8|| BAN BOCOR

807 Kata
"Benar-benar anjing nih si Dafa, dia pikir dia siapa? Ngancem-ngancem kita!" ujar Leo tersungut emosi. "Yang seperti itu, gue nggk habis pikir deh sama tuh anak. Nggk ada kapoknya!" Danu ikut emosi. "Ram, apa lo mau nerima tantangan Dafa?" Septian bertanya dengan santai menatap Rama yang tengah duduk dengan pandangan lurus ke depan. Rama tersenyum sinis. "Dalam kamu gue, nggk ada yang namanya menolak tantangan. Apalagi tantangan dari musuh" Rama tersenyum devil. "Tapi lo harus hati-hati Ram, Dafa itu Licik." ujar Melvin, yang di angguki oleh Danu. "Gue udah tau, soal itu. Kita harus lebih licik dari dia." ucap Rama dengan angkuhnya. "Ya udah ayo cabut," ajak Melvin antusias. Dan mereka pergi meninggal kan base campnya. Malam Ini, Dafa dan teman-temannya menantang Rama untuk balapan. Dafa adalah 'mantan teman' dari Rama, Leo, Septian, Danu dan juga Melvin. Mereka berteman sejak SMP tapi ada satu hal yang membuat Dafa memecah diri dan membuat geng baru. Sekarang mereka merupakan musuh abadi. Rama menajamkan matanya kala melihat seorang perempuan dengan rambut di kepang dua tengah berjalan di trotoar. Rama paham siapa perempuan itu, perempuan yang mengecapnya sebagai kardus Indomie. Tak lama ia melihat seorang lelaki perempuan itu. Mereka berbincang, dan si perempuan itu naik keatas motor orang tersebut. Rama terdiam, lalu ia menambah kecepatan motornya dan melesat menyusul ke empat sahabatnya. **** "Tante antar saja ya Ra, takut kamu kenapa-napa di jalan." ujar Ina yang sedang menuangkan s**u di dalam gelas. "Nggak usah tante kan ini juga masih pagi, Rara juga udah hafal kok jalannya." ujar Rara seraya menyuapkan nasi goreng kedalam mulutnya. Ina menghembuskan nafasnya perlahan. "Ya sudah, hati-hati ya Ra. Kalau ada apa-apa kabari Tante." balas Ina, Rara menganggukan kepalanya. "Iya tan," Rara terseyum manis kearah Ina. Hari ini Rara berangkat sendiri, karna Oliv sudah berangkat sejak tadi. Oliv harus mengambil buku PR yang tertinggal di laci mejanya. "Tan Rara berangkat dulu ya, Assalamualaikum." Rara mencium punggung tangan Ina. "Iya hati-hati sayang. Bener kamu nggk mau di anter?" tanya Ina sekali lagi. "Nggak usah tente," Rara pun pergi menuju halte yang tak jauh kediamannya. Sampai di depan halte seperti biasa ia duduk sembari menunggu Bus lewat. Sebuah bus berhenti di depannya. Rara pun masuk kedalam Bus tersebut. Bus yang menurutnya tidak terlalu ramai. Tidak ada setengah perjalanan. Bus tersebut berhenti. "Loh kenapa berhenti?" gumam Rara menatap sekita. Banyak sekali penumpang yang bertanya-tanya. "Ada apa ya pak?" seorang perempuan berseragam smp bertanya kepada kondektur. "Anu dik, bannya bocor," kata kondektur. "Ya gimana pak udah mau jam 7 ini saya bisa telat lah." perempuan itu mendesah kecewa. Rara melirik jam tangannya benar sekarang sudah jam hampir jam 7 bagaimana ini? Ada waktu 20 menit sebelum gerbang sekolah ditutup. Rara menyerahkan uang lima ribuan ke kondektur itu lalu, ia turun dari bus untuk berjalan kaki. Sekolah masih jauh keringat nya terus bercucuran, perempuan itu berjalan dengan cepat. Hinga sebuah motor berhenti di samping nya. "Naik," seseorang dari balik helem memerintah. "Tap-" "Lo mau telat? 10 menit lagi gerbang di tutup. Dan gue pasti-" "Oke-oke gue ikut lo, " kini Rara yang memotong ucapan lelaki tersebut. **** Rara turun dari motor milik Rama. Semua pasang menatap Rara dan Rama. Terdengar juga bisikan-bisikan yang membuat Rara mendumal kesal. Rara berbalik ia pergi meninggalkan Rama, tanpa ucapan terimakasih. Sementara Rama menatap Rara kesal, perempuan itu sungguh sangat menyebalkan bukan. Rara berjalan di koridor utama SMA 17 BANDUNG. Telinganya merasakan panas saat mendengar bisik-bisik dari siswi-siswi yang menatapnya tidaksuka. 'Gue bilang juga apa? dia itu cuma mau narik perhatian si Rama dong.' 'Iya nggak nyangka gue, padahal nih ya mukanya cantik tapi kelakuan licik.' 'So, covernya aja yang bagus!' 'Tau dasar b***h!' Masih banyak lagi u*****n-umapatan yang di dengar oleh Rara, Rara tak memusingkan hal itu. Ia memilih berjalan dengan tangan yang memengang tali tas ransel. Berusaha untuk cuek dan biasa saja. **** "Jadi benar? Gosip yqng beredar. Lo berangkat bareng Rama?" wajah Rara terlihat kesal. Entah berapa kali Jasmin menanyakan hal itu kepada Rara. "Min lo tanya itu mulu, otak lo nggak geser kan?" Indut yang sedang memakan anaknya, merasa kesal dengan Jasmin. "Tau! Lo nggk lait muka Rara udah kesel sama lo," tukas Oliv merebut Cemilan milik Indut. "Liv jajan gue itu!" Indut menarik bungkus snack miliknya. "Ya elah, ndut minta atuh." pinta Oliv menggerutu sebal. "Demi Jaka Tingkir dan Mak Lampir, gue benci hari ini!" seru Rara meninggalkan, para sahabatnya yang menatap bingung kearah Rara. "Emang Jaka Tingkir temenan sama Mak Lampir ya?" tanya Indut menatap Jasmin dan Oliv. "Tau, udah pacaran kali!" balas Jasmin asal. "Kalau gitu selera Jaka Tingkir turun dong?" tanya Indut menerka-nerka. "Guys, kenapa jadi bahas Jaka Tingkir dan Mak Lampir?" tanya Oliv yang sedari tadi diam. Sembari mengunyah snack yang ada di dalam mulutnya. "Ternyata diam-diam lo makan snack gue Liv!" seru Indut melipat bibirnya. "Kabur!" teriak Oliv lalu pergi berlari meninggalkan Jasmin dan juga Indut. ****
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN