PART 8

838 Kata
"Javin," ucap Aletta pelan setelah mereka kembali ke kantor. Lily sudah kembali ke ruangannya dan hanya menyisakan Aletta juga Javin dalam lift yang sama. "Ya?" "Terima kasih untuk makan siangnya," Javin mengangguk lalu tersenyum tipis. Pintu lift terbuka lalu mereka berdua keluar dan menuju ruangan masing-masing, dan tidak terasa waktu sudah menunjukan waktunya pulang. Javin merapihkan semua berkasnya yang berantakan lalu berjalan keluar ruangan menuju lift. Ia melihat Aletta yang masih fokus pada layar monitor di depannya. Javin mengagumi Aletta, tentu saja. Aletta adalah orang yang mempunyai sopan santun yang tinggi, baik hati, dan selalu menyelesaikan pekerjaannya tepat waktu. Tidak lupa dengan wajahnya yang begitu cantik, mempunyai darah Eropa membuatnya terlihat indah. Aletta yang sedari tadi fokus pada pekerjaannya merasa ada yang memperhatikan mendongak dan tatapannya langsung jatuh pada Javin yang juga sedang menatapnya intens. "Javin, kau sudah akan pulang?" Ucapan Aletta membuat Javin keluar dari lamunannya lalu mengusap rambutnya ke belakang menyembunyikan kegugupannya karna ketahuan memperhatika Aletta, ia tersenyum kaku dan mengangguk. "Kau tidak pulang?" "Pekerjaanku belum selesai, kau bisa pulang duluan." "Aletta, ini sudah terlalu sore. Lebih baik kau pulang karna aku tahu pekerjaan yang sekarang kau kerjakan itu untuk minggu depan, kau sudah menyelesaikan semua pekerjaan minggu ini. Jadi, kau harus pulang." Ucapan Javin membuat Aletta terdiam. Tidak dapat membantah, Aletta mengangguk lalu merapihkan semua barang-barangnya dan berjalan bersama menuju lift dengan Javin. "Kau butuh tumpangan?" Tanya Javin ketika mereka sudah mencapai lobby. "Tidak, aku bisa pulang sendiri. Lagipula ini masih sore, masih banyak kendaraan umum yang lewat." "Yasudah, aku pulang duluan. Sampai bertemu besok, Aletta." Ucap Javin lalu berjalan menuju parkiran mobilnya. "Javin!" Suara wanita yang memanggilnya begitu keras membuatnya menoleh. "Lily! Jangan berteriak di sini," "Kenapa? Ini sudah bukan dalam kantor. Kau akan pulang?" Javin mengangguk. "Aku ikut! Antarkan aku pulang," "Jangan membantah atau aku akan melapor pada daddy bahwa kau membuatku mengerjakan banyak hal yang tidak aku mengerti," Javin membulatkan matanya mendengar fitnahan yang dikeluarkan oleh Lily, ia bahkan tidak pernah memberi Lily pekerjaan. Pekerjaan itu diberi oleh divisi dimana Lily berada bukan langsung dari Boss nya. Dan dengan sangat terpaksa Javin mengantarkan Lily kerumahnya, lebih tepatnya rumah orang tua mereka. Sudah 1 bulan Javin tidak datang ke sana, dan sudah 1 bulan juga ibunya selalu memberi pesan agar Javin pulang. Dan sepertinya Javin tahu bahwa ini rencana Lily agar ia pulang bersamanya, pasalnya Lily sebagai karyawan biasanya pulang lebih dulu. Dan Javin yakin Lily menunggunya tadi. "Bagaimana kabar Rose?" "Kau masih ingat punya adik yang masih remaja?" Tanya Lily sedikit sinis. "Kau tahu aku sibuk, Lily." Javin mencoba sabar. "Ya, terserah kau. Ia baik, mungkin semakin penurut." "Benarkah? Tidak memberontak agar bisa keluar dari rumah?" Lily menggeleng. "Tapi sepertinya ia seperti itu karna sebentar lagi ulang tahunnya yang ke 17, dan itu artinya ia sudah boleh bebas setelahnya." "Oh ya, sebulan lagi Rose ulang tahun." Ucap Javin baru mengingat bahwa adik kecilnya akan berulang tahun. "Dan aku yakin bahwa kau baru ingat ketika aku berbicara? Apa sih yang kau ingat selain kertas-kertas di mejamu itu." Ucap Lily sewot. "Tidak ada sepertinya," gumam Javin dan dibalas dengusan oleh Lily. Tidak terasa mereka sudah sampai di depan pintu gerbang rumah Zelvin dan Jasmine, Javin merindukan rumah ini tentu saja. Mobil Javin memasuki pelataran rumah lalu setelah memakirkannya Javin dan Lily turun masuk ke dalam rumah. "Mommy! I'm home!" "Mommy di dapur sayang," teriak ibunya, Jasmine. Lily berjalan ke arah dapur diikuti Javin di belakangnya, ia melihat ibunya sedang memasak dibantu pelayan lainnya yang membungkuk hormat ketika melihat Javin dan Lily. "Mom, lihatlah aku membawa tamu spesial!" Ucap Lily senang dan dibalas tatapan tajam dari Javin. Ia bukan tamu disini, ya walaupun jarang pulang Javin tetap menjadi anggota rumah ini bukan tamu. Jasmine berbalik lalu menatap Javin, mengangkat alisnya lalu menganggukan kepalanya dan melanjutkan kembali memasaknya. Javin tahu, ibunya pasti marah. Lily yang tahu ibunya sedang marah lebih memilih pergi ke kamarnya meninggalkan Javin dan ibunya di dapur. "Mom, apa yang kau masak?" Ucap Javin memecahkan hening. "Kau bisa liat kan?" Ucapnya tenang. "I'm sorry mom," Javin memeluk ibunya dari belakang dan Jasmine hanya diam saja terus melanjutkan memasaknya. "Kau lupa mempunyai seorang ibu disini?" Javin memeluknya lebih erat. "Mom, aku baru menggantikan daddy maka dari itu aku sangat sibuk di kantor." Jasmine melepaskan pelukan Javin lalu bersidekap menatap Javin tajam. "Setidaknya kau bisa menelpon mommy, apa itu sulit?" Javin hanya terdiam tanpa niat membalas, lalu tidak lama terdengar teriakan yang berasal dari Rose. "Mommy!!! Aku lapar!" "Young lady! Jangan berteriak seperti itu!" Ucap Jasmine memperingati. "Maaf mommy, apa sudah matang makanannya?" Rose melewati Javin begitu saja membuat Javin terperangah, lalu Rose dan Jasmine mulai sibuk menata makanan mengabaikan Javin yang melihat mereka tidak percaya. Ia sudah pulang tetapi malah diacuhkan. "Kau pulang Javin?" Javin menoleh lalu melihat ayahnya yang turun dari tangga. "Ya, aku pulang tetapi mereka mengacuhkanku." "Mungkin mereka marah karna kau tidak pernah pulang selama sebulan, biasanya kau pulang 1 minggu sekali." Benar juga, ucapan ayahnya ada benarnya. Mungkin ia harus menginap disini agar ibu dan adik kecilnya tidak mengacuhkannya lagi.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN