#34

1083 Kata
Vic baru saja akan berangkat ke kampus, ia teringat akan keadaan Icha yang sedang sakit. Saking khawatirnya ia pun akhirnya menanyakan kabar gadis itu lewat pesan singkat. Ke : Icha Cha, lagi dirumah? Dari : Icha Enggak sih, mau kontrol ke dokter aja nih. Ke : Icha Ya sudah kalo gitu aku jemput, ya? Dari : Icha Enggak usah Vic, aku lagi sama Aiden. Habis ini mau mampir makan juga. Ke : Icha Aiden siapa? Dari : Icha Teman. Vic tidak lagi membalas pesan singkat itu, intinya Icha sedang sibuk saat ini. Padahal rencananya Vic mau menjenguk Icha lagi hari ini, namun ternyata gadis itu sedang keluar rumah. Vic melajukan mobilnya menuju ke McD terdekat, ia tidak sarapan di rumah karena rencana awalnya mau membeli makanan yang akan dibawanya ke rumah Icha, namun Icha ternyata tidak berada dirumah. Vic memutuskan untuk mampir makan siang saja di McD. Pria muda itu duduk di area yang lumayan strategis, view yang menarik, banyak gadis-gadis yang menatap Vic karenanya. Vic memang suka tempat-tempat yang bisa membuatnya menarik perhatian. Ya, si narsis itu memang suka diperhatikan, tapi ketika ia dilirik oleh agensi model ia malah menolaknya. Mata Vic tertuju pada seorang gadis yang terlihat familiar, ia menurunkan kacamata hitamnya. Ia tidak salah melihat, yang ia lihat itu adalah Icha. Icha sedang duduk dengan seseorang pria yang juga sangat familiar di mata Vic. "Aiden?" gumam Vic. Tidak tunggu lama Vic pun langsung menuju ke meja tempat dimana Icha dan Aiden berada. "Hei... udah lama disini?" sapa Vic pada Icha dan Aiden. "Loh? Hei bro!" Aiden menyalami Vic. "Loh? Kalian kenal?" tanya Icha agak terkejut. "Iya, kita satu tongkrongan waktu SMA," jawab Aiden. "Ooohh... Vic, kok disini? Kirain ke kampus," sela Icha. Vic mengambil duduk di bangku kosong lalu mencomot kentang goreng Icha. "Tadinya mau ke rumah kamu sih, cuma ada urusan dikit... terus laper, terus mampir kesini deh, ga nyangka ngeliat kalian aja...." jelas Vic. "Udah makan?" tanya Icha pada Vic. "Udah kok, tuh meja aku dibawah," tunjuk Vic pada meja yang belum dibersihkan oleh pegawai McD. "Ooooh... ya udah, ikut makan aja lagi disini," tawar Icha. "Lumayan loh, di traktir sama Aiden," lanjut gadis itu sambil terkekeh. "Enggak apa-apa kalau aku gabung? Oiya... aku nggak tau nih kalau kalian kenal," ujar Vic "Udah santai aja bro," jawab Aiden. "Dan sebenernya... gue sama Icha juga baru kenal beberapa hari yang lalu sih," lanjut pria muda itu, ia agak canggung menceritakan kebenarannya. "Jadi gini, Vic. Aiden ini yang enggak sengaja nyerempet aku itu loh," sela Icha. Vic membelalak mendengar penjelasan Icha, tiba-tiba ada percikan-percikan emosi dalam dadanya. Pria muda itu bergegas bangun dari duduknya. "Jadi lo?" tanya Vic dengan raut wajah emosi. Pria muda itu menarik kerah Aiden hingga posisi mereka menjadi sejajar. Icha mendadak bingung melihat apa yang sedang terjadi di depan matanya. "Loh? Bro? Whatsup?" Bingung Aiden. "Lo udah buat tunangan gue celaka," jawab Vic. Wajah Icha mendadak merah, bisa-bisanya Vic mengatakan hal seperti itu di depan orang lain. Di depan Aiden. Icha bergegas melerai keduanya, Icha menepis tangan Vic yang mencengkram kerah baru Aiden. "V-vic udah dong... lagian dia udah tanggung jawab, dia bawa aku ke rumah sakit, bawa aku kontrol, dan juga mama dan papa udah tau kalo Aiden yang nabrak aku," jelas Icha kemudian. "Maafin Vic ya, Den?" ucap Icha lalu menarik tangan Vic, seakan memberi kode untuk segera pergi dari tempat ini. "Iya, Cha... enggak apa-apa, maafin gue ya bro... gue minta maaf soal nyerempet Icha. Itu bener-bener murni kecelakaan, gue bener-bener enggak sengaja karena rem gue blong dan… ban motor gue kepleset," jelas Aiden. "Oh iya, Den aku balik sama Vic ya… maa ya, Den,” pamit Icha. Gadis itu bergegas menarik tangan Vic untuk pergi dari sana. Vic pun hanya mengdipkan matanya ke arah Aiden. Ternyata pria muda itumelancarkan drama agar Icha pergi dengannya. Aiden tersenyum receh dan geleng-geleng kepala melihat kelakuan Vic. Vic mengetikkan pesan singkat ke Aiden. Ke : Aiden Thanks ya bro Dari : Aiden Receh banget lu emang *** “Vic kamu apa-apaan sih? Masa pake acara berantem sama Aiden… dasar kekanakan banget sih ah,” Icha mulai mengomel setelah mereka sampai di dalam mobil Vic. “Aku emosi, Cha! Aku nggak tau ternyata teman setongkrongan aku yang nabrak kamu, ya jelas aku marah lah, Cha,” jelas Vic masih dengan dramanya. “Iya, tapi enggak gitu juga bambang!” sela Icha tak mau kalah. “Itu tempat umum loh, dan aku baru makan sedikit… dasar,” lanjut Icha. Ternyata gadis itu masih lapar, baru mulai makan dan Vic sudah datang mengacau di meja Icha dan Aiden tadi. Vic sudah berhasil membawa Icha dalam genggamannya sekarang, namun Icha malah tak berhenti mengomelinya. “Iya, maaf deh maaf,” ucap Vic dengan wajah merengut. “Permintaan maaf macam apa itu? Enggak tulus banget! Lagian kamu tuh harus minta maafnya ke Aiden… bukan ke aku,” jawab Icha. “Iya… Cha, Iya… nanti kalo ketemu Aiden aku pasti minta maaf langsung ke dia,” Vic masih berusaha membujuk Icha. “Haruslah, dan lagi… ngapain bilang aku tunanganmu di depan Aiden? Kita belum tunangan… dan lagian kita udah setuju buat enggak tunangan,” Icha masih terus menyerang Vic tanpa ampun dengan jurus seribu lidahnya. “Iya… aku salah, maaf lagi, Cha….” “Nanti pada nyebar di tongkrongan kamu, aku tunangan sama kamu… plis deh Vic,” kesal Icha. “Nanti aku jelasin sama mereka, Cha… udah dong ngomelnya… cantikknya hilang loh, Cha,” sepertinya Vic malah kembali menyulut emosi Icha dengan kata-katanya barusan. “Hah? Jadi aku nggak cantik? Terus… apa lagi? Ngomel kayak nenek-nenek? Apa lagi?” Marah Icha. Ternyata emang benar, seorang cewek kalau sedang marah itu sangat menyeramkan. Bahkan semua kata-kata si cowok dari jaman jahiliah pun bisa ia ingat kembali untuk menyerang si cowok. Dan itulah yang terjadi pada Icha dan Victory sekarang. Semua kata-kata kejam Vic dapat Icha ingat sebagai bahan untuk mengomeli Vic. “Cha… maaf, ampun deh aku salah,” Vic meminta ampun kali ini. Icha merengut, ia mengabaikan Vic, gadis itu diam sambil menatap ke arah pintu mobil, ia tak mau melihat ke arah pria muda itu. “Aku pulang sendiri aja deh….” Icha segera menarik gagang pintu namun pintu sudah terkunci otomatis dari dalam. “Loh? Mau kemana, Cha?” tanya Vic. “Mau pulang lah, males banget sama kamu… cepet bukain,” pinta Icha dengan raut wajah kesal. ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN