisakan celana dalam yang ketat. Bintang menatap tubuh pria itu, terlihat padat untuk pria seusianya, namun perutnya sedikit membuncit, tidak buncit sekali, masih bisa dikatakan sebagai pria seksi. Tiba-tiba saja, Raka membuka paha Bintang lebar-lebar. Bulu-bulu tipis milik wanita itu terlihat. Raka tersenyum sambil mengusap titik sensitif wanita itu. Dengan senang ia memainkannya hingga Bintang berteriak. Semakin Bintang berteriak, ia semakin bersemangat melakukannya. Bintang membersihkan dirinya dengan wajah merah, setelah itu meneguk air mineral dengan cepat agar rasanya tidak begitu aneh. Ini adalah pengalaman pertamanya dalam urusan ranjang, bersama seorang Sugar Daddy. Setelah itu, Raka muncul hanya mengenakan handuk yang melingkar di pinggangnya. "Ini sudah malam, kita tidur yuk!" Ajakan itu sungguh membuat Bintang merinding, apa lagi sekarang Raka naik ke tempat tidur dan berbaring. Ia menarik tubuh Bintang dan memeluknya dengan erat. "Terima kasih, sayang,"bisiknya mesra. Setelah itu, tak ada lagi suara yang keluar dari mulut Raka selain embusan napas teratur. Bintang menghela napas lega. Sepertinya ia juga harus tidur, besok ia harus bangun pagi lalu pergi dari sini dan melanjutkan pekerjaannya. Setidaknya masalahnya sudah berkurang untuk saat ini, semua itu karena kehadiran Raka.   **   Bintang terbangun dengan kepala nyut-nyutan. Dilihatnya Raka sudah tidak ada di sebelahnya. Ia terkejut setengah mati. Jangan-jangan pria itu hanya membohonginya, mengajaknya berkencan, lalu pergi begitu saja. Ia melihat jam sudah menunjukkan pukul sepuluh, sudah cukup siang dan ia tidak bekerja. Bintang panik karena ia terlambat, kemudian ia turun dari tempat tidur, tapi sayangnya ia tak menemukan pakaiannya di sudut mana pun. Di tengah-tengah kepanikannya, ia melihat catatan di atas nakas. Ia segera membaca pesan yang tercantum di sana.   Aku sudah berangkat bekerja. Hari ini kamu di apartmenku saja, nanti aku pulang cepat, jangan khawatirkan soal kerjaanmu, semuanya sudah aku urus. Ini, aku berikan kamu hape baru, tolong dipakai. Ini juga ada kartu debitku, sementara kamu pakai itu. Kamu bisa pakai sepuasnya. Raka.   Bintang meraih sebuah kartu bewarna hitam di sebelah catatan tadi, dan juga sebuah kotak ponsel keluaran terbaru. Meski Bintang tidak pernah memiliki ponsel itu, tapi ia tahu ini bukanlah barang murahan, harganya bisa mencapai delapan digit uang rupiah.  Bintang menimang benda itu dengan tangan gemetaran, ia membuka, lalu mengaktifkannya. Ia tersenyum tipis, senang sekaligus khawatir. Perasaannya berkecamuk, ia mulai menerima barang-barang mewah dari seorang Sugar Daddy. Ia meletakkan ponselnya, kemudian pergi ke toilet untuk mandi. Bintang melintasi walk in closet, ia melihat beberapa paper bag di atas lemari kecil yang ternyata bertuliskan "untuk Bintang". Wanita itu penasaran dan mengambil isinya. Ia hampir saja menganga, pakaian-pakaian mahal, jadi Raka sudah menyiapkan pakaian untuknya. Bintang menempelkan salah satunya ke pipi, terasa begitu lembut. Perlahan senyum tersungging di bibir, ia segera mandi dan tak sabar memakai pakaian-pakaian mahal tersebut. Ternyata begini enaknya kalau punya uang banyak,pikir Bintang sambil melihat dirinya di depan cermin. Kemudian ponselnya berbunyi, pasti dari Raka pikirnya. "Halo..." Bintang menjawab dengan ragu-ragu. Jantungnya juga berdebar kencang mengingat kejadian semalam. "Bee,"panggil Raka. "Bee?" Bintang mengerutkan keningnya. "Iya, kamu, Bee...aku akan memanggil kamu Bee, sekarang. Sedang apa?"tanya pria itu sambil menandatangani salah satu dokumen yang sudah selesai ia pelajari. "Selesai mandi, soalnya aku baru bangun. Maaf." Bintang hanya bisa meringis, ia tidak tahu bagaimana caranya bicara dengan pria yang memberinya banyak uang. Haruskah ia berbicara lembut dan menggoda seperti wanita pada umumnya. "Tidak apa-apa. Pesan saja makan siangmu ya. Aku baru bisa menemuimu setelah jam makan siang, setelah itu kita ke apartemenmu!"kata Raka cepat. "Apartemenku?" "Iya, aku sudah membeli apartemen untuk kamu tinggal nanti. Setelah itu kita berbelanja keperluan-keperluan kamu. Kamu sudah menjadi bagian dari diriku, jadi...kamu harus benar-benar terlihat sebagai wanita, Bee." "Ah...iya, baiklah, terima kasih untuk itu, Ka. Aku nggak tahu harus bicara apa. Terima kasih,"jawab Bintang dengan wajah merona. "Tentu, apa pun itu untukmu, Bee...ingatlah bahwa aku akan memberikan yang terbaik untukmu. Dan...begitu juga dirimu, berikan yang terbaik untukku." "Aku akan...berusaha,"jawab Bintang dengan gugup. "Aku tutup ya, sampai ketemu nanti." Raka memutus sambungannya. Bintang mematung di tempat, menatap layar ponselnya tak percaya. Ia masih mengira ini semua adalah mimpi. Ternyata, ini tak seburuk dengan apa yang ia pikirkan sebelumnya. Semalam, Raka menelanjangi dirinya, menyentuh setiap inchi tubuhnya. Ia juga meninggalkan bercak-bercak merah di beberapa titik. Tapi, pria itu tidak mengambil mahkota Bintang. Entah kenapa, mungkin ia merasa Bintang masih belum siap. Ia tidak ingin Bintang menjadi kabur karena ketakutan. Bintang kembali menatap dirinya di depan cermin, ia harus terlihat cantik mulai saat ini, memberikan yang terbaik untuk Raka. Perutnya tiba-tiba saja keroncongan, membuat ia harus menginstal aplikasi untuk memesan makanan. Setelah itu, entah kenapa hatinya terasa begitu lega.  
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN