Langit sore Semarang menguning pucat, awan bergelayut berat seperti menahan hujan yang tak kunjung jatuh. Di jalanan, Ryan menancap gas mobilnya, wajahnya letih, matanya merah, namun tekadnya tak padam. Hampir seharian penuh ia mondar-mandir dari satu apotek ke apotek lain. Semua nyaris sama jawabannya: “Stok infus habis, Pak.” “Obat itu sudah langka sejak dua minggu lalu.” “Kami belum dapat kiriman dari distributor.” Ryan mengetukkan jari di setir, d**a sesak. Tuhan, kenapa harus serumit ini? Mereka di rumah butuh pertolongan cepat. Kalau aku terlambat sedikit saja… Ponselnya berkali-kali digenggam, ingin menelpon sahabatnya, Dokter Ria. Tapi ia tahu, Ria sedang ada rapat penting di Jakarta. Ryan tak punya pilihan selain berjuang sendiri. Akhirnya, menjelang sore, ia berhasil mendap

