"Masih disini?"
Javin yang sedang menonton televisi menoleh ke arah Rose yang berjalan ke dapur.
"Aku menginap, kenapa belum tidur?"
"Haus," ucapnya singkat lalu duduk disamping Javin dan menenggak air yang dibawanya.
"Berpikiran apa sampai ingin pulang?" Javin menghela napas lelah.
"Aku memang biasa pulang kan?"
"Dengan paksaan," tambah Rose pelan yang masih bisa didengar oleh Javin.
"Kau tahu, mommy sangat merindukanmu. Setidaknya kau bisa meluangkan waktu hanya sehari tanpa dipaksa," ucap Rose.
Javin menatap Rose yang menatap lurus kearah TV.
"Aku akan meminta maaf besok pagi,"
"Semoga berhasil, aku ingin tidur lagi." Rose mengecup pipi Javin lalu beranjak kembali ke kamarnya.
•°•
Aletta terbangun oleh suara alarm ponselnya, ia bangun dari tempat tidur dan berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.
Hari ini adalah hari liburnya, Aletta mempunyai waktu untuk belanja bahan makanan dan peralatan yang masih kurang.
Butuh waktu 3 jam untuk Aletta membeli semua keperluannya, setelah puas ia menuju kasir lalu membayar semua belanjaannya.
Aletta menatap ponselnya yang bergetar, terdapat pesan masuk dari Bella.
Bella : Aletta, aku ingin berkunjung ke London.
Aletta : Benarkah? Kapan?
Bella : Minggu depan sepertinya, aku akan mengajak mama.
Aletta tersenyum senang, ia fokus pada ponselnya dan tidak memperhatikan bahwa ada motor yang melaju ke arahnya.
BRAK
Aletta terpekik kaget karna belanjaannya berjatuhan dan bertebaran, seseorang yang mengendarai motor tersebut berhenti dan turun dari motornya.
Aletta merapihkan belanjaannya yang berantakan dengan kesal, sebenarnya ini salahnya juga karna tidak memperhatikan jalan dan malah fokus pada ponselnya.
"Maafkan saya, nona."
Pengendara motor itu membantu Aletta merapihkan barang-barangnya. Aletta ingin marah, tapi ia juga salah disini. Jadi dia lebih memilih diam dan membiarkan pengendara motor yang menabraknya membantunya.
Setelah semua barang-barang sudah rapi, Aletta berdiri dan menerima kantung belanjaan yang diberikan oleh pengendara motor itu.
"Maafkan saya, nona."
"Ah, tidak-tidak. Saya juga yang salah karna tidak melihat jalan," Aletta tersenyum tipis lalu menatap pengendara motor tersebut yang ternyata seorang lelaki yang berbadan tegap dan tinggi.
"Kalau begitu, permisi."
Aletta berjalan meninggalkan lelaki tersebut untuk mencari taksi, tidak lama motor yang menabrak belanjaannya berhenti di depan Aletta.
Lelaki yang mengendarai motor tersebut membuka helmnya.
"Aku bisa mengantarmu," ucapnya tiba-tiba.
"Tidak, aku akan menunggu taksi saja."
"Dijalan ini taksi jarang lewat, sepertinya arah tujuanmu sama denganku."
Aletta merasa risih karna lelaki yang tidak dikenalnya ini tiba-tiba menawari untuk mengantarnya yang jelas Aletta tidak percaya. Lelaki itu terkekeh kecil seperti mengetahui pikiran Aletta.
"Aku bukan orang jahat, nona. Aku hanya ingin membantumu, kau bisa berteriak meminta tolong bila aku melukaimu."
Aletta masih mengalihkan tatapannya tidak menatap lelaki itu. 30 menit kemudian, masih tidak ada taksi yang datang membuat Aletta bergumam kesal.
Lelaki itu masih menunggunya dan bersidekap menatap Aletta dengan terhibur.
"Kau percaya kan? Tidak ada taksi yang lewat,"
"Aku bisa menaiki bus,"
"Bus nya datang jam 10, ini masih jam 9. Kau masih ingin menunggu?"
Aletta merasa kesal karna lelaki ini tidak meninggalkannya sendirian.
"Aku sudah katakan, aku akan mengantarmu. Ayo naik,"
Aletta menatap ke arah motor didepannya, ia ragu. Dan dengan terpaksa Aletta memilih menerima ajakan lelaki yang tidak dikenalnya itu, Aletta ingin segera sampai apartmentnya.
Perjalanan menuju apartmentnya membutuhkan waktu 30 menit, lelaki itu menurunkan Aletta di depan apartmentnya. Aletta bisa bernapas lega sekarang, sedari tadi ia menahan napas dengan jantung yang berdegup kencang.
"Terima kasih,"
Aletta hendak berjalan pergi, tetapi pergelangan tangannya dipegang.
"Aku belum tau namamu?"
"Adrian," lelaki itu menjulurkan tangannya.
Aletta ragu untuk menjabatnya.
"Aku bukan orang jahat, kalau aku jahat seharusnya sekarang kau tidak berada didepan apartmentmu."
Aletta tersenyum kikuk lalu membalas jabatan tangan Adrian.
"Aletta,"
"Namamu cantik, seperti orangnya." Adrian mengedipkan matanya.
"Kalau gitu, aku permisi." Aletta langsung berjalan cepat meninggalkan Adrian yang tertawa pelan.
'Interesting'