Brian pov
Gua sampe dirumah dan langsung masuk rumah. Kok rame banget sih rumah gua? Ada apaan emang? Saat diruang tamu gua lihat banyak temen mama, gua putusin buat ganti baju dulu. Abis itu gua turun.
"Brian.." panggil mama, gua menghampiri mama dengan muka datar
"Ini kenalin temen temen gua, kita lagi arisan" ujar mama. Gua hanya menatap temen mama dengan pandangan datar
"Brian" gua mengenalkan nama gua dengan singkat. Selanjutnya gua kenalan sama temen temen mama.
"Nah ini putri.. cantik kan?" Gua menatap kearah cewek yang lagi tersenyum lebar ke gua
"Hmm" dehem gua
"Kok cuman 'hmm' doang sih? Kak putri kan cantik" tiba tiba adek gua yaitu naya langsung duduk disebelah mama
"Iya cantik" ujar gua tajam, dia terkikik geli. Cantikan juga bu ketua
"Lo ksatria kan?" Tanya putri, gua mengangguk sekilas.
"Oh iya ma, ini ada surat panggilan dari sekolah buat lo" gua menyerahkan surat panggilan tadi
"Oh yaudah, besok gua dateng deh" jawab mama cuek.
"Kak putri orangnya gimana menurut lo?" Tiba tiba naya udah duduk disebelah gua
"Gak tau lah, kenal aja gak. Yang gua tau kalo dia cewek" jawab gua asal
"Njir.. gua juga tau kalo itu mah. Dia cantik gak?" Gua cuman mengangguk. Dia emang cantik tapi cantikan bu ketua
"Cocok kok sama lo" gua menatapnya tajam. Keluarga gua gak tau kalo gua itu punya pacar, soalnya bu ketua kan baru sampe indonesia.
Ting tong ting tong
Gua bisa denger suara suara yang sangat gua kenal. Sepupu sepupu gua.
"Brian!!!" Cuman satu orang yang teriak kayak orang gila gitu, mika.
"Berisik" ketus gua
"Haii kak brian" dia anisa, umurnya sama kayak naya, 13 tahun.
"Woii bri" dia aldo.
"Hmm"
"Brian, lo ajak dulu si putri ini keliling rumah" gua tau lo cuman modus ma
"Ajak anisa, naya, aldo sama mika juga lah" kata gua. Mama mengangguk pasrah. Akhirnya kita berenam ngelilingin rumah gua, si putri itu orangnya lumayan asik sih. Akhirnya sekitar setengah jam kita balik lagi keruang tamu.
"Brian?"
"Apa ma" tanya gua
"Putri gimana? Cocok kan sama kamu?"
Uhuk--uhuk
Gua terbatuk. Perasaan gua gak enak banget. Tanpa mama bilang, gua juga tau kalo mau dijodohin sama putri. Kan setan.
"Brian gak mau dijodohin ma!" Kata gua tegas
"Tapi lo itu belom punya pacar, padahal udah umur segini. Jangan jangan lo homo lagi" gua memejamkan mata.
"Brian.gak.mau.dijodohin." tekan gua membuat mama terdiam
"Tapi bri.. mending kalian ngobrol ngobrol dulu deh di luar siapa tau kalian cocok kan. Bareng sepupu lo juga sana" belom gua jawab tapi udah ada bell
Ting tong ting tong
Siapa lagi yang dateng?
Tiba tiba gua liat diamond dan ksatria dateng membuat naya, anisa, mika, aldo dan putri berteriak histeris
"Ksatria!! Kalian ganteng banget"
"Kak diamond cantik cantik banget sih"kata anisa sama naya. Tapi gua liat ada yang ganjil, kemana bu ketua. Dan kenapa tatapan diamond tajam banget ke gua.
Plak
Gua menganga melihat intan nampar gua dengan keras. Baru aja gua mau marah tapi--
"LO KEMANA SETAN?! HP LO MANA?!!" Teriaknya marah, gua tertegun
"Hp gua tinggalin di ruang tamu, gua tadi nganterin putri jalan jalan keliling rumah"
"b*****t LO!" Maki tiara murka, gua menatap mereka tajam.
Plak
"Gua gak peduli kalo lo mau ngancem gua atau apapun, gua gak peduli. Yang gua peduliin lo kemana aja.. njirr!" Kata nabila setelah menampar gua
"KALIAN APA APAAN SIH!!" Teriak gua marah. Davin mendekat kearah gua
"Bu.ketua.kecelakaan" bisiknya ditelinga gua sambil menekankan kata katanya.
Tarr
Gelas yang lagi gua pegang langsung pecah, darah langsung bercucuran ditangan gua. Yap.. gua meremukan gelas itu.
"b******k! Gak usah becanda njir" kata gua marah. Mereka menatap gua dengan tatapan serius. Jadi-- mereka beneran. Bu.. bu ketua kecelakaan? Gak gak mungkin.
"Kak.. tangan lo" ujar naya histeris ingin membersihkan tangan gua. Tapi gua langsung menatapnya tajam
"Gua gpp" kata gua singkat dan menatap diamond dan ksatria.
"Gua gak peduli" gua tersenyum miring
"Lo b******n brian!!!" Teriak diamond bersamaan.
"Pak bos b******k!" Maki ksatria membuat gua terdiam
"Sumpah.. lelucon kalian gak lucu. Udah lah cari lelucon lain aja" jawab gua santai
"Lo bener bener keras kepala ya. Cek hp lo!" Teriak mereka. Gua mengecek hp dan ada satu pesan dari peter.
Peter: crystal kecelakaan. Lagi di UGD
"Kalian bercanda kan? Mau ngerjain gua? Mending kalian pergi deh" Tanya gua. Mereka menatap gua dengan tatapan tak percaya
"Hiks.. hiks.. lo jahat... lo jahat pak bos.. hiks" tiara nangis, membuat gua mematung. Mata mereka sekarang merah semua. Ini becanda kan?! Tapi--
"s**t!" Gua langsung menatap kearah mama dengan tatapan marah.
"Ini semua karena mama! Kalo aja mama gak nyuruh gua nemenin putri. Ini semua gak akan kayak gini!" Teriak gua membara, mama menatap gua bingung
"Lo kenapa sih?" Tanya nya
"Kak..." naya memanggil gua. Gua langsung pergi kerumah sakit dengan naya, aldo, mika dan nisa. Sementara mama dan papa nyusul bareng putri. Diamond dan ksatria dibelakang mobil gua.
"Kak kita mau kemana?" Tanya naya, tetep gua hirauin
"Lo jangan bawa kebut kebut dong" ujar aldo protes
"Gua gak mau mati"
"DIAM!" Teriak gua. Mereka langsung diam. Sesampainya dirumah sakit, gua langsung berlari kearah UGD.
"Itu peter, charlote, jo sama steven kan? Artis itu? Mereka disini?! Kita ketempat mereka dong. Mau foto" ujar mika
"Tapi liat dong, banyak bodyguardnya" ujar aldo. Gua melangkahkan kakinya menuju peter
"Kak kita beneran kesana? Beneran kak? Wahh pasti seru ketemu artis" ujar naya. Gua menatap bodyguard itu dengan tajam, mereka menyingkir dan membiarkan kita masuk.
"Peter.." panggil gua, dia menoleh dengan mata bengkak membuat naya, aldo, anisa dan putri memekik.
"Bri.. di-dia.. hiks" dia menangis lagi membuat gua yakin kalo ini emang beneran. Peter memeluk charlote dan menangis, charlote pun ikut menangis. Gua memasang wajah datar walaupun gua yakin mata gua memanas. Tiba tiba gua liat tante rebeca dan om robert keluar dari ruang dokter.
"Gimana?" Tanya peter cepat, gua tau dia khawatir banget. Secara bu ketua itu kembarannya
"Gak terlalu buruk sih kondisinya, tapi dia belom bangun" ujar tante rebeca santai, tapi gua tau kalo dia gelisah. Keliatan dari matanya yang membengkak.
"Udah bisa dijenguk?" Tanya gua
"Belom. Besok baru bisa dijenguk. Lo pulang dulu aja, besok kesini lagi" ujar om robert, tapi gua mau nunggu disini
"Bisa gak sekali aja lo gak keras kepala? Hari ini lo pulang dulu istirahat. Besok lo boleh jagain dia seharian penuh" tambah tante rebeca, karena gua tau ini suasana lagi gak mendukung buat ngelawan kata kata tante rebeca sama om robert, gua putusin buat pulang.
Sebelum pulang, gua menghampiri peter yang masih terlihat sedih walaupun gak nangis lagi.
"Gua tau lo sedih banget, tapi lo harus jaga kesehatan juga. Lo itu orang yang paling deket sama dia, dia pasti gak mau liat lo kayak gini" ujar gua ke dia. Peter menatap gua dan memeluk gua sekilas
"Gua... takut kehilangan dia. Gua.. gak mau untuk kedua kalinya kehilangan dia. Gua gak mau kejadian dulu keulang lagi. Gua gak siap kehilangan dia" bisik peter yang entah kenapa membuat hati gua nyeri. Maksudnya apa? Karena perkataan peter, air mata gua akhirnya meluncur juga saat gua melepas pelukannya.
"Dia.. kuat. Gua yakin itu" kata gua lirih dan tersenyum. Dia agak kaget tapi dia bales senyum itu. Sumpah kita kayak orang pacaran aja!
"Gua tau" jawabnya pelan
"Gua pulang dulu" gua menepuk pundaknya. Baru aja gua mau pergi tapi dia nahan tangan gua.
"Jangan sakitin dia sedikit pun. Gua orang pertama yang akan nyari lo dan ngehajar lo" ujar dia membuat gua tertawa, semua orang memandang gua heran.
"Gua gak akan nyakitin dia, promise!" kata gua tegas
"Thanks"
"Gak usah bilang makasih. Seharusnya gua yang bilang makasih sama lo, lo baik banget mau jagain crystal selama di amerika" kata gua becanda
"SETAN LO YA! Dia kembaran gua njir.. masa gak gua jagain" kata peter tapi tak urung dia tertawa juga.
"Gua charlote, pacarnya peter" ujar seorang perempuan cantik, kayaknya dia model
"Brian"
"Gua jo. Crystal manggil gua sih abang ke dua, haha" ujar jo
"Gua stev, crystal manggil gua abang ke tiga. Lo brian kan?" Tebak setv, gua mengangguk
"Iya, gua brian"
"Lo ganteng" gua melotot kearah jo
"Anjir.. gua bukan gay!" Kata gua horor memandangnya, dia malah ketawa
Kan setan.
"Gua tau. Gua cuman muji lo kali"
"Yaudah deh, gua balik dulu" pamit gua.
"Kak brian, tunggu dong. Gua mau foto sama mereka berempat dulu" gua melotot kearah naya
"Mau foto dengan keadaan mereka yang abis nangis? Gak deh. Besok besok aja" kata gua
"Janji ya besok besok"
"Iya, besok deh lo ikut gua lagi kesini" kata gua
"Yeayy!!" Dasar bocah
"Oh iya tan, om. Jangan sekali sekali lo bawa dia ke amerika pas gua gak ada. Kalo sampe kejadian, maka siap siap aja rumah lo gua bakar" kata gua tajam membuat peter, om robert dan tante rebeca melotot
"Anjir... lo sadis amat"
"Kok gua ragu ya sama lo, salah sedikit nanti anak gua dibakar lagi" gua melotot mendengarnya
"Gak dia juga yang gua bakar om. Oh iya, maksud peter yang gak mau kehilangan dia untuk kedua kalinya itu apa ya?" Tanya gua penasaran
"Huft.. crystal pernah mengalami hal yang sama. Tapi nyawa dia nyaris gak ketolong waktu itu, makanya peter sedih banget. Dia takut kejadian yang dulu terjadi lagi. Soalnya benturan dikepala crystal kenceng banget, kalo kebentur lagi.. yang ditakutkan adalah, dia gak bisa selamat" jelas tante rebeca membuat gua mematung dan menatap peter.
Dia gak kuat.
"A..apa?" Tanya gua tercekat, tubuh gua bergetar. Dan
Tes
Satu air mata menetes disusul air mata lainnya. Gak boleh terjadi, gak boleh.
"Lo pulang sana, istirahat. Lo harus suport dia" gua mengangguk dan menyerahkan kunci mobil ke aldo. Kalo gua yang bawa, gua gak tau nasib kita nanti kayak mana.
Satu yang gua tau, crystal gak bener bener kuat. Tapi gak tau kenapa, gua ngerasa dia pasti bisa ngelewatin ini semua.