-THE GANGSTER KING EPS 2 ; ONYX, START-
“Green!”
“Ah ini dia nona Vania kita,” kerah baju Green nampak kusut oleh genggaman begitu kuat, bibirnya menyunggingkan senyum manis dan matanya menyipit. Berbanding balik dengan lawan bicara yang nampak penuh amarah, perempatan siku imajiner menghias pelipis disertai dengan tatapan yang tajam dan wajahnya memerah.
Menggemaskan dan mengerikan diwaktu bersamaan.
"Ada apa kawanku?" tanya Green lembut, pencitraan.
Vania yang mendengar itu tentu merasa kesal dengan Green, apa-apaan dia ini? Bertingkah seakan tidak mempunyai salah apapun! Padahal dia lah yang keceplosan memanggil nama Vania saat upacara sedang hening-heningnya!
Hari ini merupakan hari tersial di hidup Vania. Sweater pemberian Green--yang sampai mati tidak akan Vania akui bahwa itu merupakan sweater favoritnya--kini telah berada ditas dalam keadaan basah dan kotor. Belum lagi tadi pagi ia terlambat dan dibuat kesal oleh pak satpam dan pemuda sombong, kemudian puncak dari itu semua di perintah maju ke depan podium dan ditegur didepan seluruh penghuni SHS yang jumlahnya ribuan! Kau dengar itu! RIBUAN!
Jari tengah diberikan kepada gadis dengan rambut blonde sepinggang itu.
“Sialan kau!” ujarnya sembari melotot ganas.
Dengan lembut Green menepis tangan yang persis berada didepannya. Perempatan siku imajiner mulai nampak dipelipisnya namun bibirnya masih mengulas senyum—err… senyum mengintimadasi lebih tepatnya.
“Sst jangan buat aku nampak tidak berkharisma kawanku,” ujarnya sembari memelankan suara, “Bantu aku jaga image!” kalimat terakhirnya ia bisikan ditelinga gadis yang ada dihadapannya.
"Masih tidak tahu malu ya kau?! Kemari! Biar aku berantas rambut hijaumu!"
“P-permisi.”
Gerakan tangan Vani yang berniat menjambak Green terhenti diudara. Kedua manusia sesama gender itu saling memandang sebelum akhirnya Vania melepas genggaman tangannya pada kerah seragam Green.
Green sendiri menghela nafas lega karna rambut hijaunya berhasil terselamatkan, maka dari itu ia melempar senyum terbaik pada sang penyelamat didepannya seraya berkata, “Ada apa?”
“A-ano… apa aku boleh duduk bersama kalian?”
Nampaklah seorang gadis dengan surai biru pucat yang mengukir senyum gugup dibibir pinknya. Namun sedetik kemudian dia menunduk, menyembunyikan wajah mungil nan imut miliknya.
“Maaf bukan maksudku untuk menganggu kalian... aku hanya ingin duduk.”
Gadis itu setengah mati menahan kegugupanya. Lihatlah, pipi putihnya merona, terlihat imut sekali.
“Aku tidak dapat tempat duduk….” lanjutnya pelan dengan wajah yang makin memerah.
Vania dan Green dibuat gemas olehnya. Gadis ini begitu mungil dan chubby, benar-benar sosok imotou-able dengan pipi gembul yang minta dicubit. Tapi tahan diri dulu…
Tahan….
“Ah tentu saja!” Green tersenyum riang usai tersadar dari keinginan untuk mencubit pipi chubby yang sedang merona. Sementara gadis mungil itu nampak menangguk dan bergumam ‘terima kasih’ sebelum akhirnya menarik kursi kosong didepan Green.
“Ngomong-ngomong namaku Green!” pekik Green tiba-tiba, mengundang dengusan dari sahabat disampingnya.
Pertanyaannya tadi langsung dijawab oleh gadis mungil itu.
“Aku Ino, um… Ino Chaotsya,” ujarnya seraya mengangguk dan tersenyum kecil.
“Chaotsya ...Chaotsya….” Green bergumam pelan, telapak tangannya menyangga dagu. Pose kala ia sedang berfikir keras. “Rasanya pernah dengar,” imbuhnya pelan.
Manik emerald jernih milik Ino menangkap sosok disamping Green yang tengah menatap pemandangan diluar jendela, entah apa yang menarik atensi gadis yang menurut Ino begitu menawan. Ia mengangumi wajah tegas gadis itu, benar-benar menggambarkan gadis yang tangguh.
“Ah iya! kalau gadis ini merupakan sahabat karibku, namanya—" Green menoleh dan mendapati sosok disampingnya tengah menyangga dagu sembari melamun. Karena Green merasa Vania sudah tidak sopan, gadis itu menyikut pinggang ramping Vania lalu mencabut earphone yang menyumpal telinga sang sahabat. Karena hal itu Green mendapatkan pelototan tajam yang khas.
"Hei bodoh, perkenalkan dirimu!" perintah Green seraya memutus earphone ditangan kemudian melemparnya ke tong sampah.
“Aku Vania An—“
“Wah wah, lihat ini.”
Nada rendah nan meremehkan menusuk telinga Green dan Vania, tak lupa dengan senyum sinis yang membuatnya terlihat seperti sosok peran antagonis.
“Rupa-rupanya pergaulan calon CEO muda kita mulai rendah ya,” sindirnya tanpa ragu.
Green dan Vania nampak menaikan alis mereka, saling memandang sebab merasa heran mengapa ada sekawanan babi betina yang nyasar ditempat mereka. Lain halnya dengan Ino yang nampak bergerak gelisah dengan pelipis yang bercucuran keringat. Selang beberapa menit keduanya memahami situasi, Green tersenyum remeh sembari mengelap tangannya, sementara itu Vania kembali pada kegiatannya yang sebelumnya—menatap keluar jendela.
Oh.
Si piggy ngajak baku hantam rupanya.
Bibir tipis Green mengukirkan smirk evil, “Wah wahh lihat ini—” Green terkekeh, ia menatap gadis beserta kawanannya yang menjulang tinggi disampingnya.
“—sejak kapan peliharaanku ini jadi tidak tahu diri ya?”
Gadis itu menggertakan bibir. Sejurus kemudian telapak tangannya melayang, berniat menampar Green yang masih nampak mempertahankan senyum miring dengan tatapan remeh.
“Apa jabatan baru yang diberikan kepada ayahmu itu membuat otak kecilmu itu makin tumpul?” Sekali lagi Green berujar, membuat amarah Sasha membuncah
PLAK!
Berkat suara nyaring dari tamparan yang dilayangkan, kini seluruh tatapan langsung tertuju pada meja mereka. Mayoritas dari seisi kantin hanya diam mengamati, mereka takut terlibat sebab hal itu hanya akan menimbulkan kerugian. Lagipula orang bodoh mana yang mau mencari masalah dengan seorang Green Al Wright? Anak bungsu pemilik perusahaan Al-Corp yang merupakan salah satu perusahaan terbesar dinegara tercinta?
Detik itu juga seluruh bodyguard yang sedari berjaga dibelakang Green langsung merengsek maju, berniat memberi pelajaran sebab berani menampar nona muda mereka. Namun gerakan mereka ditahan oleh rentangan satu tangan Green. Pipi gadis itu terlihat memerah dan nyaris bengkak, namun ia nampak sangat santai.
“Bersujud.”
Suasana hening seketika,semua orang nyaris tak ada yang berani membuka suara, merasa bingung lantaran mendengar perintah bernada absolute yang keluar dari kedua belah bibir berwarna peach.
“Kubilang SUJUD!”
Brugh!
Deg
Deg
Deg
Keheningan melanda penjuru ruangan putih yang luas itu. Tak ada yang berani berbicara, hal itu membuat keheningan yang ada serasa mencekik leher dan menghentikan pernapasan. Banyak diantaranya yang menganga kala menyaksikan fenomena didepan mata mereka.
Sejenak melupakan makan siang dimeja demi melihat Sashana Latte—anak bungsu dari direktur perusahaan besar tengah bersujud.
Sekali lagi, ruangan itu terlalu hening untuk disebut sebagai kantin. Sampai-sampai mereka bisa mendengar detak jantung mereka atau mungkin detak jantung Sasha yang tengah menggila.
Karena merasa mual dengan ketegangan yang ada akhirnya Green membuka mulut usai terdiam dengan senyum penuh kemenangan beberapa menit yang lalu.
“Oh astaga… kenapa kau menurut saja saat diperintah bersujud? Kalau seperti ini, mana nona muda manja yang 1 menit lalu menampar pipiku?” tanyanya seraya melirik sosok pemilik netra onyx yang mengerikan itu.
Green menyunggingkan senyum sinis, ia mendekati gadis itu seraya berbisik,
“Kau membangunkan singa yang tertidur.”
Disana, ya disana. Onyx itu berkilat dalam gelap, memancarkan kebengisan, meraung raung- membuat segala mahluk meringkuk dalam ajal akan level yang ditunjukan. Kobarannya mampu membuat d**a bergemuruh dan jantung berdetak 3 kali lebih cepat. Kompak seisi ruangan menunduk, merasa terbebani dengan tatapan bengis serta aura intimidasi yang tersuguhkan. Pancaran mata itu membuat semua orang yakin bahwa—
—Tak ada setitikpun rasa belas kasihan dalam mata legam yang penuh akan kengerian itu.
Mereka hanya bisa menelan ludah sebab merasa takut sekaligus gelisah dengan aura yang ada, sementara itu Sasha nampak gemetaran hebat dengan rok yang basah. Green tergelak dan Ino tertunduk sebab tak kuasa memandang manik onyx gadis didepannya. Seisi ruangan dibuat merinding sekaligus takjub dengan tatapan mengerikan gadis tangguh itu.
“Biar ku ajarkan kalian tentang sesuatu yang jauh lebih mengerikan dari kekuasaan dan kedudukan yang aku punya!”
TBC