'Menyedihkan bukan, saat lo mencintai seseorang dan orang itu tak menganggap lo ada'
Akhirnya, Sasi bisa bernafas lega sekarang, ia telah menyelesaikan hukumannya dan sekarang ini jam istirahat sudah berbunyi, pas sekali. Sasi langsung menuju kantin, pastinya sendirian karena ia belum menemukan teman yang pas baginya.
"Buk beli cilok sama es-tehnya ya satu" kata Sasi lalu duduk di bangku yang tak jauh dari dari pedagang cilok tersebut.
Keringatnya masih bercucuran, ia juga belum sempat ketempat dimana peserta didik baru berada. Yang gadis itu pikirkan hanyalah minum, pergi ke aura itu urusan belakangan.
Lagian sudah waktunya istirahat jadi Sasi tak salah. "Ini neng, maaf nunggu lama" kata si pedagang cilok.
"Makasih mbak, berapa semuanya?" Tanya Sasi sopan.
"Sepuluh ribu neng" sahut mbak-mbak itu sopan.
"Ini, makasih ya" ucap Sasi menyodorkan uang sebesar sepuluh ribu.
Tanpa basa-basi Sasi langsung melahap cilonya seperti orang tak pernah makan. Cukup lima menit bagi Sasi menghabiskan semua kudapan yang tadi ia beli. Sekarang ia sudah cukup memiliki tenaga lagi.
Selepas makan ia pergi dari kantin tersebut untuk menuju tempat dimana peserta yang lainnya. Dengan santai Sasi berjalan melewati kakak kelasnya yang tengah makan di kantin.
Banyak di antara mereka yang memandang Sasi dengan tatapan yang Sasi sendiri tak tau apa artinya bahkan gadis itu tak ingin tau.
Ia berjalan melewati koridor sambil memakan buah kesukaanya-apel- itu sebabnya Santi selalu memberi bekal Sasi satu atau dua buah apel setiap Sasi berangkat sekolah.
Bruk..
"Aduh, anjir kalo jalan tuh liat-liat dong!" omel Sasi dengan nada kesal.
"Heh, elo kali yang nabrak gue" ketus cowok didepan Sasi yang lebih tinggi darinya, laki-laki itu memakai baju khas anak SMA dan itu artinya dia adalah kakak kelas Sasi.
"Apel gue" Kata Sasi memelas setelah melihat apel yang ia makan tadi menggelinding menuju selokan tak jauh darinya.
"Baru aja jadi adek kelas udah berani bentak gue!" katanya.
"Emang harus banget apa gue takut sama lo, walaupun lo senior gue ataupun lo pemilik sekolah ini, gue gak akan takun sama lo" sahut Sasi nyolot.
"Untung lo cewek" cetusnya.
"Kalo gue cowok kenapa? Awas gue mau lewat" kata Sasi mengusir Cowok itu dengan paksa menggeser tubuh kekarnya.
"Enak aja, lo harus tanggung jawab karena elo udah bikin gue naik darah" katanya dengan penuh penekanan.
"Udah elah, sadar men, dia cewek" kata cowok disampingnya.
"Emang gue cewek kali! Minggir gue mau lewat ogep" sahut Sasi mulai kesal.
"Apa, lo bilang apa tadi? Ha!!" ucapnya mendekatkan dirinya kearah Sasi dan pastinya Sasi malah menantang.
"Kuping Lo bermasalah jadi gak bisa denger gue ngomong apa tadi? Cepet-cepet ke THT sono!" Ejek Sasi terbawa emosi.
Tanpa aba-aba ia meraih pergelangan tangan Sasi "Ikut gue" ketus Cowok itu lalu menyeret Sasi untuk mengikutinya dengan mencekal tangan mungil milik Sasi.
Tentu saja gadis itu memberontak "Lepasin! Lo apa-apa sih!" Ucap Sasi.
"Udah tenang aja, Ivan gak bakal apa-apain Lo kok" ucap teman cowok itu tepat ditelinga Sasi.
Sasi tak mendengarkan ucapan teman cowok yang menarik tangannya "Lo pikir gue gak ada kerjaan apa? Gue sibuk! Lepasin gue!!" Bentak Sasi.
Cowok itu seakan menuli, ucapan Sasi hanya hembusan angin belaka bagi cowok itu. Sasi yang mulai sebal itu langsung memutar pergelangan tangannya membuat cowok itu ikut memabalikkan badanya.
Baru beberapa detik melihat wajah cowok itu, Sasi langsung menendang perut cowok itu hingga cekalannya terlepas. Terdengar suara jeritan saat cowok itu terjungkal.
"Gue gak salah ya!" Ucap Sasi lalu langsung berlari menuju aula tersebut Pat tujuannya sedari tadi.
Sasi sempat melihat teman cowok itu melihat Sasi dengan tatapan tak percaya. Sasi tak peduli!.
See you next part