bc

OBSESI NAYA

book_age18+
0
IKUTI
1K
BACA
body exchange
friends to lovers
self-improved
sweet
office lady
naive
like
intro-logo
Uraian

Nayara Kayla Sammira seorang gadis berumur 24 tahun, bekerja di sebuah perusahaan majalah fashion.Trauma dan ketakutannya akan timbangan badan sudah mencapai tahap yang memprihatinkan. Dikarenakan trauma masa lalunya, membuat makanan menjadi pelarian yang menyenangkan dan lambat laun membuat berat badannya terus melambung sehingga Naya selalu menghindari timbangan badan, menjadikan dia sosok yang penyendiri dan menjauhkan diri dari keramaian. Berbagai macam makanan enak yang pernah ia santap dan nikmati, menjadi favoritnya.

Hanya ada Ben dan Senna sahabatnya yang selalu ada dan menemani. Naya menyimpan perasaan pada sahabatnya sendiri, Ben. Tapi Naya tahu diri dan tak ingin persahabatan mereka hancur. Jadi dia menyimpannya rapat-rapat. Impiannya yang sangat ingin digapai adalah menjadi langsing dan menemukan pangeran berkuda putihnya sendiri.

Naya tahu hidupnya membutuhkan perubahan besar. Suatu ketika seorang Aldi Prawira masuk ke dalam kehidupannya. Membuatnya terobsesi dan berusaha mati-matian untuk berubah menjadi angsa yang cantik. Dan akhirnya usahanya membuahkan hasil, Naya yang bertubuh besar dan kikuk, berubah menjadi Naya yang langsing, trendi dan cantik, dengan rambut kecoklatan panjang yang bergelombang. Tapi apakah dengan menjadi ramping dan cantik bisa mendapatkan hati pria impiannya?

chap-preview
Pratinjau gratis
First
     "Waaahhh..!!" Bruakk!! Suara yang kencang terdengar saat tubuhku terhempas ke jalan. Ini sangat memalukan, bisa bisanya terjatuh saat turun dari mobil. Satpam komplek yang sedang melintas dengan sepedanya berhenti dan mendatangi dengan sigap membantuku berdiri.      "Gapapa mbak?". Kupikir mungkin karena badan ini terlalu overweight, sehingga tak sadar kakiku tersangkut di mobil milik teman serumahku ini. Aku benci terlihat kikuk di depan umum seperti ini. Karena itupun aku tak terlalu suka berada di keramaian.      "Iya pak,  tidak apa-apa, terimakasih", jawabku sopan pada Pak Ono satpam kompleks yang selalu tersungging senyum di wajahnya setiap saat. Dan dia segera berlalu sambil menaiki sepedanya. Pak Ono memang sangat baik, sopan pada semua orang, terutama para penghuni perumahan ini. Pak Ono berdedikasi dengan pekerjaannya dibandingkan dengan satpam yang lain, selalu berkeliling kompleks agar perumahan aman. Dengan wajah tersenyumnya, menyapa ramah para penghuni.     "Ngelamun Nay?" tanya Senna khawatir.     "Nggak Sen, ini kesangkut..udah biasa kok, hehehe..". Aku terdiam,  dengan susah payah aku mendapatkan donat yang sedang populer ini, karena rasanya sangat enak dan harganya lumayan miring. Tetapi sekarang donat yang kubawa jatuh berhamburan di jalan. Huft..! sayang sekali, padahal donat-donat itu akan kujadikan teman ngemil tengah malam sambil menonton film drama korea kesukaanku, mumpung weekend.     "Donat-donatku sayang..", keluhku dengan kesal, tak peduli pada lututku yang berdarah akibat berbenturan dengan aspal. Sore itu sepulang dari menemani Senna membeli baju, kami mampir ke toko peralatan olahraga dan membeli timbangan badan, karena timbangan badan Senna rusak. Hal yang membuatku mengernyit sedikit jijik saat melihat timbangan itu yang harganya cukup mahal. Aku sangat anti dan menghindari timbangan badan, cenderung takut apabila melihat benda itu. Aku membayangkan angka-angka yang dihasilkan saat aku menaikinya, membuatku sedikit mual. Entah berapa angka yang akan ditunjuk aku sangat takut saat memikirkannya.      Kami juga mampir ke supermarket untuk membeli kebutuhan mingguan dan mengisi kulkas yang kosong, sebenarnya sebagian besar kebutuhan makan dalam seminggu adalah belanjaanku. Yah asal kalian tahu saja bagaimana begitu besar nafsu makanku. Sebaliknya setiap kami pergi berbelanja untuk mengisi kulkas, sedikit sekali yang Senna beli untuk dimakan dalam seminggu. Oh iya aku belum memberitahu kalian kalau teman serumahku ini adalah seorang model. Tak heran karena Senna mempunyai fitur wajah tegas dan menawan, tulang pipi yang tinggi, hidung mancung, badan dengan tinggi 175cm dan badan yang ramping. Wajah khas indonesia dan kulit yang kecoklatan membuat kesan kecantikan wajahnya gabungan antara sexy dan sedikit liar. Aku tidak mengerti bagaimana diet untuk model, jarang sekali kulihat Senna makan dengan hidangan yang layak, kadang saat dia bilang 'aku lapar' kulihat dia membuka kulkas dan duduk di sofa ruang tengah sambil menemaniku yang sedang makan donat atau sedang menggerogoti paha ayam, Senna hanya mengunyah apel ataupun kadang sedikit roti gandum. Aku tidak habis pikir, bagaimana dia bisa mempunyai tenaga untuk berjalan atau bekerja hanya dengan sebuah apel untuk makan pagi?      Tak lama setelah sampai di rumah kontrakan di daerah lumayan elit di kawasan ibukota, aku menghenyakkan badan di atas sofa, setelah ganti baju dan mengobati luka-lukaku akibat terjatuh tadi, sambil melihat-lihat menu di layanan pesan antar makanan online, sementara teman serumahku menuju kamarnya di lantai atas. Akhirnya akupun menjatuhkan pilihan pada menu sekeranjang ayam goreng dan beberapa donat sebagai pengganti donatku yang terjatuh tadi. Tak beberapa lama pesananku pun datang, aku sudah tak sabar saat mencium wangi ayam goreng salah satu restoran tempat saji itu. Saat aku menikmati kudapan malamku, Senna turun dari kamarnya, sudah rapi dan cantik dengan balutan dress berwarna maroon.      "Kamu pergi lagi Sen?" tanyaku heran.      "Iya nih, Bobby ngajakin dinner", jawab Senna dengan wajah sumringah. Memang Senna yang menjalani kehidupan sebagai model yang cukup terkenal, sudah 2 tahun ini menjadi kekasih Bobby yang juga adalah pewaris tunggal perusahaan tempatku bekerja. Senna diberkahi dengan wajah yang menawan ditunjang dengan tubuh tingginya serta badannya yang proporsional membuatnya kebanjiran job sebagai model.      "Cieeee..yang malem mingguan berdua", ledekku pada sahabat dekatku itu.      "Makanya lo juga cari pacar dong, biyar kita bisa double date.. hahaha..", Senna membalas ledekkanku. Aku memasang wajah cemberut sambil mencomot paha ayam goreng yang krispi dan berlemak serta masih hangat itu sambil berkata lirih,      "Siapa yang mau sama cewek kayak aku ini.", kataku pesimis. Aku tahu aku tak punya kelebihan apapun selain berat badan. Selain mungkin keahlianku dalam mengisi kolom tips di majalah fashion tempatku bekerja. Bukannya aku menyombongkan diri, kolom tipsku lumayan diminati oleh pembaca. Jujur saja aku tak pernah punya pacar, kadang aku iri pada orang-orang. Bagaimana mereka dengan mudahnya mendapatkan pasangan, pergi berkencan ataupun sampai mengikat janji suci yaitu menikah. Kadang saat melihat Senna dan Bobby, aku juga membayangkan mempunyai kekasih, berjalan bergandengan berdua menyusuri pantai, atau makan malam berdua di restoran yang bernuansa romantis, saling berpandangan di cahaya lilin yang terpasang di meja. Aku selalu mengimpikan pangeranku yang akan mencintaiku sepenuh hati. Tak lama Bobby pun datang menjemput, akhirnya setelah Senna dan Bobby pergi aku menyudahi makan malamku. Teringat kata-kata Senna tadi, akupun tak punya keinginan lagi untuk melanjutkan menonton drama korea kesukaanku. Aku membuka-buka majalah fashion koleksiku. Jangan keliru, aku mengabaikan semua artikel-artikelnya. Disitu banyak mengulas berbagai cara bagaimana mempertahankan pasanganmu, cara mewarnai kehidupan percintaanmu, atau cara mengetahui pasanganmu berselingkuh atau tidak. Jujur aku tak tertarik tentang itu semua, aku hanya melihat gambar model-modelnya. Bagaimana mereka mempunyai tubuh yang proporsional, lengan yang kurus, perut rata dan kaki-kaki jenjang mereka, serta wajah yang terpahat sempurna, aku mempelajari setiap inci gambar-gambar itu dengan teliti menelusuri setiap detail. Bukannya aku lesb* atau penyuka sesama jenis. tapi aku sering mengkhayal jika diberi kesempatan untuk memilih, aku ingin mempunyai tubuh seperti model, wajah yang menarik, pinggang yang kecil badan yang proporsional, kaki yang jenjang dan kulit yang terawat. Itu adalah salah satu dari obsesiku selain menemukan pangeran berkuda putih yang akan hanya jatuh cinta padaku. Yah semua orang boleh punya impian kan? Mungkin hanya sahabatku saja yang bisa memaklumi semua obsesiku ini, cukuplah kukatakan jika masa kecilku tidak menyenangkan, aku tidak bisa mengatasi trauma perceraian orang tuaku, aku merasa tidak pernah dicintai. Kedua orangtuaku sudah mempunyai keluarga masing-masing, mereka menikah lagi dan mempunyai keluarga kecil yang bahagia.Tidak begitu memperdulikan kehadiranku. Apakah aku ada atau tidak, bahagia atau sedih mereka tak peduli sedikitpun. Kenyamanan dan kebahagiaanku hanya kudapatkan dari makanan. Tidak begitu lama setelah Senna pergi, bel pintupun berbunyi, aku berpikir mungkin Senna kembali karena ada barangnya yang tertinggal di rumah. Kubuka pintu dan sedikit terkejut,      "Hay Naya cantiiik".., sapanya dengan senyuman tersungging di wajah tampannya. Hanya Ben saja yang selalu memanggilku cantik dari kecil, mungkin dia rabun. Sahabatku sedari kecil Ben Adriel Atmajaya, memang kuakui tinggi dan tampan, tak perlu dipungkiri lagi. Alisnya yang tebal dan melengkung sempurna, hidungnya yang tinggi serta rambutnya yang sedikit berwarna kecoklatan menambah kesan teduh di matanya yang berwarna kehijauan, serta tak lupa lesung pipinya saat dia tersenyum manis, wajahnya seperti pahatan yang sempurna.        Kupikir Ben sering ke gym, karena otot-otot di badannya terlihat sedikit menonjol, sehingga membuat semua baju selalu pas di badannya, menambah daya tarik pada pesonanya. Ben memang kombinasi sempurna antar cowok tampan yang macho dan anak kecil yang sensitif. Ben adalah seorang keturunan Belanda dari ibunya, yang bertemu dengan ayahnya yang asli Indonesia, adalah pemilik beberapa perusahaan hiburan di tanah air, dan Ben lahir di Indonesia, membuat ketampananya diatas rata-rata. Sewaktu dari kecil sampai sekarang senyum itu tak pernah berubah, didukung dengan sikapnya yang ceria dan humble kepada setiap orang, kecuali wanita, dia cenderung agak dingin. Karena hal tersebut selalu menarik semua mata kaum hawa untuk menikmati keindahan ciptaan Tuhan ini, termasuk aku. Itulah mengapa semasa sekolah dulu aku sempat menyimpan perasaan padanya. Tapi aku tahu diri, tidak mungkin seorang Ben jatuh cinta kepada perempuan seperti aku. Lebih baik menjadi sahabatnya supaya aku bisa selalu dekat dengannya.      "Oh km Ben, masuk..! kirain Senna balik lagi, ngapain kesini Ben?", tanyaku sambil membuka pintu dan berbalik menuju ruang tengah, Ben mengikuti dari belakang ketika menjawab,      "Loh emang aku gak boleh kesini Nay? Aku kangen sama km, aku pingin ngedate sama kamu kan malem minggu..hehe", sambil memamerkan lesung pipinya yang dalam dan senyum jahilnya, serta sesekali mengacak rambutku.      "Pala lo ngedate, kenapa sih km gak cari pacar aja daripada ngrecokin aku mulu. Kan banyak tuh yang ngantri sampe panjang banget", kataku pura-pura kesal. Dalam hati diam-diam bersyukur karena ada sahabatnya satu ini yang selalu ada kapanpun dibutuhkan ataupun tidak, membuat hari-harinya jadi tidak terlalu membosankan. Senna selalu hampir tak pernah di rumah karena kesibukannya sebagai model, membuat Senna sering bepergian. Mungkin kalau tidak ada Ben yang selalu menyemangati, aku mungkin tidak bisa melalui hari-hariku dulu saat orangtuaku bercerai sampai sekarang. Hari-hari yang serasa di neraka saat kamu melihat orangtuamu bertengkar terus-menerus tak ada habisnya.      "Ngapain, kan ada Naya, buat apa cari yang laen", sambil tersenyum manis Ben menjawab. Aku tak terlalu menanggapi kata-kata Ben. Dia selalu bercanda seperti itu. "Yuk Nay ke resto biasa kita makan", ajak Ben. "Yuk cabut.." jawabku menyambar dengan cepat saat mendengar kata-kata makan. Dengan senyum lebar, sambil tanganku mengambil tas dan handphone, serta berbalik menghadap Ben dengan memasang wajah yang antusias. Ben tersenyum, dia selalu tau apa yang diinginkan sahabatnya ini, dan segera berbalik keluar menuju mobil mewahnya yang diparkir di depan rumah. Sesaat sampai di restoran langganan kami bertiga termasuk Senna, semua mata langsung tertuju pada Ben, ketampanannya yang memukau membuat sebagian besar pelanggan di restoran itu yang kebanyakan anak muda, saling menyodok dan berbisik mengagumi ketampanan seorang Ben, tak terkecuali para laki-laki yang memandang dengan sinis dan iri. Dan saat mengalihkan pandangan ke arahku mereka mengernyit memasang wajah heran.Yah aku tau memang wajahku tak cantik dan tubuhku dipenuhi lemak, pandangan mereka membuatku jadi agak gugup. Tidak peduli dengan pandangan orang-orang, Ben mendekatkan tubuhnya dan bertanya padaku ingin memilih duduk dimana, hembusan nafas dan wangi tubuhnya yang segar dan maskulin membuat wajahku agak panas. Terlalu dekat! aku menahan nafas, semoga Ben tidak mendengar suara degup jantungku. Tatapan iri dan tak percaya menusukku dari segala arah. Akupun berusaha untuk mengabaikannya dan kami akhirnya sepakat memilih tempat di depan sebuah air mancur yang terletak di tengah-tengah restoran. Restoran ini lumayan mewah, dan suasana vintage sangat terasa pada interiornya. Menambah kesan retro nostalgia Eropa. Sesaat kemudian seorang pelayan wanita datang dan mencatat pesanan kami, sambil sesekali melirik Ben dengan genit, dia berkali-kali bertanya mengenai pesanan karena terlalu terpesona sehingga tidak berkonsentrasi dalam mencatat pesanan. Aku menghela nafas, selalu seperti ini. Bukannya aku cemburu atau apa, ini sudah sering terjadi, tapi Ben selalu acuh dan mengabaikan tatapan-tatapan terpesona dan menggoda seperti itu. Aku tahu perasaan mereka, Ben memang terlalu diatas rata-rata, jadi tak heran mereka seperti lebah yang mengerubungi bunga. Bukan hakku juga untuk cemburu, Ben adalah sahabatku jadi aku akan selalu mendukungnya. Tak ingin mencampuri urusan percintaannya.

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

Pengganti

read
304.0K
bc

Stuck With You

read
75.8K
bc

Sweetest Pain || Indonesia

read
77.6K
bc

Happier Then Ever

read
92.5K
bc

Love Match

read
180.2K
bc

Ditaksir, Pak Bos!

read
149.8K
bc

Rainy

read
19.3K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook