'Terkadang ingatan yang ingin sekali kita lupakan, malah sangat begitu sulit untuk dilupakan'
Hampir setengah jam Sasi menyapu namun rasanya aula semakin luas saja. Tangannya terasa sangat pegal. Aula juga tampak sedikit horor mungkin karena tak ada orang selain dirinya di aula jadi decitan suara bangku pun menggema kesudut ruangan.
"nyapunya yang bener" ucap Kintan yang hanya numpang lewat. Sepertinya rapat OSIS sudah berakhir.
"Thanks sarannya, sangat bermanfaat" jawab Sasi enteng dengan nada tinggi. "Dasar cewek aneh" gimana Sasi menggelengkan kepalanya melihat tingkah seniornya itu yang terlihat kekanak-kanakan menurutnya.
Tepat jam lima sore, Sasi menyelesaikan tugasnya. Ia bahkan mengepel nya agar tampak semakin bersih. Sekarang waktunya ia pulang, gadis itu berjalan menuju mejanya untuk mengambil tas ranselnya.
Lalu keluar aula, sekolah sudah sepi karena sudah sore dan tak ada ekstrakulikuler mungkin. Yang terlihat hanya beberapa siswa-siswi yang nongkrong numpang Wi-Fi di pinggir lapangan basket.
Disana juga ada beberapa cowok yang tengah bermain basket dengan kostum yang salah. Lihat saja, mereka masih mengenakan seragam putih abu-abu nya padahal besok masih harus di pakai.
Keringat mereka juga terlihat bercucuran membuat seragam mereka basah. Membayangkan bagaimana baunya badan mereka saja Sasi bergidik dan enggan memerhatikan nya lagi.
"Gue balik sama siapa coba?" Tanya Sasi pada dirinya sendiri."Hp gue lobet lagi" dengus nya sebal.
Duduk sendirian di halte bus, Sembari clingak-clinguk mencari keberadaan angkutan umum atau setidaknya tiba-tiba Rian muncul.
"Sendirian aja neng?" Goda cowok di samping Sasi yang entah datang darimana.
"Udah tau sendirian, pake ditanya lagi" ketus Sasi.
"Galak amat, gue cuma tanya kali" ucap cowok duduk mendekat kearah Sasi. Sebenarnya ia bisa saja menendang cowok yang gak punya harga diri itu.
Namun tenaganya sudah terkuras habis, lagipula ia tak mau dibawa ke kantor polisi gara penganiayaan.
"Gak usah deket-deket deh!" ketus Sasi meminggirkan letak duduknya agar menjauh dari cowok dengan nafas bau rokok itu.
Semakin Sasi menjauh semakin cowok itu mendekat, Sasi mulai gendek sendiri. Gadis itu bangkit dari duduknya dengan gerakan cepat. "Lo maunya apaan sih? Gak usah deket-deket deh!" Ucap Sasi sebal.
"Sok jual mahal banget si neng" katanya.
"Bodo" ketus Sasi cuek.
Tin tin
Suara klakson mengagetkan Sasi, gadis itu menengokan wajahnya. Ia bernafas lega saat melihat mobil milik kakaknya yang berhenti tepat di sampingnya.
"Mau kemana Lo?" Tanya cowok itu dengan nada kesal.
"Pulang lah" sahut Sasi singkat lalu masuk kedalam mobil, meninggalkan cowok aneh itu.
"Siapa tadi?" Tanya Rian lalu menancap pedal gas.
"Gak kenal" kata Sasi.
"Gimana hukumannya?" Ejek Rian.
"Bacot Lo! Gue capek, gue mau tidur" ketus Sasi langsung memejamkan matanya.
"Dasar kebo" celetuk Rian, tak ada jawaban dari Sasi karena ia telah terlelap.
"Gue sayang elo dek" kata Rian mengelus pucuk kepala adiknya sayang.
***
Sasi menggeliat kan tubuhnya sembari membuka perlahan matanya yang terpejam tadi.
"Lah gue udah dikasur aja" heran Sasi, bukanya tadi ia tertidur di mobil. Atau yang lebih tepatnya, tidur di mobil. Dan belum ada dua jam ia sudah ada di kasur.
Gadis itu tak mau ambil pusing, ia yakin jika kakak nya itu yang memindahkan dirinya kedalam kamar. Masa iya Sasi berjalan sambil tidur di sore hari kan gak lucu.
Tanpa pikir panjang ia keluar kamar untuk mengisi perutnya yang mulai keroncongan. Gadis itupun belum mengganti seragam putih birunya yang tampak kusut.
Baru saja ia hendak turun dari tangga, eh ia dikejutkan oleh keberadaan kakaknya yang sedang push-up, di sana bukan ada Rian saja melainkan ada Tanto -ayah nya.
"Ayah, kak Rian kenapa?" Tanya Sasi polos.
"Tanya sama kakak kamu langsung" cetus Tanto.
"Kenapa kak?" Ucap Sasi memandang kakaknya dengan menahan tawa.
"Gue dihukum, gitu aja pake nanya" ketus Rian, bengkit dari posisi push-up karena telah menyelesaikan hukumannya "Mau makan kan Lo?" Tanya Rian.
"Sok tau Lo!"
"Malu-malu minta makan Lo udah ketara, kalo mau makan ganti baju dulu sono! Bau busuk!" Ejeknya.
"Suk-"
"Ganti baju dulu Sasi, besok kan seragamnya masih harus di pakai!" Potong Tanto dan langsung dibalas gelak tawa dari Rian.
Gadis itu kembali menaiki tangga menuju kamarnya untuk sekedar mengganti pakaiannya padahal ia sudah sangat lapar.