'Gue yang terlalu berharap? Atau elo yang memberi harapan lebih?'
TTerlihat dua orang paruh baya dan satu orang berusia 23-an duduk memutar di meja makan. Sasi mendekat dan langsung duduk di samping ayahnya, didepannya Rian tengah menyantap makanannya dengan santai. Sedangkan Santi tengah mengambil kan sepiring nasi untuk Tanto dan untuk Sasi.
"Kak Rian dihukum kenapa yah?" Tanya Sasi.
"Kata Bunda, kak Rian telat ngampus" jelas Tanto mengelus pucuk kepala anaknya.
"Oh iya, Ayah kapan pulangnya? Kok Sasi gak tau?" Sasi mengkerut kan keningnya bingung.
"Tadi sore, ayah pulang buat ambil pakaian abis itu berangkat tugas lagi" jelas Tanto.
"Kok cepet banget sih yah? Sasi kan masih kangen" rengek Sasi manja.
"Manja lo, biasa ditinggal juga!" celetuk Rian dan dibalas jitakan oleh Sasi.
"Taik lo" sewot Sasi.
"Sasi ngomongnya jangan kasar gitu ah!" Ucap Santi.
"Iya Bunda, maaf"
"Sukurin Lo!" Ledek Rian menjulurkan lidahnya kearah Sasi.
Santi dan Tanto terkekeh melihat tingkah kedua anaknya yang terlihat sangat tak akur itu. Setiap hari kerjaannya berantem.
Keluarga kecil tapi bahagia tengah menyantap makan malam yang disajikan di meja makan.
"Yah, kenapa ayah dipindah tugasin?" Tanya Sasi memanyunkan bibirnya.
"Emang kenapa sayang?" Jawab Tanto kembali mengelus pucuk kepala anaknya.
"Manja" cetus Rian menatap Sasi sinis.
"Iri aja lo" ketus Sasi menendang kaki Kakaknya yang duduk di depannya.
"Sakit ogep" kata Rian mengelus-elus kakinya yang ditendang oleh Sasi barusan.
"Bodo" sahut Sasi.
"Adik kakak berantem Mulu, kayak Tom and Jerry deh" ejek Santi tersenyum, lalu membereskan bekas makan malam anak-anak nya dan pastinya suaminya.