*Bab 18*
"Hallo? Kenapa, Stev?" jawab Clarita yang baru saja bangun. Nyawanya masih belum terkumpul penuh.
"Nanti siang aku jemput, ya. Kamu baru bangun?" tanya Stevano di ujung panggilan tersebut.
"Hmm. Tadi malam aku pulang agak larut malam, jadi jam tidurku berantakan kaya gini." Clartia mengusap-usap matanya agar tidak terlalu mengantuk, ia pun memposisikan dirinya untuk duduk dan bersender pada dinding kasur.
"Yaudah, kamu mandi sana. Ini udah mau jam set 10, aku jemput kamu agak awal ya. Mau ngobrol sama orang tua kamu."
"Haihhh... Iya, terserah kamu aja. Aku mau mandi dulu, bye Stev."
"Bye, bidadariku. See you at your home, honey."
Panggilan terputus, Clarita tersenyum mendengar ucapan terakhir yang dilontarkan Stevano padanya. Ia masih mengingat bahwa hubungan keduanya masih belum terlalu jelas, hanya sekedar dekar tanpa ada kata pacaran atau sejenisnya.
Lelah berkutat dengan pikirannya sendiri, Clarita bangkit dari kasurnya menuju kamar mandi dan setelah itu turun untuk sarapan.
Sementara dimeja makan sudah terkumpul keluarga Harington. Anne sedang menyiapkan beberapa menu masakan dan menatanya diatas meja dibantu oleh Jessica, Robert tengah sibuk membaca koran minggu ini dengan menikmati secangkir kopi dan Michael yang sibuk memainkan ponselnya, sepertinya pria ini sedang menghubungi kekasihnya, Marshanda.
"Wow, tumben nih pada kumpul semua. Biasanya nunggu diminta kumpul baru pada muncul disini," ucap Clarita yang baru saja selesai dengan kegiatannya dikamar.
Tak ada jawaban yang ia dapatkan, hanya seulas senyum Sang ibu dan deheman Sang ayah. Ia pun merotasi bola matanya dengan malas, niatnya ingin menghangatkan suasana tetapi responnya kalah jauh dengan apa yang ia harapkan.
"Bu, ayah. Hari ini Stevano main kerumah, dia mau ngajak aku kerumahnya ketemu Aileen," kata Clarita, ia mencoba membuka suaranya kembali.
"Hmm." Robert menjawab dengan deheman saja sedangkan Anne hanya mengangguk santai dan mengulum bibirnya.
Clarita bingung dengan sikap kedua orang tuanya ini, apa yang membuat mereka hingga bertingkah seperti ini. Apa ia telah melakukan kesalahan atau ia melakukan hutang yang mungkin mampu membuat mereka bangkut, tentu tidak.
Acara makan keluarga Harington hanya diseumuti dengan sunyi dan suara dentingan piring, sendok, dan garpu yang berbenturan. Tak ada obrolan yang tersampaikan, semuanya hanya sibuk menikmati hidangannya hingga tandas dan setelah itu kembali ke kamar masing-masing.
Clarita kembali ke kamarnya dan mulai mencari baju yang akan ia kenakan nanti, ia memilih dress selutut berwarna toska. Setelah itu ia memoles sedikit wajahnya agar tidak terlalu pucat dan lebih segar dilihat, hampir sejam ia bersiap, ponselnya berbunyi dan terdapat sebuah pesan dari Stevano.
Aku sudah dibawah, cepat turun.
Clarita bergegas turun dari kamarnya dan ia melihat Stevano yang duduk sendiri di ruang tamu, ia menoleh kesana-kemari melihat bahwa tidak ada orang tuanya hadir disana menemani Stevano.
"Ayah sama ibu mana? Kok kamu sendiri?" tanya Clarita bingung.
"Tadi ada sebentar, habis itu mereka masuk kamar dan nyuruh aku nungguin kamu aja."
"Yaudah, kita berangkat sekarang aja. Udah izin juga, kan?"
"Udah kok, ayo."
Keduanya meinggalkan ruang tamu dan berlalu menuju mobil milik Stevano, saat tiba dimobil, Stevano membukakan pintu mobil untuknya.
Selama 30 menit perjalanan yang ditempuh, akhirnya keduanya tiba dirumah Stevano. Stevano membukakan pintu mobilnya untuk Clarita dan disambut dengan senyuman hangat yang diberikan oleh wanita tersebut.
"Kamu masuk aja duluan, aku ada urusan sebentar."
Clarita hanya mengangguk singkat, Stevano kembali kedalam mobilnya dan melaju meninggalkan Clarita yang diam termenung menatap kepergiannya.
Clarita menarik napas panjang dan menghembuskannya secara perlahan, ia mulai melangkahkan kakinya memasuki halaman rumah tersebut dan membuka pelan pintu rumah berwarna putih tersebut.
Disana ia tidak melihat keberadaan Aileen, ia melihat area sekitar tidak menunjukkan adanya tanda gadis kecil itu. Tiba-tiba ia mendengar gelak tawa seorang gadis di halaman belakang, ia pun menghampiri asal suara tersebut dan mendapati Aileen yang sedang bersepeda di halaman belakang rumah tersebut.
Cukup lama ia memperhatikan aktivitas Aileen hingga akhirnya gadsi itu terjatuh dari sepedanya dan membuatnya menangis, Clarita dengan sigap mendatangi Aileen dan mengecek apa ada yang terluka pada gadis kecil terssebut dan ia melihat lutut Aileen terluka.
"Aunty bawa kamu masuk ya, aunty obati lutut kamu." Clarita mengangkat dengan hati-hati agar Aileen tidak merasa kesakitan, ia mendudukan Aileen diatas sofa berwarna vanila itu.
Dengan telaten ia mengobati lutut Aileen, dan gadis kecil itu hanya diam memperhatikannya. Aileen tidak menangis lagi saat Clarita mengobati lututnya, setelah selesai Clarita mengusap lembut pucuk kepala Aileen.
"Lain kali hati-hati ya, bawa sepedanya pelan-pelan aja biar ngga jatuh lagi." Clarita tersenyum lembut kepada Aileen.
"Iya, aunty. Makasih udah nolong Aileen, maaf ya kemarin Aileen bilang Aunty jahat. Ternyata aunty baik banget kaya malaikat." Senyum lebar muncul dari bibir Aileen.
"Kamu ngga ngira aunty jahat lagi, kan?"
Aileen mengangguk. "Tapi, kok aunty di tv jahat gitu sih." Clarita tersenyum lembut dengan tangannya masih membelai lembut pucuk kepala Aileen.
"Itu cuman film kok, aunty diminta jadi orang jahat karena kerjaan aunty itu akting dan sebagai aktris." Aileen hanya ber-oh menanggapi perkataan Clarita.
"Daddy pulang. Eh, udah akrab aja nih aunty Clarita sama Aileen," ucap Stevano yang baru saja muncul entah dari mana.
"Tadi aunty ngobatin lutut aku, daddy. Aileen jatuh gara-gara naik sepedanya ngga hati-hati."
"Nah kan, apa daddy bilang. Aunty Clarita itu ngga jahat, dia baik banget tau." Stevano duduk di sebelah Aileen sehingga Aileen berada di tengah-tengah keduanya.
"Iya, daddy. Aunty Clarita baik banget kaya malaikat, aunty boleh ngga Aileen manggil aunty mommy aja? Daddy bilang aunty mommy baru Aileen."
Clarita kaget mendengar pertanyaan dan penuturan Aileen, ia pun mengangguk dengan senyum yang tak pernah pudar sedari tadi. Clarita merasa lega akhirnya Aileen menyukainya dan menerimanya.