Chapter 49 : Bukan Hanya Kenangan

1635 Kata

Sore itu, Semarang seperti tak peduli pada badai yang mengaduk-aduk hati Dewi Kurniasih. Lalu lintas tetap ramai, orang-orang tetap berjalan, pedagang kaki lima tetap berteriak menawarkan dagangan. Tapi bagi Dewi, dunia seakan hanya menampilkan satu warna: kelabu. Hari-hari terakhir terasa seperti mimpi buruk yang menolak selesai. Lamaran itu berlangsung sederhana di rumahnya, dengan wajah-wajah keluarganya yang tampak lega seolah beban telah terangkat. Sang kakak, dengan suara mantap, menyebut nama pria yang bahkan tak pernah Dewi kenal sebelumnya. Teman kakaknya. Seorang yang asing, yang tiba-tiba dijodohkan padanya seperti ia tak punya kehendak. Dewi masih bisa mengingat jelas bagaimana wajah ibunya menunduk, mencoba tak menatap matanya, seakan diam itu adalah bentuk kasih sayang. Pad

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN