Hopeless

1008 Kata
*Bab 20* “Dam, kamu dimana? Jadi ngga jemput aku?” Jessica sibuk merapikan isi tasnya dan menyiapkan beberapa barang yang akan ia bawa untuk casting hari ini. “Aku udah dibawah.” Jessica bergegas turun dari kamarnya yang berada di lantai 2. Tepatnya, kamarnya berada di seberang kamar Clarita. Jessica keluar dari rumahnya dan melihat Damian tengah duduk manis di dalam mobilnya. “Ayo, kamu ngga mau terlambat, kan?” Jessica agak berlari mengahmpiri mobil Damian, ia pun masuk kedalam dan meletakan beberapa barang dan tasnya di kursi belakang. “Udah siap?” tanya Damian menatap Jessica. Wanita itu menarik nafas sesaat dan membuangnya cepat. “Udah, kok. Walaupun masih ada perasaan gugup. Takut ngga lolos lagi.” Jessica memang agak ragu jika ia akan gagal lagi.  Tapi jiwa semangatnya terus membara tanpa henti, Jessica bukan tipe perempuan yang menyerah, selama ini yang menjadi cerminan bagi dirinya adalah Clarita. Kesuksesan kakaknya menjadi cambuk tersendiri baginya, dia begitu hebat dalam memainkan drama, hanya saja entah kenapa dia selalu gagal casting. Beberapa temannya selalu menyarankannya untuk menyerah, bahkan tak jarang beberapa mengatakan karena wajahnya yang tidak secantik Clarita, apa yang diucapkan oleh temannya, berkebalikan dengan ucapan Clarita bahwa dia lebih cantik. Damian selalu meyakinkan Jessica bahwa Drama bukan hanya soal kecantikan, tapi juga skill dan kemampuan. Terutama terkait dengan kekuatan ekspresi dan hapalan. Terkadang Damian juga tidak mudah menghapalkan puluhan lembar naskah yang harus dia hapal. Tapi melihat tekad dan niat dari Jessica, Damian yakin bahwa gadis itu pasti bisa menyusul cita-citanya, dia pasti bisa sukses menjadi seorang artis terkenal. Sikapnya yang blak-blak an mampu menarik hati Damian, ada sesuatu yang berbeda dari Jessica dari perempuan lainnya. Dia gigih, kuat dan mandiri. Meski terlahir dari keluarga yang serba lebih dari cukup, tapi dia mau meniti karirnya sendiri “Udah, jangan dipikirin lagi. Aku yakin kamu pasti lolos, kan kita udah belajar selama 2 bulan lebih. Semangat, ya.” Damian mengelus lembut rambut hitam milik Jessica. Ada ketenangan yang ia rasaka dari elusan yang diberikan Damian padanya, wanita itu tersenyum hangat kepada Damian. “Oke, kita berangkat ya.” Damian mulai menyalakan mesin mobilnya dan perlahan meninggalkan kediaman Harington. Tak butuh waktu lama untuk mereka dua tiba di lokasi casting, waktu yang ditempuh hanya sekitar 15 menit dari rumah Jessica. Wanita itu bersiap untuk keluar dari mobil, namun ia ditahan oleh Damian. “Ada apa?” “Semangat ya, aku nunggu kamu disini aja.” Jessica hanya mengangguk dan keluar dari mobil, perasaannya kini sudah tak menentu. Apalagi sikap manis yang diberikan Damian padanya mampu membuat hati Jessica tergoncang. Wanita itu bergegas masuk ke ruang ganti, disana ia menghapal semua yang dialog yang ada dalam naskah sambil menghadap cermin. Ada kemajuan dalam dirinya, ia mampu menghapalnya dengan baik, dengan ekspresi yang tak kalah baik dari sebelumnya. Sambil menunggu namanya dipanggil, ia berbalasan pesan dengan Damian. Cukup bosan baginya menunggu namanya dipanggil, jadilan ia menghubungi Damian melalui pesan pribadi. Ia sangat senang Damian mau menemaninya untuk ikut casting, ia merasa Damian adalah kekasihnya sendiri. Tapi ia sadar, dirinya hanya seorang murid dimata Damian. “Jessica Harington.” Merasa namanya terpanggil, ia pun bergegas merapikan penampilannya dan meletakkan ponselnya, Jessica pun sembat memberi tahu Damian bahwa sekarang gilirannya. Wanita itu melangkah dengan pasti menuju area panggung, disana ia melihat 4 juri yang ia sangat kenal, karena mereka sering muncul di beberapa acara televisi. “Silakan, perkenalkan nama kamu,” ucap salah satu juri. Jessica membuang nafas perlahan dan memejamkan matanya sebentar, ia pun mengulas senyum terbaiknya kepada para juri. “Nama saya Jessica Harington, tapi bisa di panggil Jessica saja. Usia saya 24 tahun.” “Jadi kamu adiknya Clarita Harington?” Jessica mengangguk. “Iya, Clarita Harington adalah kakak kandung saya. Tetapi saya harap jangan karena saya adiknya membuat para juri tidak menilai kemampuan saya, saya ingin lolos karena kemampuan dan keahlian saya.” Para juri mengangguk dan merasa agak terpukau dengan perkataan Jessica. “Baik, silakan tampilkan kemampuan yang kamu punya.” **** “Stev, kamu mau ngga ngajak Aileen kerumah aku, aku mau meyakinkan ibu sama ayah.” Clarita sekarang berada di sebuah cafe bersama Stevano, keduanya tengah membahas restu dari orang tua Clarita. “Tapi, kamu yakin dengan ngajak Aileen kesana bikin mereka setuju.” Clarita mengangguk dengan pasti. “Aku yakin, dengan sikap tulus Aileen, mereka pasti merestui hubungan kita.” Stevano terdiam, ia paham dengan ketakutan kedua orang tua Clarita. Tetapi kali ini ia benar-benar ingin serius bersama Clarita dan ia tak mau ada perceraian lagi. “Oke, hari sabtu aja ya aku ajak Aileen kerumah kamu.” “Iya, kamu kabarin aku aja nanti, biar aku kasih tau ibu dan ayah.” **** Damian sibuk memainkan ponselnya, ia sedang memainkan game online yang sedang tren sekarang. Tanpa ia sadari, Jessica telah selesai dari audisi castingnya. Tok tok tok Damian terkejut dan melihat Jessica melalui kaca mobilnya, dengan segera ia membuka kaca mobilnya tersebut. “Udah selesai?” tanyanya. “Udah.” Jessica tersenyum sangat cantik kali ini. “Hasilnya?” “Kamu keluar dulu.” Damian mengikuti kemauan Jessica, pria itu keluar dari mobilnya. Secara tiba-tiba, Jessica memeluknya kegirangan. “Aku lolos Damian, aku lolos,” girangnya sambil berjingkrak-jingkrang dalam pelukan Damian. Damian terbelalak dan melepaskan pelukan Jessica. “Benarkah?” Jessica mengangguk dengan antusias. Damian kembali memeluknya, pria itu ikut senang. Akhirnya wanita yang ia sukai selama ini lolos dan impiannya akan tercapai. “Aku mau kasih hadiah buat kamu karena kamu udah lolos.” “Hadiah? Apa itu?” “Ayo, masuk mobil. Aku bakalan kasih tau kamu tempatnya.” Jessica dan Damian masuk kedalam mobil, Damian melajukan mobilnya menuju sebuah restoran. Setibanya disana, Jessica melihat pemandangan yang cantik nan romantis. Sebuah panggung kecil dihiasi dengan berbagai macam bunga berwarna merah dan pink, lampu bergantungan berwarna kuning keemasan. Damian memintanya untuk berdiri diatas panggung tersebut, Jessica terpukau sampai-sampai ia tak menyadari jika Damian berada di belakangnya. Ia pun berbalik dan melihat Damian berada didepannya saat ini. Pria itu tersenyum dan meraih kedua tangan Jessica. “Jess, aku ingin jujur satu hal sama kamu. Sebenarnya selama ini, aku menyukaimu dari sejak aku mengajarimu, 2 bulan lebih aku menyimpan perasaan ini. Aku merasa ini waktu yang tepat. Kamu mau jadi pacar aku?” Jessica terkejut dengan pernyataan Damian, ia tak menyangka jika Damian memiliki perasaan yang sama terhadapnya. “Iya, aku mau. Aku juga selama ini menyukaimu, bukan suka sebagai penggemar. Tetapi suka sebagai wanita yang menyukai pria biasa.” Damian tersenyum bahagia, pernyataan cintanya diterima oleh Jessica. Ia memeluk wanita itu dengan perasaan yang luar biasa bahagia. “Aku mencintaimu, Jessica Harington.” “Aku juga mencintaimu, Damian Alvaro.” Keduanya hanyut dalam suasana romantis di tempat itu, alunan musik dari para pemain band di tempat itu ikut andil membangkitkan suasana romantis ditempat itu.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN