Pusing

915 Kata
*Bab 19* Akhir-akhir ini Robert agak pusing memikirkan anak-anaknya yang masih saja belum menikah, dan sekalinya mendapatkan kekasih malah yang diluar dugaannya dan Anne. "Sayang, kamu mikirin apa?" Anne menghampiri suaminya yang berada di balkon kamar mereka dengan menikmati secangkir kopinya, terlihat jelas Robert tengah stress dan menimbulkan tanya bagi Anne. "Aku pusing mikirin anak-anak, umur sudah berapa belum nikah juga. Tapi waktu mereka dapat pacar malah yang aneh-aneh dapatnya," tutur Robert tanpa menatap istrinya. "Jadi kamu mikirin itu juga, sebenarnya aku juga setuju sama perkataan kamu. Aku agak cemas sama anak-anak yang belum juga menikah dan malah dapat calon yang ngga bener semua menurut aku." Anne membalas perkataan suaminya dan meminum secangkir kopi yang ia bawa. "Sepertinya kita harus ngasih tau anak-anak buat nyari calon itu yang bener." Robert meminum habis kopinya yang mulai dingin sedari tadi. "Kapan kamu mau ngumpulin anak-anak?" "Malam ini, ngga ada ponalakan dari mereka. Semuanya harus datang malam ini." Robert bangkit dari duduknya meninggalkan istrinya yang menatap kepergiannya, ia paham akan kegundahan Sang suaminya kini. **** Jessica duduk di sebuah cafe dan menikmati segelas green tea, sepertinya ia tengah menunggu kedatangan seseorang. "Hai, udah lama nunggunya?" "Hai, Damian. Ngga juga sih, mungkin sekitar 10 menit yang lalu," ucap Jessica menatap jam tangannya. "Maaf bikin kamu nunggu, ada kontrak yang harus aku tanda tanganin tadi," jelas Damian, ia pun duduk berhadapan dengan Jessica. "Oh, santai aja. Kan kamu aktor pasti banyak schedule yang harus kamu hadirin." Jessica menyesap minumannya yang ia pesan tadi. "Ah iya, benar juga. Gimana nih kapan kamu casting lagi?" tanya Damian, pria itu mulai memilih menu yang ada di buku tersebut. "Besok siang sih jadwalnya, aku liat sekitar jam 2 siang." "Aku temenin ya, aku mau tau hasilnya gimana." Jessica mengangguk tanda setuju, ia tak menyangka bisa sedekat ini dengan Damian, hampir sebulan lebih ini mereka berdua terus bersama, sampai-sampai Damian sendiri yang mengajarinya akting. Dan tanpa Damian tahu, ia menyimpan perasaan lain kepada idolanya tersebut. Tak lama ponselnya berbunyi, ternyata ayahnya yang menghubunginya. Ia pun meminta izin kepada Damian untuk menjawab panggilan ayahnya. "Hallo, Yah. Kenapa?" "Nanti malam kamu harus pulang, ada yang mau ayah omongin sama kamu dan kakak-kakak kamu." "Kok dadakan sih, Yah?" "Nggak ada penolakan." Sambungan panggilan itu pun berakhir, Jessica penasaran apa yang akan ayahnya bicarakan dengannya dan juga kedua kakaknya. Tak mau ambil pusing, ia pun kembali menghampiri Damian dan melanjutkan obrolan yang sempat tertunda. "Siapa yang telpon?" ucap Damian sambil menyesap vanila latte miliknya. "Ayah. Dia minta kami semua kumpul dirumah, ada yang mau dia omongin sih katanya." "Oh gitu, aku kira dari pacar kamu." "Pacar? Aku ngga punya pacar, Damian." Damian hanya tersenyum miring menanggapi perkataan Jessica, keduanya kembali hanyut dalam obrolan lain. Tak jarang keduanya mengeluarkan candaan, yang membuat keduanya tertawa bersama. **** Waktu sudah menunjukkan pukul 8 malam, Jessica baru tiba dirumahnya. Saat memasuki rumah, ia telah mendapati keberadaan keluarganya yang berada di ruang keluarga. Ia pun bergegas menghampiri mereka. Keluarganya hanya menatapnya sekilas, ia menatap kedua kakaknya disana dan terlihat jelas bahwa raut wajah mereka pun bingung seperti dirinya juga yang tak kalah bingung. Jessica duduk di samping Michael. Robert membuang nafas kasar, hal itu mampu membuat mereka bertiga yang ada disana menimbulkan tanda tanya. "Jadi ayah mengumpulkan kalian bertiga karena ayah khawatir sama kalian, terutama kamu Clarita." Semua mata menuju kepada Clarita dan membuat wanita itu mengernyitkan keningnya. "Kamu ngga bisa apa cari calon suami itu yang bener, masa sama duda anak satu? Masih banyak laki-laki diluar sana, kenapa harus dia?" Robert mulai mengomeli Clarita. "Itu benar, Nak. Memang dia sudah bekerja dan mapan, tapi masih banyak laki-laki yang lebih dari dia. Kamu lihat, pernikahannya saja tidak bertahan lama dan istrinya ninggalin dia, kalo kamu sama dia dan berakhir seperti itu lagi, kamu mau?" Giliran Anne yang memarahinya. Clarita hanya diam, tak ada jawaban yang ia ucapkan dari mulutnya. Apa yang dikatakan itu benar adanya, hanya saja menurutnya ia yakin bahwa ia akan berhasil bersama Stevano. "Kamu juga Michael, umur kamu ini sudah berapa? Kenapa masih aja main-main sama anak kuliahan? Kamu itu harus cari yang juga bekerja atau ngga yang punya usaha, biar istri kamu tu ngga bergantung sama kamu." Kini Robert beralih memarahi Michael. "Kamu kalau cari cewek dilihat dulu latar belakangnya, bukan asal comot jadikan pacar. Ibu sama ayah nyariin kamu jodoh biar sepadan sama kamu." Anne ikut memarahi Michael. Tak ada bantahan dan ucapan yang ia keluarkan, Michael hanya diam mendengarkan. Ia yakin jika Marshanda akan sukses mengelola restorannya di bantu oleh Rendy, sahabatnya sejak masa sekolah menengah atas dahulu. "Dan Jessica, kamu udah punya pacar?" Jessica menggeleng cepat. "Kamu cari pacar dan calon suami yang bener, jangan liat tampang ganteng doang tapi sikapnya ngga sesuai sama mukanya." Robert mengomelinya sekarang. "Ingat, Nak. Kamu harus liat bibit, bebet, dan bobotnya cowok itu. Awas ya kamu dapat yang lebih aneh lagi dari kakak-kakak kamu." Anne pun ikut andil memarahinya. Jessica hanya mengangguk paham, ia tak mau terlalu ambil pusing dengan perkataan orang tuanya. Ia yakin pilihannya sudah yang terbaik, dan ia juga tahu apa yang baik dan buruk untuknya, hanya saja ia ingin menghormati perkataan orang tuanya. "Yaudah, kalian balik ke kamar kalian masing-masing." Robert bangkit dari duduknya dan meninggalkan ruang keluarga diikuti Anne yang mengekorinya. Dan tersisalah Clarita, Michael dan Jessica disana. Ketiganya pun akhirnya meninggalkan ruang keluarga tanpa ada sepatah kata pun dikeluarkan, mereka tengah sibuk dengan pikiran mereka masing-masing dan memikirkan perkataan orang tua mereka.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN